Liburan ke Bali memang paling cocok pergi ke tempat-tempat wisatanya. Tapi gimana jadinya kalau kamu berwisata udara di Bali? Pastinya akan menambah pengalaman baru di tengah liburanmu. Yuk, cari tahu wisata udara di Bali yang cocok meriahkan liburanmu!
Paralayang, Wisata Udara di Bali yang Memacu Adrenalinmu
Yang suka sama hal-hal menantang, memacu adrenaline, kamu bisa coba wisata udara yang satu ini. Pemandangan yang terlihat jelas dari atas, akan memanjakan matamu hingga terkagum-kagum dibuatnya. Alat-alat yang digunakan saat paralayang sudah pasti aman seperti parasut utama maupun cadangan, harness (tempat bergantung pilot) dan helmet (helm yang akan digunakan selama kegiatan berlangsung). Didampingi sang ahli juga kok, jadi kamu nggak perlu khawatir selama menikmati pemandangan Bali dengan paralayang. Ada beberapa jasa yang bisa kamu gunakan seperti TIMBIS Flying Site Bali, Bali Paragliding, Nyang-nyang Paragliding dan lainnya.
Mencoba Naik Balon Udara di Ubud, Gianyar
Kalau sering nonton film, pasti penasaran sama scene dimana pemainnya naik balon udara. Kayak gimana ya rasanya? Untuk memenuhi rasa penasaran kalian, sangat bisa dicoba naik balon udara di Chedi Club, Ubud, Gianyar. “Berapa orang yang bisa naik?” Maksimal dua orang dengan seorang anak kecil, soalnya ditambah sama guide juga makanya dijamin aman dan nyaman. Durasinya 7 sampai 10 menit walaupun singkat tapi tentunya tetap bermakna.
Naik Helikopter Kelilingi Kuta Selatan dan Daerah Bali Lainnya
Terakhir, helikopter! Badung, tepatnya Kuta Selatan jadi salah satu daerah yang terkenal untuk jalur yang dilalui helikopter. Pemandangan yang luar biasa dari pantai, Patung Garuda Wisnu Kencana dan pepohonan-pepohonan tinggi nan hijau akan terlihat sepanjang mata memandang. “Spill nama-namanya, Mz!” Oke! Ada Fly Bali Heli, Urban Air, Mason Sky Tours, Air Bali Helicopter dan lainnya.
Kalau ke Bali, jangan menghabisi waktu di wisata lautnya saja tapi udara juga. Semakin banyak pengalaman, semakin banyak memori indah yang akan dikenang bersama orang-orang terkasih. Family time dan me time itu mahal harganya.
Setiap mau jalan-jalan, Ubud, Bali pasti selalu jadi rekomendasi. Nggak heran sih, tempat-tempat wisata disana nggak cuman memanjakan mata tapi menambah memori serta experience. Tempat wisata yang mau Mz spill habis ini bisa kamu kunjungi pas di waktu senggang, let’s check these out!
Alam Sari Agrotourism
Yang pertama ada tempat wisata bagi si pecinta kopi. Tenang, nggak cuman minum doang kok, tapi bakal dikasik tahu prosesnya yang dimulai dari metik buahnya sampai ke proses lanjutannya. Nanti diajak keliling-keliling sama guidenya di kebun kopi, jadi kalau kepo bisa nanyak-nanyak langsung sama orang yang bersangkutan.
Ada aneka jenis kopi sama teh yang bisa kamu cobain. Gratis! Cuman yang nggak gratis itu kopi luwak. Dengan kualitasnya yang premium, secangkir kopi luwak merogoh kocek sebesar 50 ribu. Tempat wisata ini letaknya di Sukawati ya guys, berdekatan dengan Ubud.
ARMA Ubud
ARMA adalah singkatan dari Agung Rai Museum of Art alias Museum Seni Agung Rai. Sesuai namanya, Agung Rai punya andil yang besar bagi museum yang satu ini. Sebagai seorang warga Bali yang sudah mendedikasikan hidupnya untuk melestarikan serta mengembangkan seni dan budaya Bali, Agung Rai membangun museum ini. Jadi semua karya seni yang dibuat para pelukis tersohor bisa kamu temui disini. Nggak cuman lukisan saja, kamu juga bisa nonton pertunjukkan tari, teater dan musik. Kepoin buku-buku yang ada juga bisa soalnya terdapat perpustakaan sama toko buku disini. Pokoknya benar-benar tempat berkumpulnya karya seni deh.
