nggak boleh

Kenapa Ya Nggak Boleh Jalan Di Bawah Jemuran?

Kebutuhan manusia memang nggak bisa lepas dengan yang namanya sandang, pangan dan papan. Sandang atau pakaian yang digunakan jadi salah satu hal yang akan terus kita butuhkan. Pasti pernah nemuin ‘kan jemuran yang dijemur tinggi banget sampai kita bisa jalan di bawahnya? Sering dikasik tahu untuk nggak boleh jalan di bawahnya, kira-kira alasannya kenapa ya?

Kok Nggak Boleh Jalan di Bawah Jemuran, Sih?

Warga kita memang nggak ada lawan |Source: https://www.brilio.net/

Pakaian ‘kan ada yang luar dan dalam. Permasalahan yang sering ditemui adalah jemuran yang dijemur tinggi banget sampai ngelebihin tinggi manusianya. Kalau yang dijemur pakaian atas, okelah ya. Nah, kalau pakaian bawah? ‘Kan agak gimana gitu ya. Kurang etis saja gitu rasanya pakaian dalam letaknya ngelebihin tinggi kepala. Usut punya usut nih, jalan di bawah jemuran katanya bisa mengurangi kewibawaan dan kepercayaan seseorang lho! “Hah, masa sih?” Nah lho, penasaran ‘kan? Ingat, tetap scroll down!

Ada Hubungannya dengan Tri Angga

I feel you, bro |Source: https://www.brilio.net/

Terdiri dari dua kata, Tri berarti tiga dan Angga berarti badan fisik. ‘Kan ada tiga, yang termasuk kedalamnya adalah Utama (yang teratas), Madya (tengah) dan Nista (bawah) Angga. “Terus hubungannya sama jalan di bawah jemuran apa?” Gini, jemuran itu ‘kan banyak, ada pakaian atas dan bawah bahkan daleman yang memang seharusnya dipikirkan letak dijemurnya. Apalagi letaknya sampai di atas kepala, bagian teratas jadinya dilangkahi sama pakaian bawahnya jadi agak gimana gitu jadinya. Makanya, kalau bisa jemur baju yang nggak terlalu tinggi, nggak sampai melewati tinggi kita gitu.

Sekian dulu deh dari Mz, abis ini jadi paham ya etika jemur pakaian gimana. Jangan sampai terlalu tinggi, dan khususnya untuk dalaman kalau bisa jangan sampai kelihatan orang-orang luar rumah. Dah ya, ciao!

Pakaian adat bali

Makna Dibalik Pakaian Adat Bali Yang Wajib Kamu Ketahui

Sebuah perubahan memang sulit banget untuk dilawan. Perubahan ini ada seiring berjalannya waktu, mode, dan tren globalisasi yang berdampak juga pada cara mengenakan pakaian adat Bali.

Untuk saat ini mari kita coret dulu perubahan gaya berpakaian adat Bali jaman now. Atau mungkin nanti bisa kita bahas di segmen yang berbeda. Akan lebih menarik rasanya kalau sekarang ngomongin maksud dibalik pengguanakan pakaian adat Bali. Setuju?

via GIPHY

Pakaian adat adalah sebuah pakaian yang mencirikan suatu adat. Iyalah, namanya juga pakaian adat. Di Bali, selain bisa digunakan dalam kegiatan sehari-hari, pakaian adat juga digunakan saat prosesi persembahyangan, makanya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan pakaian adat. Biar menunjang kesopanan dan filosofinya itu dapet gitu.

Pakaian Adat Bali
Tik li. Sumber gambar: hindualukta

Konsep dari busana adat Bali ini adalah Tri Angga, dimana busana yang dikenakan di bagian leher ke atas (Udeng atau ikat kepala) disebut dengan Dewa Angga, dari atas pusar sampai dengan leher (Baju, Kebaya, Saput) disebut Manusa Angga, dan dari pusar ke bawah (Kain atau Kamen) disebut Bhuta Angga.

Banyak Makna Yang Tersimpan Di Pakaian Adat Bali

Mz akan awali dengan busana pria terlebih dahulu. Penggunaan kamen untuk cowok harus melingkar dari kiri ke kanan (berlawanan dengan arah jarum jam) karena merupakan simbul dari pemegang Dharma dan tingginya itu kira-kira sejengkal dari telapak kaki. Sebagai penanggung jawab Dharma emang harus gitu, Brooo.

Untuk kancutnya disarankan untuk menyentuh tanah sebagai simbol penghormatan terhadap Ibu Pertiwi dan juga sebagai simbol kejantanan. Setelah itu tutup “kejantanan” kamu dengan kampuh. Iya, kalau acara keagamaan atau acara yang formal, orang Bali nggak diperkanankan untuk menunjukan “kejantanan”-nya.

Sudah kelar, lanjut pakai selendang kecil. Selendang yang akan digunakan ini adalah simbolisasi dari pengendalian emosi. Abis itu pakai baju biar ego dan kesombongan diri kamu tertutupi. Eits, jangan lupa selendangnya dinongolin dikit ya biar tetep bisa ngontrol emosi dalam keadaan apapun.

Dan yang terakhir adalah menggunakan Udeng atau Destar. Udeng adalah simbol dari pemusatan pikiran. Pokoknya bisa ngatur penggunaan panca indra kamu. Thats why udeng ini diiket di kepala atau Prabhu.

Pakaian Adat Bali.
Pak Jokowi pakai udeng tuh. Dulu agak kurusan ya dibanding sekarang hehe. Sumber foto: newmandala

Untuk busana ceweknya nggak jauh beda dengan cowok. Pakai kamen dari kanan ke kiri (sesuai konsep sakti). Trus tingginya setelapak tangan dari telapak kaki. Selendang disimpulkan di kiri. Tapi nggak di dalam kebaya, melainkan di luar kebaya biar selalu bisa dan siap membenahi cowok kalau melenceng dari Dharma. Pantesan aja ada istilah dibalik pria yang sukses, terdapat wanita yang hebat. Masuk akal.

Ini bukan karangan Mz lho. Mz taunya dari Ida Pedanda Gde Manara Putra Kekeran. Kutipan keren dari beliau buat kita semua nih biar nutupnya enak, “Pakaian adat Bali pada dasarnya adalah sama, yakni kepatuhan terhadap Sang Hyang Widhi.”