Di Desa Pinggan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, berdiri sebuah Pura yang memiliki cerita yang menggambarkan akulturasi budaya Hindu dan Budha yang dikenal dengan nama Pura Dalem Balingkang.
Dalam kontek nama yaitu Pura Dalem Balingkang, Dalem berasal dari nama Keraton yaitu Kuta Dalem, sedangkan Balingkang berasal dari kata Bali dan Ing Kang dihubungkan dengan pernikahan raja Jaya Pangus dengan Puteri Cina bernama Kang Cing Wie, digabungkan menjadi Bali-Ing-Kang yang sekarang bernama Balingkang.
Ada banyak cerita terkait asal-usul sejarah berkembang beberapa versi di masyarakat, ada yang berdasarkan Purana Pura Dalem Balingkang, Kekawin Barong Landung dan juga berdasarkan mitos yang sudah berkembang di masyarakat.
Nih Lokasinya…
Katanya Pura Dalem Balingkang Ini Ada Karena Sang Raja Melakukan Poligami
Seperti yang sudah Mz sebutkan tadi, memang ada banyak versi cerita terkait Pura ini. Tapi yang mau Mz bahas sekarang adalah cerita tentang mitos yang beredar di masyarakat tentang Pura ini.
Diceritakan pada jaman dahulu seorang raja bernama Sri Jaya Pangus memerintah di Bukit Panarajon, memiliki seorang permaisuri yang tidak memiliki keturunan sehingga dijuluki Dewi Mandul. Raja menjadi khawatir karena tidak memiliki generasi penerus untuk melanjutkan pemerintahan di tahta kerajaan di keraton Bukir Panarajon.
Pas main ke pasar, Raja melihat seorang wanita cantik keturunan Cina dan jatuh cinta pada pandangan yang pertama. Dan tanpa berpikir panjang, raja menikahi wanita tersebut diam-diam, tanpa sepengetahuan keluarga, pejabat dari pihak kerajaan dan tanpa upacara yadnya.
Karena ketahuan, Sang Raja bersama dua permaisurinya pergi meninggalkan kerajaan turun bukit menyusuri hutan ke arah Timur Laut. Saat perjalanan puting beliung dan hujan deras tanpa henti. Tanpa mengenal takut, Raja dan kedua permaisurinya terus berjalan sampai akhirnya tiba di Gunung Lebih.
Pas udah sampai, beliau beristirahat dan melakukan semadi dan memohon petunjuk kepada para dewa. Semadinya berbuah hasil, Sang Raja mendapatkan petunjuk atau pewisik. Akhirnya perjalananpun dilanjutkan, sesuai petunjuk saat hujan reda beliau berhenti dan memasang tanda, tempat tersebut bernama Dharma Anyar sebuah tempat yang juga menjadi tempat pertapaan para Maha Rsi dan Mpu. Dan di Dharma Anyar beliau membangun keraton kerajaan dan juga tempat suci yang bernama Balingkang.
Mungkin masih banyak lagi versi cerita terkait Pura ini di Masyarakat. Tapi intinya terlihat akulturasi budaya Hindu dengan Budha dari jaman nenek moyang Bali Kuno yang sekiranya berhubungan dengan asal-usul atau sejarah keberadaan Dalem Balingkang
Misalnya seperti sejumlah pura di Bali terdapat juga pemujaan untuk etnis Cina seperti bentuk pagoda atapun kongco, penggunaan uang kepeng dari Cina (pis bolong) untuk perlengkapan upacara yadnya umat Hindu dan Lingga berupa Barong Landung di sejumlah pura.