Puri Saren Ubud
Puri ini tuh bekasnya istana Raja Ubud. Pernah digunakan hingga tahun 1940an, puri ini pun juga masih dihuni oleh keturunan-keturunan Raja Ubud. Disini kamu bisa menyaksikan pertunjukkan Tari Legong dan jenis tarian lainnya. Karena ini sudah aja sejak zaman dulu, nggak heran gaya arsitekturnya khas Bali banget. Apalagi tata tamannya yang dirawat, jadi makin senang lihatnya. Bahkan puri ini sekarang jadi hotel lho!
Nyuh Kuning Village
Ingin berwisata di desa? Nyuh Kuning Village adalah jawabannya. Terletak di belakangnya Monkey Forest, disini kamu bisa melihat tradisi dan adat yang kental ala Bali. Bahkan ada penginapan yang kayak nyatu sama rumah-rumah warga disana. Jadi makin berasa berbaurnya. Oh ya, disini juga ada restoran yang wajih kamu datangi yakni Laka Leke Restaurant. Punya konsep ala pedesaan, restoran ini juga menampilkan pertunjukkan seni seperti Barong and Kris Dance, Frog Dance, Joged and Children Dance, dan Kecak and Fire Dance. Sudah bisa nginep, makan makanan khas Bali terus nonton pertunjukkan seni lagi, jadi makin nggak mau pulang deh hehe. Warung makan lokal pun juga ada di sekitarnya, nggak usah ragu untuk bertanya dan mencarinya ya.
Sekarang sudah nggak bingung lagi deh mau jalan-jalan kemana. Apalagi buat yang cinta kopi sama seni, nggak ada alasan untuk nggak datang ke empat tempat wisata di atas. Time to go!
Jarang-jarang ‘kan bisa ngabisin waktu bareng keluarga. Sekalinya bisa ngabisin waktu, pengen dong berwisata ke tempat yang asyik dan bisa ngelakuin banyak hal. Bali Zoo Park adalah jawabannya. Kepoin kebun binatang satu ini kuy!
Kesempatan Bertemu Berbagai Spesies Satwa
Pasti sudah nggak asing ‘kan ya sama Bali Zoo Park. Kebun binatang yang letaknya di Sukawati, Gianyar ini sudah terkenal dari dulu. Disini kamu berkesempatan bertemu beragam spesies satwa yang unik bahkan langka. “Memang ada hewan apa saja sih?” Banyak dong! Dari kura-kura, buaya, gajah, burung jalak putih, orang utan, beruang, siamang dan masih banyak lagi. Oh ya, Bali Zoo buka dari 9 AM sampai 5 PM.
Harga Tiket Masuk Bali Zoo Park
Untuk harga tiketnya sendiri punya beberapa klasifikasi nih. Kalau wisatawan domestik dengan KTP Bali, untuk anak-anak akan dikenai 75 ribu (hari kerja) dan 85 ribu (weekend) sedangkan yang dewasa dikenai 95 ribu (hari kerja) dan 110 ribu (weekend). “Kalau wisatawan domestik tapi bukan KTP Bali?” Untuk anak-anak dikenai 100 ribu dan yang dewasa dikenai 125 ribu. Beda cerita nih kalau wisatawan mancanegara, kira-kira bakal dikenai 18 dollar sampai 25 dollar. Tenang, ada paket keluarganya juga kok jadi bisa lebih hemat. Biar tau lebih banyak kalian bisa cari tahu info lanjutan mengenai harga tiket masuknya di website Bali Zoo maupun di aplikasi seperti Traveloka.
Bali Zoo Park yang Punya Beragam Fasilitas
Sepanjang kalian ketemu beragam spesies satwa tadi, kalian bisa tuh ngasi makan, foto-foto bahkan menyentuh langsung. Cuman pastikan ada petugas yang mendampingi kalian ya, jangan sembarangan! Selain ketemu satwa-satwa, ada beragam fasilitas yang bisa kalian coba kayak Dinner with the Great Elephant (makan malam dengan gajah), Miniapolis Jungle Waterplay (wahana air yang bisa dimainkan anak-anak), Treewalk Adventures (wahana memacu adrenaline seperti flying fox dan high ropes), Zoobak Trekking (wahana berpetualang) dan restoran yang bisa me-recharge kembali energi kalian.
