Memang ya, apapun tentang Bali memang indah dan unik. Ada nih pura yang dimana semua agama bisa datang untuk sembahyang. “Oh kayak Pusat Peribadatan Puja Mandala ya, Mz?” Yup, benar sangat! Kalau yang ini namanya Pura Pancasila yang terletak di Kubutambahan, Buleleng. Kita kepoin cerita dibaliknya yuk!
Cerita Dibalik Dibangunnya Pura Pancasila
Pura Pancasila ini juga punya nama lain yaitu Pura Negara Gambur Anglayang, terus disebut Pura Multikultural juga.
“Kenapa, Mz?”
Ini karena dalam puranya ada sederet pelinggih yang memiliki simbol dan etnik dari agama yang berbeda, di Indonesia ‘kan ada enam agama yang sah, nah disini ada delapan pelinggih yang mewakilkan keenam agama tadi serta suku dan ras tertentu makanya disebut Pura Multikultural.

Jadi, kedelapan pelinggihnya itu ada Pelinggih Ratu Sundawan yang mewakili unsur Kristen, Pelinggih Ratu Bagus Melayu yang mewakili ras Melayu, Pelinggih Ratu Ayu Syahbandar dan Ratu Manik Mas yang mewakili unsur Cina atau Buddha, Pelinggih Ratu Pasek, Dewi Sri dan Ratu Gede Siwa yang mewakili unsur Hindu. Oh ya, yang lagi satu namanya Pelinggih ratu Gede Dalem Mekah yang mewakili unsur Islam.
Terdiri dari tiga halaman yakni Nista Mandala atau jaba sisi, Madya Mandala atau jaba tengah dan terakhir, Utama Mandala atau jeroan, Pura ini diperkirakan berdiri pada abad ke-13 atau tahun 1260. Waktu itu kawasannya terkenal dengan nama Kuta Banding dan menjadi pelabuhan dagang yang sangat strategis serta menjadi pusat perdagangan. Makanya kawasannya itu dikelilingi benteng yang berdiri kokoh.
Seperti biasa, para pedagang yang berasal dari beragam etnis ini datang untuk membeli rempah-rempah. Ketika sudah waktunya untuk melanjutkan perjalanan, eh tiba-tiba awal kapal berteriak karena kapal yang mereka tumpangi bocor. Para warga pasti nolongin dong, cuma ternyata usahanya sia-sia. Melihat kemalangan ini, salah satu awak kapal berinisiatif mengajak yang lain untuk bersembahyang di pelinggih yang ada disana. Tentu saja saat sembahyang, mereka berharap diberi kekuatan dan keselamatan agar usahanya lancar. Saking pasrahnya, mereka juga berjanji kalau seandainya bisa kembali dalam keadaan baik akan mengakui keberadaan pelinggih itu bahkan membangun pura untuk menyembah Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan manifestasi sebagai Dewa Siwa.

Ya, sudah pasti mereka selamat soalnya puranya sudah dibangun dan berdiri kokoh hingga hari ini. Acara pujawalinya jatuh pada Buda Wage Wuku Kelawu dan akan nyejer selama tiga hari. Ada cerita menarik lainnya nih mengenai Pura Pancasila. Katanya sudah beberapa kali wastra gringsing yang digunakan itu hilang tapi habis itu balik lagi. Bahkan bisa keganti sendiri, kayak sudah waktunya diganti gitu lho. Belum lagi kemunculan bendera Merah Putih secara mendadak dan pas dicek ternyata nggak ada jaritannya dan benar-benar kayak habis disablon. Cuma buat bendera yang sekarang nggak tahu deh Mz, tetap yang sama atau beda.
Sudah tahu ya, selain Puja Mandala ada juga pura yang dimana semua umat beragama bisa datang untuk sembahyang. Berarti nggak boleh membeda-bedakan agama ya, kita semua tetap bersaudara dan satu tanah air Indonesia. Salam damai!
Leave a Reply