mangsi

Windu Segara Senet: Bertaruh Besar Untuk Mangsi Coffee

mangsi

Inilah buah karya putra Bali kelahiran Denpasar yang berani tampil beda. Seniman muda ini menjadi motivator juga inspirator teman-teman yang nongkrong di warung kopinya dan mengajak untuk bisa melihat dan membaca tanda-tanda zaman untuk menjadikan sebuah peluang yang dikemas lebih apik (ciehh, berat nih!). Berikut penuturan Mangsi Coffee oleh Windu Segara Senet.

Nah, Mangsi Coffee ini berdiri tahun 2004 yang awalnya khusus memproduksi kopi bubuk dalam kemasan. Kenapa kopi? Alasannya karena kopi adalah produk yang dikonsumsi masyarakat setiap hari dan peka jaman.

Mangsi Coffee ini fokusnya pada Kopi Bali berjenis arabika yang berasal dari Kintamani. Dalam prosesnya Mangsi Coffee ingin tampil beda dalam urusan rasa. Lama-kelamaan, mulai deh bereksperimen selama beberapa tahun untuk membuat kopi spesial dengan campuran olahan rempah lokal Bali seperti kayu manis, cengkeh, jahe, pandan, coklat, kapulaga, ketumbar yang menjadikan sebuah ciri khas.

Untuk urusan nama, Mangsi diambil dari istilah Bali yang merupakan sebuah hasil proses akumulasi pembakaran api dengan kekuatan Brahman (dewa api berdasarkan konsep Hindu). Dengan kaitan filosofi di atas, menurut budaya Bali kuno, mangsi bermakna sebagai sarana perlindungan kepada anak-anak agar terhindar dari energi negatif dengan cara mangsi tersebut diambil dan debu itu ditempelkan pada keningnya.

Selama 9 tahun Mangsi masih bertahan dengan industri kopi berbentuk usaha rumah tangga. Dan udah lama Windu ingin mengembangkan konsep ini. Cuma, banyak kendala juga. Pertama, karena orang tua dari Si Windu ini uda ngerasa nyaman dengan industri ini, dan yang kedua, pendidikan. Biar kalian pada tau, Windu ini kemaren menjalani pendidikan dokter umum (sekarang udah tamat). Dan setelah beres kuliah, ternyata masih susah juga dapet restu. Ya, apalagi, karena takutnya berbisnis bakalan mengganggu pekerjaan sebagai seorang dokter. Tapi itu bukan masalah. Dengan tanpa restu awalnya, Windu mulai mengelilingi warung kopi sekitar Denpasar buat observasi sembari mencari-cari lokasi selama kurang lebih sebulan. Dari sini pun kepedean mulai muncul, ternyata kopi buatan Mangsi ga kalah saing dengan berbagai merek kopi import. Masalah yang lain, lokasi.

Lokasi di sekitar Denpasar uda habis. Keliling menanyakan setiap usaha/dagang, berharap kali aja ada yang mau di-over contract. Hasilnya? Nihil. Plus, setelah ditanya beberapa kali, ternyata usaha dagang yang besar dan maju di Denpasar ini 75% dikuasai oleh penduduk luar Bali. Lalu kemana orang Bali? Ini semakin menjadi motivasi bagi Windu buat ngejalanin bisnis ini. Jangan sampai deh, kita menjadi terjajah di daerah sendiri.

Mulai menantang diri sendiri, uda menutup mata dan telinga, apapun kata orang tuanya, doi bakal tetep ngejalanin usaha warung kopi ini. Dan tentunya, ngga bakal nunggu nanti lagi. Dan setelah sekian lama berargumen dan meyakinkan orang tuanya, restu pun datang. Tapi dengan banyak catatan. Ya, namanya orang tua, selalu ingin yang terbaik buat anaknya. Dan sekarang saatnya pembuktian!

Comments

comments

Tags: No tags

Comments are closed.