Sudah asyik, mengedukasi lagi. Ngabisin waktu bareng keluarga jadi seru ‘kan di Bali Zoo. See you there!
Nggak hanya tempat wisata, Bali juga punya beragam makanan khas yang punya cita rasa gurih. Pastinya bikin kamu ketagihan dan ngidam gara-gara kepikiran terus, eh. Selain lawar dan sate lilit, intip makanan khas Bali yang bisa kamu cobain di bawah ini yuk!
Bebek Bengil
Makanan yang punya cita rasa gurih ini asalnya dari Ubud, Gianyar. Ada sebutan unik nih yaitu dirty duck alias bebek kotor gara-gara warnanya yang gelap kecoklatan. Pembuatannya ini diawali dengan proses rebus selama 3 sampai 4 jam, kemudian dilanjutkan dengan proses perendaman bumbu hingga benar-benar meresap. Tahu nggak berapa lama? 12 jam! Setelah ngelewatin kedua proses tadi, baru deh digoreng sampai renyah hingga ke tulang.
Tipat Cantok
Buat yang suka bumbu kacang, apalagi yang pedas-pedas sabi makan tipat cantok. Cantok itu artinya diulek, jadi tipatnya bakal dicampur sama bumbu yang sudah diulek. Tekstur bumbunya yang rada kasar bikin tipat dan tambahan sayur kayak tauge, kacang panjang, kangkung makin terasa lebih nikmat. Biar makin segar, bisa ditambah jeruk limo. Tambah kerupuk sabi saja kok biar makin komplit.
Bubur Mengguh
Bubur ini sebelas dua belas sama bubur ayam, cuman beda isian sama cara masaknya saja yang beda. Makanan yang berasal dari Buleleng ini dimasak dengan campuran santan dan suwiran ayam kuah yang pedas dan kacang. Tambah sayur juga kadang-kadang. Asli! Buat menu sarapan bakal nikmat banget nih.
Nasi Tepeng
Kalau Buleleng punya bubur mengguh, Gianyar punya nasi tepeng. Nasinya dimasak dengan santan, makanya rasanya agak mirip-mirip nasi uduk. Bumbu rempah-rempahnya memberikan rasa gurih dan pedas. Ini juga ditambah dengan sajian sayur nangka, kacang-kacangan, dan lauk pauk di atas alas daun pisang.
Sudang Lepet dan Tum Ayam
Sudang lepet asalnya juga dari Buleleng. Olahan ikan asin ini memang paling nikmat kalau ditambah nasi hangat. Untuk ngolahnya cukup mudah kok, awalnya dibersihkan dulu terus dipukul-pukul sampai tipis. Nantinya dijemur dan kalau sudah kering total bakal dipanggang menggunakan bara api biar hasilnya makin awet. Jangan lupa nambahin sambal matah biar rasa asin pedasnya makin menyatu.
Memang ya makanan dari olahan ayam itu nikmatnya tiada tara. Buat yang sering makan nasi campur khas Bali, pasti sudah nggak asing dengan tum ayam. Tum ini bentuknya kayak pepes, tapi beda cara masak sama bumbu saja. Bahan-bahan dapur yang dibutuhkan kayak bawang, cabe, jahe, kunyit, lengkuas, kemiri dan kencur yang akan dihaluskan dan ditumis bentar saja bareng ayamnya. Kalau sudah setengah matang, nanti dibungkus kecil-kecil pakai daun pisang terus dikukus sampai matang. Sebenarnya nggak hanya ayam, tum ini bisa menggunakan ati ampela, daging sapi maupun babi.
Dari keenam makanan di atas, yang mana nih paling menggugah selera kalian?
Suka bingung nggak sih nyari uang kecil buat bayar parkir? Sekarang nggak lagi nih, khususnya untuk yang mengunjungi Alun-alun Astina, Gianyar bisa bayar parkir dengan pembayaran non tunai. Lama-lama makin canggih saja ya, semua serba digital. Handphone pun jadi berasa dompet tak kasat mata sekarang, eh.
Viral Bayar Parkir Pakai QRIS di Gianyar
Pengguna Twitter dibuat heboh nih dengan postingan akun @vabyo dengan tweet “maap, nggak nerima cash” pada Jumat, 28 Januari 2022. Banyak banget nih yang bertanya-tanya dan heran, kok bisa sih bayar parkir pakai barcode? Masih dalam tahap uji coba, bayar pakai non tunai ini dilakukan guna menghindari kebocoran pendapatan parkir maupun pungutan liar (pungli). Pembayarannya ini akan langsung masuk ke kas daerah dalam bentuk pendapatan restribusi, jadi transparan gitu maksudnya.
