Tari-tari di Bali emang banyak ragamnya, tetapi ada beberapa tari yang boleh dikomersilkan dan ada tarian yang dikhususkan sebagai pengiring dalam sebuah upacara di Bali. Kalau lebih sederhananya sih ada tarian sakral dan tidak sakral atau sebagai hiburan saja. Namun setiap gerakannya sudah pasti memiliki makna tersendiri yang mewakili filosofi hidup manusia di Bali.
Seperti pada artikel Mz sebelumnya sih, ada beberapa tarian sakral di Bali yang mungkin pas banget kamu bisa kepoin sekaligus dipelajari, tetapi khusus untuk tarian yang menggunakan topeng super sakral, seperti Wayang Wong dan Topeng Brutuk, cuman yang terpilih saja yang boleh menarikannya.
Dari sisi tarian komersil, Bali juga banyak banget memiliki tarian, seperti Tari Puspanjali, Legong Keraton, Panyembrama, Tari Baris, dan masih banyak lagi. Tetapi ada satu nih sebuah tarian hiburan masyarakat Bali yang sudah sangat populer dari jaman ga enak di Bali. Sudah pernah lihat keseruan Tari Joged Bumbung? Kalau sudah, sekarang Mz bakalan kasih beberapa seputar menarik mengenai tarian ini.
Joged Bumbung berawal dari tarian Legong
Berdasarkan Bali Express, tarian ini bermula dari sebuah tarian Legong yang sudah ada di daerah Sukawati, Gianyar. Namun saat itu tarian Joged memang diperuntukan untuk acara-acara yang bersifat sakral dan belum secara resmi menjadi sebuah tarian hiburan masyarakat. Kemudian setelah itu baru muncul istilah Joged Bumbung pada tahun 1740 yang memang sebagai tarian hiburan untuk masyarakat.
Perkembangannya juga semakin bervariasi, di mana tarian ini merupakan salah satu jenis tarian pergaluan dan otomatis sedikit ada sebuah gerakan-gerakan erotis yang bikin para lelaki merasa terhibur dan senang. Kalau udah dikasih beginian nomor 1 paling semangat dah :D.
Tahun 1990 gerakan tarian ini sudah mulai adanya gerakan-gerakan pinggul yang bikin menarik dan semakin diminati oleh masyarakat untuk terus menonton pertunjukan Joged ini. Tahun 2001 tarian ini semakin menjadi-jadi, karena mulai menyimpang dari pakem tarian ini. Makanya sekarang sudah banyak dibilang Joged Bumbung Porno gitu.
Joged bukan untuk memuaskan nafsu birahi
Nah, gimana menurut semeton soal fenomena ini? Pastinya ini banyak menimbulkan sebuah kekeliruan dalam tarian di Bali. seharusnya tarian ini juga memiliki nilai seni dan tidak murahan dibuat-buat menyimpang seperti pada video yang mz kasih.
Namun, di sisi lain ternyata ini yang sangat digemari oleh masyarakat. Kita tidak bisa menyalahkan permintaan masyarakat soal hiburan ya, tetapi kembali kepada diri sendiri bagaimana menyikapinya. Para seka Tabuh dan penari Joged juga butuh makan kan, jadi jangan menghujat sebelah pihak dulu.
Joged seharusnya menjadi sebuah tarian pergaulan yang santai dan sekedar menghibur hati masyarakat, bukannya sebagai tempat melampiaskan nafsu belaka. Joged sebuah kesenian yang diwariskan oleh para seniman bali terdahulu. Kini, pemerintah sudah ikut berkontribusi untuk melestarikan nilai-nilai tarian Joged terdahulu.
Salah satunya sih yang Mz pernah baca iseng di situs Pemerintahan Kota Denpasar yang berusaha untuk menghapus kesan Jaruh atau porno pada tarian Joged di Bali. Sebagai generasi muda sudah saatnya berjuang melestarikan kesenian di Bali dan bukan malah merusak nilai-nilai seninya.