wisata bali

Wisata Bali Timur dan Utara yang Menyenangkan Dikunjungi Saat Holiday

Nggak kerasa sudah hari Rabu saja nih, habis ini weekend tahu-tahu bakal datang lagi. Kalau pas weekend nggak jalan-jalan itu kayak gimana gitu, kayak ada yang kurang. Padahal ‘kan banyak wisata Bali yang menyenangkan dan sabi banget untuk dikunjungi. Coba deh pantengin sampai bawah kalau nggak percaya.

Nanti kita cerita tentang hari ini ya |Source: Shutterstock/Adi Dharmawan

Tirta Gangga, Wisata Bali yang Sarat Akan Sejarah

Terkaget-laget sama ukuran ikannya yang super jumbo |Source: https://www.jonnymelon.com/

Terletak di Bali Timur, khususnya di Desa Ababi, Karangasem, Tirta Gangga jadi destinasi wisata yang tepat dikunjungi kala holiday. Wisata Bali ini merupakan taman air bekas istana kerajaan. “Kerajaan apa, Mz?” Ya, Kerajaan Karangasem. Saat itu yang membangun taman air ini adalah Raja Karangasem Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem (raja yang terakhir) pada tahun 1946 (rampung pada tahun 1948). Tirta ‘kan artinya air, sedangkan Gangga merupakan nama sungai yang suci di India. Selain ada kolam air yang berisi ikan berukuran super jumbo, kamu juga akan menemui beberapa patung serta areal perkebunan yang asri dan menyejukkan.

Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Mengenal Keunikan Tradisi dari Suku Bali Aga

Vibes-nya pedesaan yang asri dan nyaman banget ya |Source: https://iamasmartmommy.blogspot.com/

Desa adat yang satu ini memang terkenal dengan tradisinya yang unik. Dari perayaan hari raya hingga perkawinannya pun cukup unik, beda gitu sama tradisi di daerah Bali lainnya. Terletak di Kecamatan Manggis, Karangasem, desa adat ini termasuk ke dalam Bali Aga setelah Desa Trunyan di Kintamani, Bangli dan Desa Sembiran di Tejakula, Buleleng. “Bali Aga itu apa ya?” Gini-gini, Bali Aga itu adalah desa di Pulau Bali yang lifestyle masyarakatnya masi berpedoman pada peraturan maupun adat istiadat peninggalan leluhur (dari masa sebelum Kerajaan Majapahit). Kalau sampai nggak diikuti, mereka percaya bakal ada musibah besar yang akan menyerang desanya, nggak cuman kerusakan dan kehilangan materi tapi kehilangan nyawa juga! Selain kain gringsing, desa ini juga terkenal dengan tradisi Perang Pandan, Medaha atau menek kelih hingga tidak merayakan hari raya Nyepi, Galungan serta Kuningan. Bahkan para warganya diwajibkan melaksanakan perkawinan endogami alias nggak boleh keluar dari desa tersebut.

Puncak Wanagiri yang Manjakan Mata dan Hati

Kalau yang tadi Bali Timur, sekarang kita ke Bali Utara. Wisata selfie Puncak Wanagiri alias Wanagiri Hidden Hill ini letaknya di Sukasada, Buleleng. Tempat ini terkenal banget di kalangan millenials, gara-gara ayunan dan anjungan yang terbuat dari rangkaian batang bambu benar-benar cantik saat gambarnya ditangkap menggunakan kamera. Belum lagi kalau sudah capek foto-foto, bisa bersantai dengan pemandangan yang indah di sekitarnya. Pokoknya desain unik dari wisata ini menjadikannya kian populer dan diminati.

Brahmavihara-Arama, Mencari Ketenangan dan Kedamaian dengan Meditasi

Buat yang suka meditasi, sabi kesini |Source: https://palm-living.com/

Masih di Buleleng, wisata yang satu ini cocok dikunjungi buat yang suka meditasi. Terkenal dengan nama Viraha Buddha Banjar (karena letaknya di Desa Banjar), vihara ini termasuk yang paling besar di Bali dengan banyaknya ruang meditasi, perpustakaan, taman dan replika mini yang berasal dari situs arkeologi Buddha terbesar di dunia yakni Borobudur. Sebenarnya ini tempat ibadahnya umat Buddha, cuman sabi juga dijadikan tempat untuk bermeditasi. “Arti dari Brahma Vihara Arama apaan, Mz?” Brahma ‘kan artinya pujian atau kemuliaan, terus Vihara adalah jalan hidup dan Arama artinya tempat. Jadi kalau digabungin, tempat untuk melatih diri hingga dapat berperilaku mulia dan terpuji yang dalam agama Buddha meliputi Metta, Karuna, Mudita, dn Upekkha. Oh ya, btw bangunan ini dibangun pada tahun 1969 dan baru diresmikan sebagai candi utama Buddha pada tahun 1973.