Diketahui lokasi dimana tukang parkir itu difoto adalah Alun-alun Astina, Gianyar. Niat banget tuh sampai ngalungin dua barcode. Nanti pas scan barcodenya, harus pakai aplikasi pembayaran yang tergabung dalam Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) seperti GoPay dan Ovo. Walaupun bayarnya cuman 1000 Rupiah, tetap berasa gaul sih kalau kayak gini sistem pembayarannya.
Karena ini masih tahap uji coba, harapannya pembayaran non tunai ini bisa diterapkan di semua tempat parkir di jalan umum Kabupaten Gianyar. “Bentar deh, Mz. Kalau yang bayar itu orang tua yang nggak ngerti bayar non tunai gimana?” Nanti ada yang mendampingi kok guys, jadi nanti dibantuin cara pakai GoPay sama Ovo gimana. Mungkin karena masih baru, perlu adaptasi yang lumayan lama. Tapi, kalau memang efektif kenapa nggak ‘kan? Kalau menurut kamu gimana?
Nggak hanya pura, di Bali juga punya banyak patung. Selain GWK (Garuda Wisnu Kencana), masih banyak patung ikonik lain yang pastinya nggak asing buat kalian. At least, pernah ngelihat patungnya cuman nggak sampek merhatiin detail karena lagi berkendara. Siap-siap! Bentar lagi kita bakal kepoin empat patung ikonik yang tinggi akan nilai dan sejarah. Tetap scroll down!
Patung Satria Gatotkaca
Pasti pernah ‘kan pergi ke Tuban, Badung? Dijamin pasti tahu patung yang satu ini. Apalagi letaknya di dekat Bandara Ngurah Rai dan lampu merah, auto merhatiin ketika lagi nunggu lampu hijau. Sosok berjasa dibalik berdirinya patung yang diangkat dari kisah Mahabratha ini bernama I Wayan Winten. Sesuai namanya, patung yang dibangun pada tahun 1993 ini menceritakan sosok Gatotkaca yang gagah nan berani. Putra dari Bimasena (Panca Pandawa) ini terkenal kuat dan menjadi salah satu ksatria yang handal dalam melindungi kerajaan.
Scene yang dijadikan patung ini adalah ketika Gatotkaca melawan Karna atau Raja Angga dalam perang Bhatara Yudha. Bersenjatakan gada, Gatotkaca pun berjuang mati-matian untuk melawan Karna yang bersenjatakan panah. Karena saking saktinya, Gatotkaca pun meninggal akibat dipanah Karna. Btw, yang jadi kusir kereta yang lagi ditarik enam kuda itu adalah Raja Salya (pamannya Nakula dan Sadewa).
Patung Titi Banda
Yang tadi Mahabratha, sekarang kita ke epos Ramayana. Nah, scene patung yang satu ini adalah ketika Sri Rama dan 18 ekor kera tengah membuat jembatan Titi Banda. Nggak hanya sekedar buat, tujuannya adalah untuk menjemput Sinta yang tengah ditawan oleh Rahwana di Kerajaan Alengka. Disini kelihatan banget sih sifat kepemimpinan Sri Rama, ketulus ikhlasan para kera yang membantu dan besarnya cinta untuk sang istri, Sinta.
Patung Dewa Ruci
Ini apalagi, semua orang pasti tahu Patung Dewa Ruci, Dibuat juga oleh I Wayan Winten, patung ini berlatarbelakang sang Bima yang tengah melawan Naga Baruna. Dikisahkan Bima ditugaskan untuk mencari tirta amertha oleh gurunya, Drona. Sebenarnya si Bima cuman dimanfaatin oleh Kurawa cuman lewat gurunya saja, kan ditahuin tuh dia kuat, mau dilihat gitu bisa nggak nyari tirta amertha yang nggak mungkin untuk ditemukan.
Perjuangan ini pun akhirnya membawanya ke pertarungan sengit dengan Naga Baruna atau Naga Neburwana. Karena emang basicnya kuat, Bima lah yang menang. Setelah itu, bertemulah ia dengan sosok orang mini bernama Dewa Ruci. Jadi, patung paling atas itu mewakili Dewa Ruci, terus Bima yang lagi ngelawan naga. Untuk ombaknya di bawahnya itu bercerita lagi di samudera.
