Sebuah perubahan memang sulit banget untuk dilawan. Perubahan ini ada seiring berjalannya waktu, mode, dan tren globalisasi yang berdampak juga pada cara mengenakan pakaian adat Bali.
Untuk saat ini mari kita coret dulu perubahan gaya berpakaian adat Bali jaman now. Atau mungkin nanti bisa kita bahas di segmen yang berbeda. Akan lebih menarik rasanya kalau sekarang ngomongin maksud dibalik pengguanakan pakaian adat Bali. Setuju?
Pakaian adat adalah sebuah pakaian yang mencirikan suatu adat. Iyalah, namanya juga pakaian adat. Di Bali, selain bisa digunakan dalam kegiatan sehari-hari, pakaian adat juga digunakan saat prosesi persembahyangan, makanya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan pakaian adat. Biar menunjang kesopanan dan filosofinya itu dapet gitu.
Konsep dari busana adat Bali ini adalah Tri Angga, dimana busana yang dikenakan di bagian leher ke atas (Udeng atau ikat kepala) disebut dengan Dewa Angga, dari atas pusar sampai dengan leher (Baju, Kebaya, Saput) disebut Manusa Angga, dan dari pusar ke bawah (Kain atau Kamen) disebut Bhuta Angga.
Banyak Makna Yang Tersimpan Di Pakaian Adat Bali
Mz akan awali dengan busana pria terlebih dahulu. Penggunaan kamen untuk cowok harus melingkar dari kiri ke kanan (berlawanan dengan arah jarum jam) karena merupakan simbul dari pemegang Dharma dan tingginya itu kira-kira sejengkal dari telapak kaki. Sebagai penanggung jawab Dharma emang harus gitu, Brooo.
Untuk kancutnya disarankan untuk menyentuh tanah sebagai simbol penghormatan terhadap Ibu Pertiwi dan juga sebagai simbol kejantanan. Setelah itu tutup “kejantanan” kamu dengan kampuh. Iya, kalau acara keagamaan atau acara yang formal, orang Bali nggak diperkanankan untuk menunjukan “kejantanan”-nya.
Sudah kelar, lanjut pakai selendang kecil. Selendang yang akan digunakan ini adalah simbolisasi dari pengendalian emosi. Abis itu pakai baju biar ego dan kesombongan diri kamu tertutupi. Eits, jangan lupa selendangnya dinongolin dikit ya biar tetep bisa ngontrol emosi dalam keadaan apapun.
Dan yang terakhir adalah menggunakan Udeng atau Destar. Udeng adalah simbol dari pemusatan pikiran. Pokoknya bisa ngatur penggunaan panca indra kamu. Thats why udeng ini diiket di kepala atau Prabhu.
Untuk busana ceweknya nggak jauh beda dengan cowok. Pakai kamen dari kanan ke kiri (sesuai konsep sakti). Trus tingginya setelapak tangan dari telapak kaki. Selendang disimpulkan di kiri. Tapi nggak di dalam kebaya, melainkan di luar kebaya biar selalu bisa dan siap membenahi cowok kalau melenceng dari Dharma. Pantesan aja ada istilah dibalik pria yang sukses, terdapat wanita yang hebat. Masuk akal.
Ini bukan karangan Mz lho. Mz taunya dari Ida Pedanda Gde Manara Putra Kekeran. Kutipan keren dari beliau buat kita semua nih biar nutupnya enak, “Pakaian adat Bali pada dasarnya adalah sama, yakni kepatuhan terhadap Sang Hyang Widhi.”