Ngomongin soal atma atau roh orang yang udah meninggal pastinya bakalan menarik nih, soalnya Mz kali ini mau sharing soal atma yang jadi Bhuta Cuil. Kebanyakan orang jarang mendengar kata Bhuta Cuil ini dan biasanya cuman tahu istilah roh kesasar.
Di Bali istilah tersebut ternyata udah lumrah diketahui, namun ternyata ada perbedaan antara atma dengan roh, di mana berdasarkan Kalenderbali.com “atma” itu sendiri adalah percikan kecil dari “paramatman” yang memiliki sifat sama dengan paramatman. Artinya atma itu sendiri adalah murni dan bebas dari pengaruh suka dan duka. Sedangkan roh adalah atman yang diselubungi cita, budi, manah, ahamkara, yakni sudah diliputi keinginan, kemauan, keakuan (ego), kecerdasan, akal, serta pikiran-pikiran baik maupun buruk.
Jadi, biasanya sih kalo ada seseorang yang meninggal karena kecelakaan, rohnya bakalan belum sadar kalo doi udah meninggal. Maklum kejadiannya sangat spontan, dikarenakan roh masih merasa ada sesuatu yang masih dicarinya.
Nah untuk roh seperti ini, maka manusia Bali dengan keyakinan Hindunya menjemput roh tersebut melalui jalan “Ngulapin”. Kemudian setelah itu dilanjutkan dengan upcara Ngaben dengan tujuan untuk mempercepat proses pengembalian badan kasar menuju ke panca maha bhuta agar roh tak terbelenggu dengan badan kasarnya, dan sang roh itu diberikan penyucian.
Fungsi Tirta Pengentas agar Atma Ga Terlanjur Jadi Bhuta Cuil
Biasanya kalo mayat yang didiemin lebih dari 1 tahun, kemungkinan atmanya bisa menjadi Bhuta Cuil, dimana Bhuta Ciul ini merupakan kondisi, di mana atman masih terbungkus dalam roh yang memiliki keinginan hasrat duniawi seperti dijelaskan diatas.
Makanya saat orang meninggal salah pati maupun ngulah pati tetap diberikan Tirta Pengentas. Tirtha pengentas adalah tirtha atau air suci yang memiliki kekuatan untuk menenangkan roh, untuk menyadarkan roh bahwa ia telah berada pada dunia yang lain, serta menunjukkan jalan kepada sang roh untuk menuju jalan yang mesti dituju sesuai dengan suba asuba karmanya di alam sunia.
Sehingga dengan demikian roh orang yang meninggal di Bali tak akan kesasar, salah jalan, salah tempat serta tak diliputi oleh keinginan duniawi, sehingga tak bergentayangan lagi. Untuk upacara bagi yang meninggal karena salah pati atau ngulah pati ada sedikit tambahannya dari upacara Ngaben pada umumnya, di mana berdasarkan Suluhbali.co bakal diadain upacara meseh lawang, “meseh artinya mengganti dan lawang artinya pintu, jadi pintu kematiannya itu sudah disahkan.
Percaya ga percaya sih, tapi sampai sekarang penggunaan Tirta Pengentas tetap dilakukan, biar rohnya mendapatkan ketenangan dan segera menuju dunia akhirat. Begitulah tradisi Hindu di Bali yang tetap lestasi sampai saat ini. Hingga kematian memiliki keunikan yang sangat menarik untuk dipelajari maksud dan tujuannya.