Kali ini Mz bakal bahas tempat rekreasi, bagi kamu kamu kawula muda yang suka travelling, Mz punya rekomendasi seru nih, di Tabanan, tepatnya di Pupuan. Di Desa Sanda terdapat patung Buddha raksasa yang tertidur, gak kalah keren dengan yang di negara Thailand lho!
Patung Buddha Tidur ini udah terkenal sejak beberapa tahun ini, banyak orang yang udah datang ke tempat ini walopun bukan umat Buddha, hanya untuk sekedar fotoan di areal patung Budha tidur di Vihara Dharma Giri Pupuan Tabanan ini. Lokasi Vihara Dharma Giri tepat berada di pinggir Jalan Raya Pupuan. Kalo Mz dateng dari Singaraja, jadi Vihara Dharma Giri ini letaknya di sebelah kanan.
Untuk mencapai lokasi dari Vihara Dharma Giri ini gempil. Jika kamu memakai bantuan navigasi dari Google Map, lokasinya udah sangat akurat, kaya tadi Mz nyari lokasi Vihara Dharma Giri ini dengan bantuan Google Map, jaraknya sekitar 60 km dari Desa Tamblang.
Pas berangkat dari Tamblang menuju Pupuan, ada beberapa tempat wisata yang dilewati, kaya Krisna Wisata Kuliner, Pantai Lovina, dan masih banyak lagi. Pas nyampe di Desa Tinggar Sari, ada juga Air Terjun Tinggarsari yang jaraknya deket sama Vihara Dharma Giri. Tapi buat nemu air terjun ini jalannya agak sedikit berbahaya kalo jarang lewat sana.
Setelah sampai di Vihara ini, Mz langsung parkir di depan bangunan Vihara ini karena ngga boleh parkir di dalem, seperti peringatan yang tertulis di pintu gerbang Vihara. Baru masuk, terdapat pintu gerbang dan setelah itu akan terlihat dua patung naga di sisi kiri dan kanan tangga. Naik tangga dikit, kemudian di bagian kanan ada meja tempat nulis buku tamu dan ngasi donasi sukarela. Pastiin uang pas untuk langsung dimasukkan ke tempat yang sudah disediakan, karena ngga asik juga ngasi donasi tapi minta kembalian.
Setelah itu kamu bakal melihat prasasti Asoka berbentuk tugu yang menjulang tinggi dengan tiga ekor kepala singa berada di ujung tugu tersebut. Pada Prasasti Asoka tersebut terdapat tulisan kaya gini, “Jangan kita menghormat agama kita sendiri dengan mencela Agama orang lain. Sebaliknya Agama orang lain hendaknya dihormati atas dasar tertentu. Barang siapa menghormat agamanya sendiri dengan mencela Agama lain, dengan berpikir, bagaimana aku dapat memuliakan Agamaku sendiri, maka dengan berbuat demikian ia justru amat merugikan Agamanya sendiri. Toleransi dan kerukunan beragamalah yang dianjurkan dengan pengertian, bahwa semua orang selain mendengarkan ajaran agamanya sendiri juga bersedia untuk mendengarkan ajaran agama yang dianut orang lain”.