Orang Bali pasti udah pada tahu tentang perang pandan yang berlangsung di Desa Tenganan, Karangasem, Bali. Bukan cuma orang Bali, tapi orang di luar Bali juga nggak asing sama tradisi yang masih dilakukan di Bali ini. Terkenal nih ye!
Tradisi Perang pandan di katagorikan sebagai Tari wali/tari sakral yang cuma bisa di pentaskan pada saat yang sudah ditentukan. Tradisi ini dilakukan untuk persembahan yang ditujukan kepada Dewa Indra, seorang Dewa perang yang diutus untuk memerangi Raja Maya Denawa yang ngerusuh dan berlagak seperti Dewa di Desa Tenganan. Ibaratnya hari peringatan untuk Dewa Indra yang sudah berjuang dan menang saat perang gitu deh, Cuy!

Sudah Siap Mental? Silahkan Ikut Perang Pandan
Tidak ada batasan usia untuk berpartisipasi dalam tradisi ini. Siapapun yang sudah siap mental, bisa langsung berperang dan memeriahkan prosesi ini.

Ritual perang pandan disiapkan sejak lama agar prosesinya berjalan sempurna. Proses persiapan sedikitnya memakan waktu selama sepuluh hari yang diisi oleh berbagai macam ritual keagamaan sebelum ritual perang pandan benar-benar dilaksanakan. Oya, perang ini dilakukan saat bulan kelima atau sasih kalima dalam penanggalan Desa Adat Tenganan.
Sesuai dengan namanya, perang ini bersenjatakan pandan yang diikat agar menyerupai gada ditambah dengan tameng yang dibuat dari rotan untuk menghalau serangan. Walaupun udah pakai tameng, tapi tetep aja badan peserta bakal kena pandan yang berduri tersebut dan kemudian berdarah. Setelah prosesi berakhir pada balas dendam nggak ya? Nggak lah, tetap damai. Aman kok.

Saat tradisi ini diiringi dengan musik gamelan seloding yang merupakan alat musik di daerah Tenganan. Alat tersebut memiliki pantangan yang tidak boleh dilanggar, yaitu tidak boleh menyentuh tanah dan hanya bisa dimainkan oleh orang yang sudah disucikan.