Sampai sekarang, percaya ga percaya harus percaya, karena sebagian masyarakat Hindu di Bali masih mempercayai kemahakuasaan Alam Semesta yang selalu memberikan penghidupan kepada semua makhluk hidup, terutama manusia. Tanpa banyak berfikir keselamatan diri sendiri, sebuah upacara yang diadakan di Pura Besakih saat ini, tetap dijalankan.
Ga banyak alasan dan banyak berfikir, setiap upacara di Bali harus dilaksanakan dengan modal pertama, yaitu tulus ikhlas dan selalu berserah diri kepada-Nya. Seperti artikel sebelumnya soal Memilih Mati Menyambut Lahar Panas tahun 1963, kali ini upacara Caru Penyaag di Besakih yang pas hari Senin, 18 Desember 2017 ini tetap dilaksanain meskipun terjadinya Erupsi Gunung Agung yang katanya bisa Sedahsyat kayak tahun 1963.
Habis Caru Penyaag masih ada lagi upacara Bumi Sudha

Berdasarkan Tribun Bali upacara Caru Penyaag ini bertujuan untuk menyomiakala ke 25 pura di Besakih. Begitu penjelasan yang disampaikan oleh seorang Jro Mangku Widiarta.
Nah setelah upacara tersebut udah selesai, bakal dilanjutkan sama upacara Bumi Sudha. Upacara ini juga erat kaitannya dengan tiga pura Sad Khayangan yang ada di Bali, yakni Pura Besakih, Pura Batur, dan Pura Watu Klotok. Nantinya tirta atau air suci dari tiga pura ini bakal digabung dijadikan satu. Selanjutnya setelah itu akan disebarluaskan ke seluruh desa di Bali.
Nah, yang perlu kamu ketahui soal upacara ini adalah sebuah upacara yang bertujuan sebagai wujud syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas anugerah-Nya, serta memohon keselamatan agar semoga seluruh umat dan alam seelalu dalam keadaan selamat. Terlebih lagi sekarang Gunung Agung masih mengalami fase erupsinya. Upacara Bumi Sudha dilaksanakan di Pura Pengubengan Besakih.
Upacara harus tetap berjalan

Kepercayaan orang Bali dari dulu memang ga bisa dipake dengan logika. Mungkin ilmu pengetahuan ga bisa mendefinisikan kok para umat Hindu lebih percaya yang begituan daripada ilmu pasti gitu. Nah balik lagi seperti kasus yang Memilih Mati Menyambut Lahar Panas tahun 1963. Padahal saat itu dari pihak penanggulangan bencana di Indonesia udah ngasih informasi untuk mengungsi.
Bukan malah mengungsi, tetapi sebagian memilih untuk tinggal dan itu sebagai salah satu bentuk rasa setia para juru kunci saat itu. Nah, hingga saat ini orang Bali masih percaya dengan melalui berbagai upacara, niscaya Bali akan selamat dari segala bentuk marabahaya.
Leave a Reply