Berbentuk bayi raksasa, patung Sang Hyang Siwa Buddha atau Sang Hyang Brahma Lelare ini dibuat oleh I Ketut Sugata. Kenapa bentuknya bayi? Karena pertumbuhan manusia ‘kan diawali dengan menjadi bayi, jadi istilahnya sebagai simbol kelahiran manusia ke gumi ini gitu.
Sebenarnya masih banyak lagi, cuman Mz bahas empat dulu yak. Nggak sembarangan, patung-patung yang dibahas di atas dipikirkan dengan matang, dipahat dengan teliti dan kaya akan nilai sejarah. Ini salah satu bentuk dalam menjaga kelestarian nilai-nilai epos, yakni dengan mengabadikannya dalam bentuk patung.
Setelah vakum 17 bulan, Liga 1 2021-2022 atau BRI Liga 1 akhirnya dilaksanakan juga. Tahu nggak, kalau putaran kedua akan diadakan di Bali? Iya! Di 3 stadion yang berbeda, biar nggak cuman kepoin kompetisinya, kepoin juga tempat-tempat yang akan digunakan yak. Let’s go!
Stadion Ngurah Rai, Dangin Puri Kangin-Denpasar
Pernah menjadi homebase Bali United untuk BRI Liga 1 tahun 2020, Stadion Ngurah Rai kini kembali dilirik untuk kegiatan kompetisi yang sama. Sebelumnya pernah jadi markas klub Gelora Putra Delta, tapi sekarang berubah menjadi Perseden Denpasar. Memiliki kapasitas 45.000 tempat duduk, stadion ini sudah direnovasi seperti drainase lapangan, rumput yang diganti, pemasangan lampu penerangan serta ruang ganti untuk pemain. Btw, stadion ini dikeolola langsung oleh KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) Bali.
Stadion Kompyang Sujana, Tegal Kertha-Denpasar
Sebelumnya Stadion Kompyang Sujana ini menjadi salah satu pilihan bagi Bali United untuk dijadikan homebasenya. Memiliki kapasitas penonton tujuh ribu penonton, stadion ini sebenarnya kalah pamor sama Ngurah Rai (gara-gara prestasi yang ditorehkan klub Gelora Putra Dewata). Dengan kompetisi ini, harapannya menjadi momentum untuk menaikkan namanya pada masyarakat saat putaran kedua BRI Liga 1.
Putaran Kedua di Stadion I Wayan Dipta, Buruan-Gianyar
Siapa sih yang nggak tahu Stadion I Wayan Dipta? Terletak di Gianyar, nama stadion ini diambil dari nama seorang pemuda yang berasal dari tempat yang sama yakni Kapten I Wayan Dipta. Beliau yang lahir pada tahun 1926, berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sampai titik darah penghabisan, hal ini membuatnya gugur di medan perang pada tahun 1946. Iya! Usianya masih 20 tahun, tapi semangatnya luar biasa bukan main. Semoga semangatnya ini menggelora di stadion dan menginspirasi para pemain sepak bola serta masyarakat.
Karena sudah lama dibangun, sudah pasti gaya bangunannya terbilang old fashioned. Cuman pelan tapi pasti, sudah mulai diadakannya renovasi. Semoga BRI Liga 1 ini bisa menjadi momentum untuk datangnya wisatawan lokal, terus nggak lupa untuk ngabisin waktu di tempat wisatanya.
“MAU SELF HEALING!!!” Waduh, kenapa nih? “Aku capek, pokoknya mau self healing!” Iya, iya, ‘healing’ dengan air alam mau nggak? Dijamin segar jiwa dan raga. “SPILL TEMPATNYA!” Okay, here we go!
‘Healing’ di Pura Campuhan Windhu Segara, Denpasar
Terletak di Padang Galak, Denpasar, Pura Campuhan Windhu Segara ini dibangun pada tahun 2005. Tempatnya yang strategis dan juga terletak di pinggir pantai, sering banget nih didatangi pemedek yang hendak melakukan pengelukatan. Kalian bisa bawa bungkak nyuh gading (kepala kuning) kesana, terus nantinya akan mandi di campuhan atau perpaduan antara air laut dan sungai.
