Jangan salah, di Bali ada juga lho Istana Kepresidenan bahkan diusulkan langsung oleh Presiden RI pertama, Bapak Ir. Soekarno. Terletak di Tampaksiring, istana ini ada kaitannya sama Pura Tirta Empul. Kira-kira ada hubungan apa ya antara tempat peristirahatan presiden sama pura yang satu ini?
Mengintip Indahnya Istana Kepresidenan yang Diusulkan Langsung oleh Presiden Soekarno
Istana ini dibangun berdasarkan keinginannya Bapak Soekarno. Waktu itu beliau pengen ada tempat beristirahat untuk dirinya dan keluarga di Bali. Belum lagi kalau ada tamu-tamu negara yang berkunjung, udah pasti merluin tempat yang nyaman dikunjungi. Akhirnya, pilihannya jatuh kepada Tampaksiring karena dianggap sebagai daerah yang sejuk. Terus jauh dari pusat kota juga ‘kan, ini makin bikin siapapun yang datang bakal merasa nyaman kayak lagi di rumah.
Pembangunannya ada dua tahap nih, yang pertama dilakukan pada tahun 1957 dengan membangun Wisma Merdeka dan Wisma Yudisthira. Terus di tahun 1963 dirampungkan bangunan Wisma Negara, Wisma Bima dan Gedung Serba Guna alias gedung konferensi. Saat pembangunan gedung konferensi, sekalian juga dibangun Terowongan Cinta untuk masyarakat yang mau pergi ke Pura Tirta Empul. Jadi, ‘kan ada yang namanya Jembatan Persahabatan, jembatan ini menghubungkan bangunan Wisma Merdeka dan Wisma Negara. Dibawahnya dibikinin terowongan sebagai akses masyarakat ke pura tadi, terus kenapa namanya Terowongan Cinta? Katanya banyak yang beranggapan persahabatan bakal berubah jadi cinta. Kayak disangkutpautin gitu lho dari nama jembatan dan terowongannya.
Karena basicnya emang diperuntukkan untuk keluarga dan tamu negara, mungkin nggak banyak informasi yang didapat mengenai beliau. Jadi tempat selanjutnya yang bisa kalian kunjungi adalah The Sukarno Center. Museum ini didirikan pada tahun 2008 dan dipelopori oleh Ibu Sukmawati Soekarnoputri dan Senator Arya Wedakarna. Disini kalian bakal nemuin banyak banget foto, kutipan dan benda-benda peninggalan Bapak Soekarno. Bener-bener setiap dinding dan ruangannya dipenuhi sama sosok beliau. Kalau kalian kesini jangan asal pegang ya, mari jaga kebersihan dan kenyamanan yang lain.
Kaitannya Istana Kepresidenan dengan Pura Tirta Empul di Tampaksiring
“Bentar Mz, berarti kaitannya itu karena sama-sama terletak di Tampaksiring ya?” Yup, exactly! Letak dari dua tempat ini juga dekat banget guys, berkat adanya Terowongan Cinta kalian bisa pergi ke Pura Tirta Empul dengan nyaman dan aman. Jadi pas ada waktu kesini bisa berkunjung ke istana buat jalan-jalan serta ke Pura Tirta Empul untuk sembahyang dan melukad. Kalian juga bisa ngasik makan ikan, tinggal beli makanan ikannya dekat kolam terus kasik makan ikan sepuasnya deh. Mau foto-foto juga boleh-boleh aja, tapi kalau ada tulisan warning untuk nggak motret, tetep diikuti juga ya.
Mz bahas sedikit tentang legendanya ya. Tampaksiring ini terdiri dari dua kata, Tapak (yang berarti telapak) dan Siring (yang artinya miring). Kenapa namanya bisa kayak gitu? Ini karena seorang raja yang memerintah di Kerajaan Bedahulu bernama Maya Denawa yang kabur dan berusaha bikin tapak kakinya miring buat mengelabui bala tentaranya Dewa Indra. Jadi, kisah ini bermula dari Maya Denawa yang merupakan seorang putra dari Raja Jayapangus (Raja Bali dari Dinasti Warmadewa) dan Dewi Danu (penguasa Danau Batur) yang bergelar Ratu Ayu Pingit.
Maya Denawa ini saat menjabat jadi raja bukannya baik gitu ya, bijaksana dan mengayomi rakyat malah sombong dan merasa hebat sendiri. Dia beranggapan kalau dirinya paling kuat, bahkan dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa sekalipun. Rakyatnya dilarang untuk mengadakan upacara dan menyembah Hyang Widhi, sampai akhirnya hal ini ditauin sama para bhatara dan dewata di Tolangkir. Berbekal izin Hyang Pramesti Guru atau Dewa Siwa, para bhatara, dewata dan Dewa Indra berniat ngebunuh Maya Denawa.
Walaupun sakti mantraguna, bisa berubah wujud jadi apa aja, ini nggak bikin Maya Denawa lolos dari kejaran. Bahkan, Dewa Indra selalu tau Maya Denawa yang mana dan lagi bersembunyi dimana. Buat mengelabui, Maya Denawa lari ke hutan sambil miringin kakinya (dari sinilah asal nama Tampaksiring), maksud hati biar nggak ketebak siapa yang punya tapak kakinya. Eh ternyata gagal, dia tetep dikejar-kejar bahkan berhasil ditangkap juga.
Maya Denawa sempet tuh bikin air mata beracun biar para pengejarnya yang minum airnya mati keracunan. Untungnya Dewa Indra langsung nyiptain penawar racunnya yang dinamakan Tirta Empul alias mata air suci. Sampai akhirnya aksi kejar-kejaran ini berakhir dengan terbunuhnya Maya Dewana dan patihnya, Kala Wong. Darahnya kan ngucur keluar tuh dan mengalir sampai jadi aliran air, terus dari sinilah dinamakan Tukad (sungai) Petanu. Selagi sekarat, Maya Denawa mengutuk aliran air yang berasal dari darahnya ini bakal berdampak buruk seribu tahun lamanya. Nggak boleh dialirin ke sawah, nanti yang ada malah bikin padinya berdarah dari batangnya dan ngeluarin bau nggak sedap. Peristiwa terbunuhnya Maya Denawa ini menjadi peringatan dan dinamakan Hari Raya Galungan dan Kuningan, hari dimana dharma (kekuatan baik) menang melawan adharma (kekuatan buruk).
Nah, sekarang udah tau ‘kan kaitannya antara Istana Kepresidenan dan Pura Tirta Empul? Kalau keadaannya udah kondusif, jangan ragu buat berkunjung ke dua tempat wisata ini ya. Inget juga untuk selalu jaga kebersihan, kenyamanan dan nggak mengganggu pengunjung lain. See you!