Mz yakin pasti kalian sudah nggak asing dengan yang namanya gangsing. Permainan tradisional Magangsing ini tetap eksis lho walaupun sudah di era digital seperti sekarang, bahkan kian berkembang dan diminati. Intip keeksesisannya hingga saat ini, yuk!
Permainan Tradisional “Magangsing” yang Masih Eksis Hingga Saat Ini

Permainan tradisional adalah kegiatan bermain yang dilakukan anak-anak guna menghabiskan waktu bersama dan bersenang-senang. Karena sudah ada dari zaman dahulu, sudah pasti ada ragam jenisnya, salah satunya Magangsing.
Magangsing ini merupakan salah satu permainan tradisional yang mengandalkan gangsing dan tali untuk memainkannya. Semakin ahli sang pemain, akan semakin lama gangsing berputar bahkan putarannya akan terlihat indah di mata. Kalau kalian mikir permainan yang satu ini sudah ketinggalan zaman, buktinya Magangsing masih tetap eksis dan dimainkan hingga saat ini. Terlepas dari dunia yang sudah serba canggih dimana game online jadi perhatian besar dari anak-anak zaman sekarang, permainan tradisional ini masih tetap dilakukan bahkan jadi ajang unjuk gigi ke wisatawan.
Kian Berkembang dan Diminati

Permainan tradisional yang satu ini kian lama bukannya menghilang tapi kian berkembang. Ini dibuktikan dengan adanya wisata adu gangsing di Desa Gesing, Banjar, Singaraja. Objek wisata di Bali Utara ini mengandalkan permainan adu gangsing yang sudah ada sejak tahun 1960-an. Jadi, nggak hanya budaya tari-tarian atau tempat wisata yang indah, namun permainan tradisional pun menambah keunikan yang ada di Singaraja, Bali.
Sempat saat Pesta Kesenian Bali (PKB) berlangsung, terdapat penampilan permainan gangsing dari Sekaa Gangsing Kayu Sambuk yang berasal dari Desa Gobleg, Singaraja. Penampilannya ini berlangsung di Bajra Sandhi, Renon, Denpasar pada 25 Juni 2022 lalu. Pertunjukkan Murtirupa Magangsing ini berlangsung dengan terputarnya gangsing di telapak tangan, kemudian dilanjutkan dengan saling melempar satu sama lain dan berakhir dengan adu gangsing. Selain kedua desa tersebut, ada juga desa lain yang masih mempertahankan permainan tradisional yang awalnya dari Desa Gobleg, Desa Gesing, Desa Munduk dan Desa Umajero akhirnya kian berkembang hingga ke Desa Bengkel, Desa Banyuatis, Desa Kayu Putih dan Desa Pedawa.
Permainan ini tetap eksis berkat peran orang-orang khususnya warga Bali yang masih memberikan ruang untuk tampil di tingkat kabupaten, provinsi bahkan nasional. Ini seakan menghidupkan kembali semangat dalam mempertahankan keberagaman dan kebudayaan Bali yang sudah ada sejak zaman dahulu.