Pura Beji Dalem Pingit Sebatu, Gianyar
Nah, kalau yang ini berasa banget magisnya. Sampai-sampai nih, kalau ada yang datang ngelukad tiba-tiba kesurupan, nari-nari atau ngeluarin suara yang aneh sudah nggak heran lagi soalnya Sebatu memang terkenal dapat menunjukkan penyakit-penyakit non medis. Terletak di Tegallalang, Gianyar, pura ini pertama kali ditemukan oleh tamu asing. Waktu itu nggak sengaja doi nemuin air terjun yang pendek bersama guide-nya, karena kelihatannya segar berenanglah si doi. Tiba-tiba saja warna airnya keruh kayak air cucian beras, saking kagetnya doi langsung auto kabur. Ternyata setelah ditelusuri makna air yang keruh tadi itu kalau orang yang mandi disana lagi punya penyakit, ini terbukti setelah tamu asing tadi ngerasa badannya lebih bugar dan sakitnya dia juga sudah menghilang. Selai menghilangkan penyakit, disini juga bisa memohon diberikan momongan.
Pancoran Sapta Gangga Pura Tamba Waras, Tabanan
Selanjutnya, Pancoran Sapta Gangga Pura Tamba Waras yang terletak di Penebel, Tabanan. Pura yang satu ini juga dipercaya dapat menyembuhkan penyakit medis dan non medis. Airnya ‘kan bisa diminum ya, nanti kalau sudah diminum tujuh kali dan mual berarti kena ‘sesuatu’. Pengelukatan yang dilakukan disini pun masih tergolong baru, soalnya baru dibuka pada November 2016.
Pura Watu Klotok, Klungkung
Bumi Serombotan alias Klungkung juga ada nih, namanya Pura Watu Klotok. Watu berarti batu sedangkan klotok itu berbunyi, kenapa bisa namanya begitu? Soalnya batu-batu yang ada disana kalau dikocok itu bakal mengeluarkan bunyi, seolah-olah ada isinya gitu lho. ‘Kan letaknya di pinggir Pantai Watu Klotok ya, warna pasirnya itu hitam, nggak putih kayak lainnya. Tapi inilah yang menambahkan kecantikannya ketika dibawah sinar matahari, kayak berkilauan gitu jadinya. Dengan suasana yang menyegarkan, indah dan menarik tentunya bisa masuk ke waiting list kamu untuk melakukan ‘healing’.
Terakhir, ‘Healing’ di Pura Tirta Sudamala, Bangli
Tempat pengelukatan yang satu ini pasti nggak asing di telinga kalian. Dimana lagi kalau bukan Pura Tirta Sudamala yang terletak di Bebalang, Bangli. Terdapat 15 pancuran, pura ini juga dekat dengan Sungai Banyu Asih. Airnya yang segar nan jernih dijamin bikin segar jiwa dan raga. Punya tebing-tebing yang indah, jalan yang harus ditempuh untuk kesini pun terbilang agak curam. Soalnya harus jalan jauh ke bawah, tapi bakal terbayarkan sih setelah dapat ngerasain airnya.
Abis ini mau kemana duluan nih? Oh ya, perlu diingat juga untuk perlengkapan yang harus dibawa seperti pakaian adat madya, baju ganti, pejati, cannang dan dupa serta uang untuk menyewa kamar mandi nanti. Semoga pulang-pulang dari sini jadi merasa lebih baik yak!
Jalan-jalan di Bali memang kurang lengkap kalau nggak hunting makanan juga. Kadang suka bosan ‘kan karena makan itu-itu saja. Nah, kebetulan banget nih Mz punya rekomendasi wisata kuliner yang bisa kamu coba di Ubud, Gianyar. Habis ini pastiin di kepoin ya!
Bebek Betutu Pak Rimpin
Buat yang suka ayam betutu, sabi nih coba makanan yang satu ini. Berdiri sejak tahun 1975, bebek betutu yang dibuat Pak Ketut Rimpin ini punya cita rasa yang nikmatnya nggak ketulungan. Btw, usaha kuliner ini sudah dikelola tiga generasi, jadi rasa makanannya tetap otentik dari tahun ke tahun. Wajar saja nih rasanya enak banget, proses pemasakannya memakan waktu 12 jam lho. Jadi, nggak heran tekstur bebeknya itu super duper lembut. Lembutnya bebek dengan rempah-rempah yang membuatnya makin gurih, pas banget ditambah nasi putih yang hangat dan minuman yang segar.
