Genjek adalah paduan suara ala Bali, biasanya terdiri dari grup cowo-cowo. Tradisional? So pasti. Tapi jangan salah, walopun tradisional, bukan berarti ngga bisa nyambung sama generasi masa kini! Memanfaatkan Youtube dan medsos, sebuah perkumpulan genjek jadi terkenal lewat lantunan “Tuak adalah Nyawa”. Nama sekaa (perkumpulan) itu adalah Masekepung. Sekaa ini asalnya dari Desa Sukawati, Gianyar.
Apa yang membuat mereka terkenal? Cara mereka mengemas hal yang tradisional ini sangat menarik. Lagunya easy listening, liriknya menceritakan kehidupan masyarakat Bali banget, penggarapan video klip yang masa kini, dan tentunya memasukkan unsur band ke dalam genjek, menjadi kekuatan dari sekaa genjek ini. Nih, coba aja tonton video klipnya!
Nama Masekepung ini ternyata artinya magenjekan matuakan, maksudnya bernyanyi riang gembira, sambil minum tuak. Ya, magenjekan ini emang identik dengan tuak. Tujuan lagu ini bukan semata-mata negatif, tapi dibalik itu, manager mereka, Yan Gus mengatakan, “Ya, biar banyak nambah teman gitu dah! Bagi kami kebersamaan itu indah”. Jadi tujuan awalnya emang bikin perkumpulan buat nambah temen dan seneng-seneng aja. Namun apa daya, kehendak Tuhan bikin mereka sekarang jadi terkenal.
Masekepung ini terdiri dari Ryos di vokal-gitar, Nahox di bass-backing vocal, Lenjong di jimbe, dan diikuti sekaa genjek 25 orang. Dan yang keren lagi, setiap manggung, Masekepung selalu tetap dengan formasi yang ini, bahkan sampe 25 sekaa genjek-nya. Saluutt!
Dan, jangan salah juga, selain bermusik, ada hal juga yang sering dilakukan Masekepung. Ternyata mereka ini aktif di aksi kebersihan lingkungan, kayak bersih-bersih sungai setiap 2 minggu sekali. So sweet!
Masekepung saat ini kata Yan Gus masih proses bikin album kedua mereka, jadi ditunggu aja atau pantengin terus di IG @masekepung_sukawati buat info paling update mereka.
“Bagi kami, kebersamaan itu indah tetap membangkitkan budaya tradisional yang ada di Bali”, pesan dari Masekepung untuk anak muda Bali. Astungkara terwujud!