Beberapa hari lalu, Gubernur Bali I Wayan Koster menetapkan Tumpek Krulut sebagai hari kasih sayang. Sebelum cari tahu alasannya kenapa, kita cari tahu dulu makna dari rahina suci ini. Check it out!

Tumpek Krulut, Hari Pemujaan Kepada Dewa Iswara dan Sang Hyang Semara Ratih
Jatuh pada Saniscara (Sabtu) Kliwon Wuku Krulut, rahina suci ini datangnya setiap 210 hari sekali atau enam bulan sekali. Tumpek Krulut adalah hari dimana dipujanya Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan manifestasinya Dewa Iswara yang sudah menciptakan suara-suara suci dalam bentuk gamelan atau tabuh.
Yang menarik dari Tumpek Krulut adalah Sang Hyang Semara Ratih yakni Dewa Kama dan Dewi Ratih. Sepasang suami istri yang tulus saling mencintai. Diceritakan surga atau swah loka yang aman dan damai berubah mencekam akibat diserang raksasa sakti bernama Nilarudraka. Semua dewa yang ada disana sudah berjuang mati-matian nih, tapi tetap nggak ada yang bisa mengalahkan si raksasa yang lagi ngamuk. Di tengah keputusasaan, para dewa datang ke Bhagawan Wraspati untuk menanyakan siapa sih yang bisa ngalahin Nilarudraka? Dijawab yang bisa ngalahin itu adalah anaknya Dewa Siwa yang kepalanya berbentuk gajah. Berarti ‘kan Dewa Ganesha, cuman masalahnya belum lahir si doi bahkan dikandung dalam perut saja belum.

Akhirnya, Dewa Kama diminta menganggu Dewa Siwa yang tengah bertapa di Gunung Kaliasa. Tahu ini berbahaya, tapi nggak ada jalan lain juga, Dewa Kama memberanikan diri untuk datang dan memanah Dewa Siwa. Ya, bayangin saja lagi fokus bertapa tiba-tiba dipanah, ‘kan kesal ya. Dengan kemarahan yang memuncak, Dewa Siwa membakar Dewa Kama hingga hangus. Tahu suaminya tewas, Dewi Ratih datang menemui Dewa siwa dan memohon untuk dibakar juga biar sama kayak suaminya. Tanpa kesulitan, Dewi Ratih langsung hangus begitu saja.
Tapi ada yang aneh nih, abis dipanah bukannya sakit kok malah jadi kangen sih? Dewa Siwa tiba-tiba kangen banget sama istrinya, Dewi Uma. Terlanjur sadar, Dewa Siwa pergilah menemui Dewi Uma hingga sang dewi mengandung. Singkat cerita, suami istri ini jalan-jalan di puncak Gunung Kaliasa. Dilihatlah ada abu disana, ditanya ‘kan sama Dewi Uma dan Dewa Siwa pun menceritakan kronologinya. Mendengar ucapan istrinya yang kalau nggak dipanah sama Dewa Kama, nggak mungkin dia akan rindu sama istrinya. Tahu nggak panahnya panah apa? Panas asmara! Pantas saja doi kangen berat sama sang istri. Akhirnya, abu Dewa Kama dan Dewi Ratih ditabur di dunia mayapada agar hidup dalam setiap insan yang ada di dunia. Makanya, kita bisa punya perasaan cinta dan rindu berkat Sang Hyang Semara Ratih.
Ditetapkan Sebagai Hari Kasih Sayang Versi Bali
Pada tanggal 9 Februari 2022, Gubernur Bali I Wayan Koster menetapkan Tumpek Krulut sebagai hari kasih sayang versi Bali atau tresna asah, asih, asuh kepada sesama. Mengingat kisah cintanya Sang Hyang Semara Ratih, jadi paham ‘kan kenapa alasannya? ‘Kan Valentine’s day jatuh pada tanggal 14 Februari, sedangkan Tumpek Krulut jatuh pada 23 Juli 2022 mendatang.
Berarti hari kasih sayang kita bukan tanggal 14 Februari, tapi 23 Juli. “Mz, kalau Valentine ‘kan ngasinya cokelat. Terus pas Tumpek Krulut kasinya banten gitu?” Eh?
Leave a Reply