Warung Sate Kakul
Kalau tadi bebek, yang ini kakul alias keong sawah. Apalagi pecinta sate, wajib banget nyobain makanan yang satu ini. Disajikan dengan nasi dan jukut ares (sayur batang pisang), sate kakul ini punya tesktur yang kenyal dan rasa yang manis. Karena umumnya rasanya memang pedas, bisa request untuk dikurangi tingkat kepedasannya. “Beneran, Mz?” Beneran! Soalnya ‘kan bumbunya baru dibuat kalau ada pesanan yang masuk, makanya bisa menyesuaikan keinginan customer.
Warung Teges Ubud
Di Ubud juga ada nasi campur Bali nih, enak terus terjangkau lagi. Perpaduan nasih yang hangat, sate lilit, ayam dan sambal matahnya tuh nendang banget di mulut. Yang tadi capek banget abis jalan-jalan, langsung ke-charge gitu abis makan nasi campur disini. Bisa-bisa nambah jadi dua porsi lagi, eh. “Halal nggak, Mz?” Tenang, ada tiga varian sajian kok, vegetarian, nasi campur ayam dan babi. Tinggal pilih sesuai selera saja nih.
Bosan Makan yang Itu-itu Saja? Coba Hunting Makanan di Pasar Ubud
Jajanan tradisional jangan sampai ketinggalan dong. Kalian bisa nemuin makanan tradisional ini di Pasar Ubud. Namanya juga pasar ‘kan, sudah pasti kalian akan menemukan banyak banget makanan dan minuman tradisional. Sabi kali nyoba jaje laklak, injin alias ketan hitam, pisang rai dan lainnya. Tenang, harganya murah meriah kok, jadi aman di perut dan di dompet.
Nggak cuman cantik wisata alamnya, kuliner di Ubud juga menggugah selera banget nih. Kalau habis jalan-jalan memang paling pas nyari makan yang berat-berat kayak nasi campur, terus habis itu makan jajan tradisional Bali sebagai dessert deh. Jangan lupa siapin uang secukupnya juga ya, bye!
Setiap daerah yang ada di Indonesia pasti memiliki tradisinya masing-masing, sama nih kayak Bali, Hari Minggu lalu baru saja dilaksanakan Tradisi Ngerebong di Desa Kesiman, Denpasar. Karena Bali pun juga punya tradisi unik, kita kepoin empat diantaranya ya. Check it out!
Perang Ketupat di Desa Adat Kapal, Badung
Kita mulai dengan Perang Ketupat atau Aci Tabuh Rah Pengangon di Desa Adat Kapal, Mengwi, Badung. Sesuai namanya, tradisi ini melibatkan ribuan ketupat dan jaje bantal. Seluruh warga desa akan dibagi menjadi dua kelompok, biar bisa saling berhadap-hadapan gitu lho. Sebelum dimulai, warga akan bersembahyang dulu dan pemangku akan memercikkan air suci. Kalau sudah, baru deh siap-siap ngelempar senjata masing-masing. Tradisi ini hanya berlangsung 15 menit, tapi keseruan dan rasa suka citanya itu lho bikin seluruh warga senang bukan main.
Tradisi ini diperkirakan dilaksanakan pada tahun 1339, saat itu lagi musim paceklik. Situasi ini membuat Ki Kebo Waruga atau yang lebih dikenal dengan Kebo Iwa terenyuh. Sedih gitu melihat kemalangan yang tengah dihadapai warga Kapal. Saat itu ia ditugaskan untuk merenovasi Pura Purusada oleh Raja Sri Astasura Ratna Bumi Banten. Di tengah tugasnya, Kebo Iwa menyempatkan diri untuk memohon kepada Ida Bhatara yang berstana di Candi Rara Pura Purusada. Dari sini, dimintalah warga desa untuk melakukan Aci Tabuh Rah Pengangon yang dipersembahkan kepada Dewa Siwa.
Tradisi Mepantigan di Batubulan, Gianyar
Kalau yang ini lebih seru lagi, Mepantigan yang berarti saling membanting. Tradisi ini diciptakan oleh I Putu Witsen Widjaya yang merupakan seorang atlet taekwondo. Mengandalkan kuncian dan bantingan, Mepantigan ini tidak semata-mata untuk kekerasan tapi menumbuhkan rasa hormat antar sesama dan sarat akan makna nilai tradisi masyarakat Bali seperti rasa syukur dan solidaritas.