Kangguang empat dulu ya, kalau lebih ntar kepanjangan lagi. Mz nggak sanggup soalnya, eh. Pas weekend nanti langsung gass kunjungi salah satu maupun semua tempat wisata di atas ya. See ya!

tradisi kebo

Tradisi Kebo Dongol Resmi Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Pada tanggal 4 Maret 2022, sehari setelah Nyepi alias Ngembak Geni menjadi momen membahagiakan nih dimana dua tradisi dari Kabupaten Badung resmi menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Ada sertifikatnya dong sebagai bukti. Tapi kalian sudah tahu nggak nih tentang Tradisi Kebo Dongol?

Ada yang pernah kesini? |Source: https://www.facebook.com/info.kapal.official

Tradisi Kebo Dongol, Tradisi yang Kayak Gimana Sih?

Tradisi yang satu ini diadakan setiap 6 bulan sekali saat piodalan yang jatuh pada Buda (Rabu) Wage Langkir di Pura Kahyangan Jagat Dhalem Bangun Sakti yang terletak di Banjar Basang Tamiang, Desa Adat Kapal, Mengwi-Badung.

Sesuai namanya, tradisi ini melibatkan adonan ketan yang dibentuk sedemikian rupa menjadi kebo atau kerbau. Pembuatannya ini hanya melibatkan pemangku pura, jadi yang lain kalaupun mau bantu nggak boleh ikutan. Nanti kalau sudah berbentuk kebo, ini akan ditancapi bunga kembang sepatu dan penyangga yang terbuat dari tebu. Apakah hanya itu saja? Oh tidak. Ini juga dilengkapi bahan-bahan untuk nginang seperti daun sirih, pamor atau kapur, gambir, tembakau dan pastinya buah pinang. Adapun tujuan dari prosesi tradisi adalah menghaturkan sembah bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan manifestasinya Sang Hyang Siwa Sagara.

Bersamaan dengan Tradisi Siat Yeh, Keduanya Resmi Jadi Warisan Tak Benda

TIME TO WAAAAAR! |Source: https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/

Nggak hanya Tradisi Dongol, Tradisi Siat Yeh yang berasal dari Jimbaran-Badung pun juga ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB). Jadi, total ada dua nih tradisi daerah dari Badung yang masuk WBTB.

“Bentar, Mz. Warisan Budaya Tak Benda itu apa sih?”

MZ jelasin secara singkat yak. WBTB adalah warisan budaya yang dimana bentuknya bukan benda melainkan praktik yang melibatkan instrumen dan objek, contohnya kayak tradisi adat istiadat dan tari-tarian yang ada di Bali. Untuk bisa diakui, harus diusulin dulu sama pemerintah daerah untuk tingkat nasional. Nah, abis itu penominasiannya ini bakal diusulin oleh komunitas adat dan pemerintah daerah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk diajuin ke United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

Kabar baik banget ya, Mz senang dengarnya. Dengan ini membuktikan kalau tradisi kita itu nggak hanya sekedar upacara kegamaan untuk menunjukkan rasa bhakti dan terima kasih ke Ida Sang Hyang Widhi Wasa tapi menjadi warisan yang bisa dilestarikan dan dibanggakan.

tradisi unik

Tradisi Unik di Bali

Setiap daerah yang ada di Indonesia pasti memiliki tradisinya masing-masing, sama nih kayak Bali, Hari Minggu lalu baru saja dilaksanakan Tradisi Ngerebong di Desa Kesiman, Denpasar. Karena Bali pun juga punya tradisi unik, kita kepoin empat diantaranya ya. Check it out!

tradisi unik
Auto ngefreeze lihat beginian |Source: https://triponnews.com/

Perang Ketupat di Desa Adat Kapal, Badung

Kita mulai dengan Perang Ketupat atau Aci Tabuh Rah Pengangon di Desa Adat Kapal, Mengwi, Badung. Sesuai namanya, tradisi ini melibatkan ribuan ketupat dan jaje bantal. Seluruh warga desa akan dibagi menjadi dua kelompok, biar bisa saling berhadap-hadapan gitu lho. Sebelum dimulai, warga akan bersembahyang dulu dan pemangku akan memercikkan air suci. Kalau sudah, baru deh siap-siap ngelempar senjata masing-masing. Tradisi ini hanya berlangsung 15 menit, tapi keseruan dan rasa suka citanya itu lho bikin seluruh warga senang bukan main.

tradisi unik
Saya suka keributan |Source: https://www.balipost.com/

Tradisi ini diperkirakan dilaksanakan pada tahun 1339, saat itu lagi musim paceklik. Situasi ini membuat Ki Kebo Waruga atau yang lebih dikenal dengan Kebo Iwa terenyuh. Sedih gitu melihat kemalangan yang tengah dihadapai warga Kapal. Saat itu ia ditugaskan untuk merenovasi Pura Purusada oleh Raja Sri Astasura Ratna Bumi Banten. Di tengah tugasnya, Kebo Iwa menyempatkan diri untuk memohon kepada Ida Bhatara yang berstana di Candi Rara Pura Purusada. Dari sini, dimintalah warga desa untuk melakukan Aci Tabuh Rah Pengangon yang dipersembahkan kepada Dewa Siwa.

