Meriahnya Hari Raya Galungan dan Kuningan Tiap Daerah di Bali

tradisi

Perayaan Galungan dan Kuningan identik dengan tradisi memasang penjor. Penjor merupakan simbol pemujaan kepada Dewa Wisnu dan biasanya dibuat dari bambu yang dilengkapi dengan bunga-bunga, tandan kelapa, dan benda-benda lain yang menggambarkan keberlangsungan hidup lalu kemudian dipasang di depan rumah masing-masing selama perayaan Galungan.

Tapi tau gak kalian, gak cuma masang penjor buat meriahin Hari Raya Galungan dan Kuningan yang menjadi penanda menangnya kebaikan atau keburukan. Masyarakat Hindu di Bali punya beragam tradisi unik yang menarik untuk disaksikan. Sini mz kasih tau.

Ngelawang dan Barong Bangkung saat Manis Galungan

via wikipedia

Ngelawang memang sangat berkaitan dengan Barong Bangkung, karena jenis barong inilah yang dipentaskan keliling desa. Tradisi ini bertujuan untuk menolak Bala dan juga untuk merayakan kemenangan dharma atas adharma. Barong sendiri merupakan lambang perwujudan dari Sang Banas Pati Raja yang bisa menjaga manusia dari wabah dan bahaya. Untuk menghindari wabah dan bahaya tersebut tentu juga bertujuan untuk memotivasi manusia untuk menjaga lingkungan tetap bersih, menjaga keberadaan hutan sehingga tidak terjadi wabah penyakit ataupun bahaya banjir yang merugikan. Barong Bangkung tersebut ditarikan dan diarak keliling melewati jalan-jalan desa dengan tujuan mengusir roh-roh jahat atau tolak bala, Ngelawang melibatkan banyak peserta selain penari Barong Bangkung juga mereka pengiring sekaligus para penabuh gamelan, semuanya bisa berjumlah antara 8 sampai 15 orang, para pemain biasanya dari kalangan anak-anak dan remaja. Barong Bangkung berpenampilan cukup sederhana, berperawakan seperti badan babi dengan kulitnya berwarna hitam, ditarikan oleh 2 orang, serta pakaiannya yang cukup sederhana, serta topeng yang digunakan berbentuk topeng berwujud bangkung (babi), berbeda dengan Barong Ket (bentuk boma) terlihat gemerlap dan mewah, topengnya berbetuk boma.

Mekotek di Desa Munggu

Tradisi Mekotek yang berasal dari desa Munggu, Mengwi, Badung ini ternyata sudah ada sejak zaman Kerajaan Mengwi. Bahkan tradisi Mekotek telah mendapat sertifikat dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sertifikat yang diberikan pada 27 Oktober 2016 tersebut menyatakan bahwa tradisi Mekotek dianggap sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia lho. 

via kompas.com

Tradisi ini secara rutin setiap 210 hari sekali menurut kalender Bali, tepat pada Hari Raya Kuningan. Dulunya tradisi Mekotek dijadikan sebagai acara penyambutan pasukan Kerajaan Mengwi yang menang perang melawan Kerajaan Blambangan. Pada zaman penjajahan Belanda, tepatnya pada tahun 1915, tradisi Mekotek sempat dihentikan karena pihak kolonial takut akan ada pemberontakan. Sayangnya keputusan itu tidak berbuah baik, penduduk terkena wabah penyakit, sehingga akhirnya setelah melalui perundingan yang alot, Mekotek diizinkan untuk digelar kembali. Tradisi mekotek dilakukan dengan kayu sepanjang 2,5 meter yang telah dikupas kulitnya. Kayu digunakan untuk menggantikan peran tombak untuk menghindari terjadinya luka parah. Penduduk yang mengikuti tradisi Mekotek akan dibagi menjadi beberapa kelompok. Dari anggota kelompok tersebut, akan dipililh orang yang berani sebagai komando untuk memberi aba-aba dari atas puncak piramida tumpukan kayu dan akan mengarahkan kelompoknya untuk menabrak kelompok lainnya. Selain untuk menolak bala, Mekotek juga dipercaya sebagai permohonan untuk mendapat berkah dan meminta kesuburan untuk lahan pertanian penduduk setempat.

Pengerebongan Desa Kesiman

Galungan dan Kuningan
via visitbali.id

Masyarakat Desa Kesiman, Denpasar, selalu memperingati sebuah upacara agama bernama Pengerebongan, yang jatuh pada Redite Pon, Wuku Medangsia kurang lebih seminggu setelah Hari Raya Kuningan. Ciri khas dari Pengerebongan adalah diparadekannya penjor-penjor raksasa yang megah dan indah, serta tradisi ngurek yang identik dengan kerauhan, yang mana para keturunan pepatih dan orang-orang yang memiliki anugerah tersebut akan berteriak histeris, menari, hingga menusukkan keris atau tombak ke bagian tubuhnya. Upacara ini merupakan bagian dari Bhuta Yadnya atau upacara yang ditunjukan ke alam dan segala isinya.

Ngejot saat Penampahan Galungan

Ngejot merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat Bali yang biasanya dilakukan menjelang Galungan sampai pada saat Galungan berlangsung. Tradisi Ngejot dilakukan bertujuan untuk semakin mempererat persaudaraan antar umat Hindu dengan memberikan makanan kepada para tetangga sebagai rasa terima kasih. Kata “Ngejot” sendiri merupakan istilah dalam bahasa Bali yang memiliki arti “memberi.” Jenis pemberiannya bisa berupa makanan, jajanan, atau buah-buahan.

Battle of Palanquins alias Perang Jempana di Desa Paksebali

Tradisi perang jempana merupakan bagian dari perayaan Hari Raya Kuningan di Desa Paksebali, Klungkung. Pelaksanaan tradisi perang jempana merupakan upaya masyarakat Banjar Panti Timbrah dalam menjaga budaya leluhur. Masyarakat Banjar Panti Timbrah biasanya mengadakan acara ini setiap 210 hari sekali, bertepatan dengan hari Saniscara Kliwon Kuningan atau Hari Raya Kuningan. Dikenal juga sebagai Dewa Masraman, Perang Jempana diperkirakan telah ada sejak tahun 1500.

Saat melakukan tradisi Perang Jempana, penduduk setempat akan mengusung tandu (Jempana) yang berisi sesajen dan simbol Dewata. Puncak dari tradisi ini adalah Ngambeng Jempana, yaitu atraksi saling dorong antar warga yang membawa jempana sambil diiringi suara tabuhan gong baleganjur. Para warga yang terlibat biasanya sudah berada dalam kondisi tidak sadar. Begitu Ngambeng Jempana berakhir, jro mangku akan memercikkan tirta (air suci) ke warga. Dan para dewa yang dilambangkan dengan uang kepeng serta benang tridatu dikeluarkan dari jempana yang kemudian kembali ditempatkan ke dalam Pura. Saking terkenalnya tradisi ini, wisatawan mancanegara menyebut tradisi ini dengan ‘Battle of Palanquins’

Masih banyak lagi tradisi di Bali yang adanya cuma pas Hari Raya Galungan dan Kuningan. Kira- kira di daerah kalian ada tradisi apa? 

Comments

comments

Agus Hendra Putra Yasa
Gosen. Boleh pake 's' boleh juga pake 'z'. Berpikir layaknya bernafas, setiap saat. Main twitter sama instagram di @gosendra kalo lagi pengen. Jarang main facebook tapi kalo mau berteman cari aja Agus Hendra Putra Yasa.