Memang ya, kalau sudah jatuh cinta itu bakal lupa segalanya. Apapun yang sifatnya jelek di mata orang lain bakal selalu terlihat baik saja gitu. Sama nih kayak kisah cinta yang satu ini yang dimana sang laki-laki dan perempuannya terpaut usia 37 tahun. Yang satu asli Bali, yang satu foreigner. Mari kita melihat ke masa dimana tahun 1932 menjadi awal mula kisah cinta mereka dimulai.
Terpaut Usia 37 Tahun
Ini semua berawal dari seorang pria bernama Adrien-Jean Le Mayeur de Merpres (9 Februari 1880) yang pergi mengunjungi Indonesia, lebih tepatnya ke Bali. Pria kelahiran Brussels, Belgia ini memang suka menjelajah daerah-daerah tropis. Kenapa? Karena Mayeur suka cahaya dan kehangatan matahari soalnya di daerahnya sendiri sulit nemuin momen kayak gitu. Di tahun 1932 menjadi tahun pertamanya menginjakkan kaki di Bali.
Waktu itu Mayeur menyewa rumah di Kelandis, Denpasar. Disana ia bertemu dan berkenalan dengan seorang penari legong yang masih berusia 15 tahun yang bernama Ni Nyoman Pollok (3 Maret 1917). Vibes penari memang anggun gitu ‘kan, ini membuat Mayeur terpesona dengan kecantikan dan keanggunan Pollok. Akhirnya setelah dapat izin dari keluarga dan pimpinan sekaa, Pollok resmi menjadi model lukisannya Mayeur.

Apapun yang dilakukan Pollok dari menari, duduk santai bahkan rebahan pun jadi ide buat lukisan Mayeur. Setahun kemudian, semua lukisan yang dibuat Mayeur sudah rampung. Ia pergi ke Singapura untuk mengadakan pameran. Tanpa disangka-sangka lukisannya terjual habis, benar-benar nggak tersisa. Semua seolah-olah terhipnotis dengan model dan gaya lukisan yang berhasil disajikan indah oleh Mayeur. Dengan uang hasil penjualan lukisan-lukisannya, Mayeur kembali ke Bali dan membeli sebidang tanah di dekat Pantai Sanur. Disana Pollok dan ketiga temannya jadi model lukisnya Mayeur.
Saat inilah momennya berubah menjadi:

Witing Tresno Jalaran Soko Kulino
Cinta tumbuh karena terbiasa
Saking seringnya ketemu dan berinteraksi, tumbuhlah benih-benih cinta diantara keduanya. Akhirnya Mayeur dan Pollok memutuskan untuk menikah pada tahun 1935. Yang awalnya jadi model lukisan, sekarang berubah statusnya menjadi seorang istri.
Akhir Kisah Cinta Le Mayeur Sang Pelukis dan Ni Pollok Sang Penari Legong

Sepanjang menikah, pasangan ini tidak dikaruniai anak. Ini bukan karena nggak bisa punya anak ya, lebih tepatnya Mayeur nggak mau bikin badannya Pollok berubah setelah hamil dan melahirkan. Biar di lukisannya tetap seperti Ni Nyoman Pollok yang ia kenal di tahun 1932, seorang penari legong dan model lukisan yang aggun serta cantik. Rumah yang ada di Sanur menjadi saksi kisah cinta pasangan Belgia-Bali ini bersemi. Mereka hidup nyaman, aman dan tentram.
Di tahun 1956, kediaman Pollok-Mayeur didatangi Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Prof. Dr.. dr. Bahder Djohan. Sama kayak orang-orang yang datang ke pameran Mayeur di Singapura, dr. Bahder terpesona dengan karya-karyanya Mayeur. Saking terpesonanya, dr. Bahder menyarankan Mayeur untuk mendedikasikan rumahnya menjadi museum lengkap dengan karya-karyanya. Semacam bensin, kata-kata ini membuat api semangat Mayeur semakin membesar dalam membuat lebih banyak lukisan yang kualitasnya lebih baik lagi.
Setahun kemudian, lebih tepatnya pada tanggal 28 Agustus 1957, Mayeur menandatangani testamen alias surat wasiat yang isinya akan mewariskan semua harta miliknya seperti tanah, rumah (lengkap dengan isinya) dan lukisan-lukisannya ke istrinya sebagai hadiah. Di saat yang bersamaan, Pollok langsung memindahkan semua yang diwariskan suaminya ke Pemerintah Indonesia untuk dijadikan museum.
Setelah menikah selama 23 tahun, Mayeur yang sudah tua mulai sakit-sakitan. Mengidap kanker telinga, Pollok menemani suaminya untuk berobat ke Belgia. Pada tanggal 31 Mei 1958, Mayeur pun menghembuskan nafas terakhirnya dan tak lama dimakamkan di kota kelahirannya. Setelah kematian suaminya, Pollok kembali ke Bali dan merawat semua yang diwariskan suaminya hingga dirinya meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1985 di usianya yang ke-68 tahun.
Walaupun terpaut usia yang sangat jauh, cinta Pollok dan Mayeur terjalin dengan baik hingga maut memisahkan. Rasa cinta, pengabdian dan kesetian mereka tertuang indah dalam lukisan, foto dan barang-barang yang ditinggalkan. Untuk melihatnya, kalian bisa mengunjungi Museum Le Mayeur yang letaknya nggak jauh dari Pantai Sanur. Semoga saja kisah cinta kalian selanggeng pasangan ini ya, setia hingga akhir hayat.
Leave a Reply