Ada yang berbeda di Bali di Sabtu siang 10 Oktober 2015. Bali, yang identik diramaikan oleh masyarakat dan turis di sekitar pantai, mendapatkan pemandangan yang berbeda dengan kerumunan orang di Taman Puputan, Badung, Denpasar. Teriknya matahari di siang itu tidak menghentikan pengunjung taman untuk menyaksikan berbagai kegiatan hari itu. Dalam rangka memperingati Hari Habitat Sedunia yang mengangkat tema “Ruang Terbuka untuk Semua”, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan RI mengadakan perayaan HiddenPark di Bali.
HiddenPark adalah kampanye publik yang berfokus pada pengembangan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau, terutama taman kota. Kampanye ini bermulai dari Jakarta yang kemudian diadopsi di kota lain seperti Mataram, Bandung dan Semarang. Para penggerak dari kampanye ini mendorong penambahan jumlah taman berkualitas sebagai alternatif tempat hiburan dan juga sebagai ruang interaksi sosial-ekonomi yang esensial bagi warga kota. Di Jakarta sendiri, walaupun memiliki lebih dari 1000 taman kota, hanya sedikit yang dianggap menarik dan ideal oleh warganya. Dalam kata lain, mall-mall yang menjamuri ibu kota masih menjadi primadona sebagai tempat yang lebih menyenangkan untuk menghabiskan waktu berekreasi.
Hari Habitat Sedunia yang bertujuan untuk menginspirasi dan mendorong berbagai pihak masyarakat untuk ikut membentuk masa depan kota mereka. Mengangkat tema “Ruang Terbuka untuk Semua” dipilih untuk menekankan pentingnya ruang terbuka hijau sebagai bagian integral dari kegiatan masyarakat dan manajemen lingkungan dari komunitas sekitar. Dari penelitian didapatkan bahwa ruang terbuka terbukti dapat menyatukan masyarakat, dan sekarang, ruang terbuka memungkinkan terjadinya perkembangan ekonomi lokal. Dalam kesempatan ini, HiddenPark diundang untuk bercerita mengenai kampanye nya untuk membantu terciptanya kemungkinan tersebut di Bali.
Dengan dukungan dari Menteri Pekerjaan Umum, HiddenPark dengan partner lokal menyulap area kecil di taman Puputan dengan musik dan seni menjadi tempat yang dapat memberikan kebahagian bagi para pengunjung. Komunitas seperti Uma Wali, Bali Deaf Community, Mata Ponsel Bali, Komunitas Aman, SMAILI, Swayanaka dan Earth Hour juga hadir untuk berbagi mengenai kegiatan mereka dan mengajak pengunjung untuk bergabung ke komunitas masing-masing. Pendongeng partner setia HiddenPark, Resha Dongeng, turut menghibur anak-anak dan memberikan kesempatan bagi para orangtua dan anak untuk menggunakan imajinasinya sebagai cara untuk menjaga lingkungannya.
Penampilan musik dari Robi Navicula di sore hari menambahkan kemeriahan di taman, dimana para pengunjung pun memadati stand makanan untuk mencicipi jajanan favorit seperti Jaje dan Tipat Kuah dari Warung Liligundi. Di area lain, tampak anak – anak ramai bercorat-coret di area lukis, juga ada yang menyaksikan penampilan sulap dari Pak Jorgen dengan antusias. Sedangkan, pengunjung dewasa lebih memilih untuk menyaksikan turnamen catur yang diadakan oleh Komunitas Catur Puputan sambil menyeruput kopi dari Coffee Barbero.
Seiring dengan matahari terbenam, semakin banyak keluarga yang terlihat penasaran dengan atraksi- atraksi yang terjadi dekat tempat bermain anak. Lakota Moira, seorang professional di bidang kreatif yang juga senang dengan kegiatan outdoor mengatakan dirinya ngobrol sama teman-teman yang sering mengunjungi ruang ini dan belum pernah melihat area dekat area bermain anak-anak seramai hari itu. Pengunjung lain pun berharap bahwa acara serupa akan terus diadakan di Bali dan dapat mengajak pemerintah setempat untuk mengembangkan lebih banyak taman kota yang layak bagi para penduduknya. (cont/obat)
Leave a Reply