Pesta Kesenian Bali atau PKB kali ini mengambil tema “Teja Dharmaning Kauripan” atau bahasa kerennya Api Spirit Penciptaan, di mana tema ini menjelaskan sebuah proses penciptaan sebuah karya melaluia spirit api yang ada pada diri kamu.
Nah, PKB tahun ini terbilang cukup seru karena banyak banget keunikan budaya yang dibawakan oleh beberapa kontingen daerah di Bali, seperti Kota Denpasar, Kabupaten Bangli, Buleleng, Badung, Karangasem, Jembrana, Gianyar, Klungkung, dan Tabanan.
Pandangan juga tidak luput dari beberapa kendaraan hias bernuansa Bali yang negbuat kamu banget naik di atasnya. Tapi sayang banget udah penuh sama properti dan para penabuh yang ganteng dan cantik-cantik. Mz cuman bisa live aja nih sambil menyaksikan Presiden Jokowi dengan senyuman manisnya kagum atas PKB tahun ini.
Pesta Kesenian Bali penuh dengan toleransi
Kenapa Mz bisa bilang gitu? Soalnya saat penampilan beberapa kontingan, ternyata selain budaya Bali ada juga nih beberapa kebudayaan di Indonesia yang ikut serta meramaikan PKB ke-40 di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali, pada 23 Juni 2018.
Selain 9 kontingen yang Mz sebut tadi, ada juga nih beberapa kontingen di luar daerah Bali yang penampilannya juga jadi pusat perhatian. Pertama ada dari mahasiswa ISI Denpasar sebagai pembukaan dengan tariannya bertajuk Ciwa Nata Raja dan gamelan Ketug Gumi.
Ga cuman ISI aja nih yang unjuk kebolehan, penampilan apik dari Marching Band Unud dan Marching Band Unwar Denpasar juga ada lho, jadi tidak cuman kesenian budaya Bali aja yang ada, tetapi kesenian modern seperti Marching Band ini pun juga turut memeriahkan.
PKB bukan cuman sekedar memperkenalkan kesenian budaya Bali, tetapi melalui PKB juga mengajak kamu sebagai anak muda Bali untuk memhami artinya sebuah toleransi dengan orang yang berbeda keyakinan dan budaya di Indonesia.
Salah satunya penampilan kontingen seni Provinsi Guang Xi (China), ISBI Papua, Sanggar Basundari Jepang, Forum Sunda Kecil, dan Konsulat Jepang yang membuat PKB ini berasa sangat berwarna. Ada yang protes? Sama sekali tidak, karena seluruh masyarakat Bali yang menyaksikan kreasi dari mahasiswa Papua, Guang Xi China, dan Konsultan Jepang ini sangat terhibur dan sangat antusias terhadap penampilan yang mereka bawakan.
Jauh lebih berwarna jika perbedaan itu dipadukan dalam satu pertunjukan, karena kita bangsa Indonesia yang memegang teguh konsep Bhineka Tunggal Ika.