Mepantigan ini juga terinspirasi oleh pencak silat Bali. Saking kuatnya, Mepantigan ini pernah ada ajang kompetisi Internasional yang diikuti oleh lima negara yaitu Jepang, Denmark, Belanda, Swedia dan Korea Selatan pada tahun 2010. Arena pertandingannya memang di sawah, jadi banting-bantingan di lumpur. Sebelum dan sesudah pertandingan, melakukan persembahyangan ke hadapan Dewi Sri atau dewi kesuburan. Untuk pakaiannya, para pemain akan menggunakan kain hitam putih atau manca warna. Udeng jangan dilupakan untuk laki-laki. Walaupun dominan diikuti laki-laki, perempuan juga bisa ikut andil kok. Oh ya, ini ‘kan berlangsung selama tiga menit satu rondenya, dan setiap pertandingan ada dua ronde, untuk timernya sendiri menggunakan bambu yang berisi air, kalau airnya sudah habis baru deh selesai pertandingannya.
Tradisi Unik di Karangasem, Megibung dengan Seluruh Masyarakat Desa
Makan memang paling asyik beramai-ramai ‘kan, ada nih tradisi bernama Megibung yang berasal dari Karangasem. Biasanya diadakan kalau lagi ada acara kayak otonan, tiga bulanan dan lainnya. Maksimal 8 orang, nanti akan duduk melingkar dengan kelompok masing-masing atau duduk bersila saling berhadap-hadapan. Yang disajikan di atas daun pisang pun tak lain dan tak bukan yakni nasi, jukut urab, sate, balung dan makanan tradisional lainnya. Oh ya, btw nasi putih yang ada dalam wadah itu dinamakan gibungan, sedangkan lauk pauk yang mau dimakan dinamakan karangan.
Megibung pertama kali dikenalkan oleh Raja Karangasem, I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem sekitar tahun 1692. Waktu itu raja dan prajuritnya sedang ekspedisi menaklukan raja-raja yang ada di tanah Lombok. Sudah pasti ‘kan capek ya, jadi raja berinisiatif untuk istirahat dan ngajak makan bersama. Cuman ya makannya duduk melingkar gitu, bahkan raja disebut-sebut ikut juga makan sama prajuritnya. Sepanjang megibung, kalian nggak boleh naruh remahan atau sisa nasi di tangan ke gibungannya, jadi harus habis sekali suap gitu. Terus, kalau makanannya sudah habis, nggak boleh pergi duluan, tunggu semuanya selesai makan baru meninggalkan tempat. “Bisa nambah ‘kan, Mz?” Bisa, tinggal minta saja sama orang yang ditunjuk untuk mengambil dan naruh makanannya.
Tradisi Ngusaba Bukakak di Buleleng
Terakhir, ada tradisi Ngusaba Bukakak di Desa Sangsit Dangin Yeh, Sawan, Buleleng. Dilaksanakan saat Hari Purnama Sasih Kadasa, pelaksanaannya ditujukan kepada Dewa Siwa, Dewa Wisnu dan Dewa Sambu. Ini juga menjadi bentuk ucapan terima kasih kepada Dewi Sri atas kesuburan tanah dan hasil pertanian yang melimpah. Karena menghabiskan biaya yang nggak sedikit, tradisi ini dilakukan setiap dua tahun sekali.
Tradisi ini diperkirakan sudah ada sejak pemerintahan Raja Jaya Pangus. Sang raja adalah penganut sekte Dewa Wisnu, sedangkan masyarakatnya adalah penganut Siwa Sambu. Raja berinisiatif untuk menyatukan kemanunggalan sekte Dewa Wisnu dan Dewa Siwa menggunakan konsep Dwi Tunggal. Jadi, simbol pemujaannya dengan Nandi Garuda (dalam Bahasa Bali Kuno bernama Lembu Gagak atau Bukakak). Lembu itu melambangkan Dewa Siwa sedangkan burung garuda melambangkan Dewa Wisnu. Nah, nanti ‘kan ada babi yang dipanggang setengah matang, ini yang melambangkan Dewa Sambu.
Panjang banget sejarahnya ya, dari tahun masehi nggak tuh. Tentunya miliki tujuan yang baik, sudah seharusnya kita melestarikan dan menjalankan tradisi turun temurun dengan tulus ikhlas. Ini pastinya dilakukan sebagai bentuk terima kasih atas rezeki yang sudah diberikan. Semoga gumi Bali tetap rahayu, rahayu, dan rahayu.