Tradisi Mepantigan di Batubulan, Gianyar

Kalau yang ini lebih seru lagi, Mepantigan yang berarti saling membanting. Tradisi ini diciptakan oleh I Putu Witsen Widjaya yang merupakan seorang atlet taekwondo. Mengandalkan kuncian dan bantingan, Mepantigan ini tidak semata-mata untuk kekerasan tapi menumbuhkan rasa hormat antar sesama dan sarat akan makna nilai tradisi masyarakat Bali seperti rasa syukur dan solidaritas.

Hayyaaah |Source: https://natih.net/

Mepantigan ini juga terinspirasi oleh pencak silat Bali. Saking kuatnya, Mepantigan ini pernah ada ajang kompetisi Internasional yang diikuti oleh lima negara yaitu Jepang, Denmark, Belanda, Swedia dan Korea Selatan pada tahun 2010. Arena pertandingannya memang di sawah, jadi banting-bantingan di lumpur. Sebelum dan sesudah pertandingan, melakukan persembahyangan ke hadapan Dewi Sri atau dewi kesuburan. Untuk pakaiannya, para pemain akan menggunakan kain hitam putih atau manca warna. Udeng jangan dilupakan untuk laki-laki. Walaupun dominan diikuti laki-laki, perempuan juga bisa ikut andil kok. Oh ya, ini ‘kan berlangsung selama tiga menit satu rondenya, dan setiap pertandingan ada dua ronde, untuk timernya sendiri menggunakan bambu yang berisi air, kalau airnya sudah habis baru deh selesai pertandingannya.

Tradisi Unik di Karangasem, Megibung dengan Seluruh Masyarakat Desa

Makan memang paling asyik beramai-ramai ‘kan, ada nih tradisi bernama Megibung yang berasal dari Karangasem. Biasanya diadakan kalau lagi ada acara kayak otonan, tiga bulanan dan lainnya. Maksimal 8 orang, nanti akan duduk melingkar dengan kelompok masing-masing atau duduk bersila saling berhadap-hadapan. Yang disajikan di atas daun pisang pun tak lain dan tak bukan yakni nasi, jukut urab, sate, balung dan makanan tradisional lainnya. Oh ya, btw nasi putih yang ada dalam wadah itu dinamakan gibungan, sedangkan lauk pauk yang mau dimakan dinamakan karangan.

tradisi unik
Nah, kalau kayak gini ‘kan enak dilihatnya |Source: https://www.kulkulbali.co/

Megibung pertama kali dikenalkan oleh Raja Karangasem, I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem sekitar tahun 1692. Waktu itu raja dan prajuritnya sedang ekspedisi menaklukan raja-raja yang ada di tanah Lombok. Sudah pasti ‘kan capek ya, jadi raja berinisiatif untuk istirahat dan ngajak makan bersama. Cuman ya makannya duduk melingkar gitu, bahkan raja disebut-sebut ikut juga makan sama prajuritnya. Sepanjang megibung, kalian nggak boleh naruh remahan atau sisa nasi di tangan ke gibungannya, jadi harus habis sekali suap gitu. Terus, kalau makanannya sudah habis, nggak boleh pergi duluan, tunggu semuanya selesai makan baru meninggalkan tempat. “Bisa nambah ‘kan, Mz?” Bisa, tinggal minta saja sama orang yang ditunjuk untuk mengambil dan naruh makanannya.

Tradisi Ngusaba Bukakak di Buleleng

Terakhir, ada tradisi Ngusaba Bukakak di Desa Sangsit Dangin Yeh, Sawan, Buleleng. Dilaksanakan saat Hari Purnama Sasih Kadasa, pelaksanaannya ditujukan kepada Dewa Siwa, Dewa Wisnu dan Dewa Sambu. Ini juga menjadi bentuk ucapan terima kasih kepada Dewi Sri atas kesuburan tanah dan hasil pertanian yang melimpah. Karena menghabiskan biaya yang nggak sedikit, tradisi ini dilakukan setiap dua tahun sekali.

Yuk bisa yuk |Source: https://koranbuleleng.com/

Tradisi ini diperkirakan sudah ada sejak pemerintahan Raja Jaya Pangus. Sang raja adalah penganut sekte Dewa Wisnu, sedangkan masyarakatnya adalah penganut Siwa Sambu. Raja berinisiatif untuk menyatukan kemanunggalan sekte Dewa Wisnu dan Dewa Siwa menggunakan konsep Dwi Tunggal. Jadi, simbol pemujaannya dengan Nandi Garuda (dalam Bahasa Bali Kuno bernama Lembu Gagak atau Bukakak). Lembu itu melambangkan Dewa Siwa sedangkan burung garuda melambangkan Dewa Wisnu. Nah, nanti ‘kan ada babi yang dipanggang setengah matang, ini yang melambangkan Dewa Sambu.

Panjang banget sejarahnya ya, dari tahun masehi nggak tuh. Tentunya miliki tujuan yang baik, sudah seharusnya kita melestarikan dan menjalankan tradisi turun temurun dengan tulus ikhlas. Ini pastinya dilakukan sebagai bentuk terima kasih atas rezeki yang sudah diberikan. Semoga gumi Bali tetap rahayu, rahayu, dan rahayu.

tradisi

Tradisi Mekotek, Tradisi Unik yang Diadakan Saat Hari Raya Kuningan

Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan, semeton! Mumpung masih dalam suasana Kuningan, kita kepoin tradisi yang unik satu ini, yuk! Tradisi unik yang berasal dari Desa Munggu, Mengwi, Badung ini namanya Tradisi Mekotek. “Memangnya seunik apa, Mz?” Yaudah, langsung saja kita bahas.

tradisi
Di zoom jadinya kayak gini nih |Source: https://subbali.com

Tradisi Mekotek yang Erat Kaitannya dengan Puncak Tumpukan Kayu

tradisi
Tampak dari bawah |Source: https://merahputih.com/

Punya sejarah yang panjang, Tradisi Mekotek ini sudah pasti diadakan bertepatan dengan Hari Raya Kuningan. Tujuannya sudah pasti untuk memohon keselamatan dan kesehatan warga Desa Adat Munggu. “Bahas sejarahnya dong, Mz.” Iya, sabar dong Masbrooo. Jadi, Mekotek ini dulu pernah dilakukan oleh warga Mengwi saat merayakan kemenangan prajurit Kerajaan Mengwi yang berhasil mengalahkan Kerajaan Blambangan yang ada di Jawa. Senang banget pas tahu kalau wilayah kerajaannya sudah semakin meluas, intinya Mekotek semacam partynya gitu lah saat itu.

Pernah juga nih dulu saat Belanda masih menjajah negara kita, Mekotek dilarang pelaksanaannya. Abisnya Belanda seram gitu lho lihat jajahannya bawa-bawa tombak buat Mekotek, takutnya mereka ngelawan gitu ‘kan. Akhirnya, selama bertahun-tahun nggak ada diadakan tradisi ini. Yaudah deh, hal-hal yang tidak diinginkan pun terjadi seperti warga yang terserang penyakit hingga meninggal dunia. Tahu kondisinya lagi Grubug alias chaos, tokoh adat desa akhirnya mohon-mohon sama Belanda biar diadakan Mekotek lagi. Setelah dituruti, beneran saja semuanya kembali membaik bahkan hasil panennya jauh lebih memuaskan dari sebelumnya.

Tampak dari atas |Source: https://www.vlix.id/

Sekarang ya nggak mungkin pakai tombak, jadinya pakai kayu pulet yang sudah dihaluskan sisinya biar digunakannya tetap nyaman dan aman. Tradisi ini akan diikuti seluruh warga desa, cuma memang paling dominannya memang laki-laki. Agenda pertama yang harus dilakukan adalah sembahyang bersama, setelah itu warga akan berkeliling desa. Nah, abis ini baru deh dilaksanakan Mekotek yang laki-lakinya akan dibagi menjadi beberapa kelompok. Kira-kira ada 50 orang dalam satu kelompok, nanti mereka akan sama-sama menumpuk kayu yang dibawa dan orang yang paling berani akan naik ke atas puncaknya. Orangnya ini akan menyemangati kelompoknya dan mengadu dengan kelompok lain, iya! Sampai adu-aduan kayu, alhasil nggak jarang orang yang naik tadi bakal jatuh.

Kalau penasaran, kunjungi saja Desa Munggu yang ada di Mengwi, Badung ini. Biar bisa lihat langsung dan ngeri-ngeri sedap sendiri. Semoga dengan diadakannya Tradisi Mekotek ini, keadaan Bali jadi makin membaik dan kita semua bisa beraktivitas seperti sedia kala. Stay healthy!