Kreativitas yang Terbatas

Capoerra Smansa

Siang ini, dengan teriknya mentari menemani Mz meladeni dua bocah SMA yang lagi ngeluh masalah dana produksi. Apa yang dikeluh-kesahkan? “Sekarang susah Mz, bikin acara pensi-pensi di sekolah karena birokrasi dari pihak sekolah dan bagian dinas yang berbelit-belit”, kata salah satu anak SMA ini. Kayanya tahun ajaran sekarang aturan lebih diperketat karena masalah adanya pungli. Nah pungli atau pungutan liar ini yang dijadikan alasan mengapa sekolah-sekolah udah jarang bikin acara-acara kayak gitu…

Apa hubungannya?

Jadi gini, sejak tahun 2017, urusan SMA/SMK ngga lagi diatur oleh Kabupaten/Kota, tapi udah dipindah ke Provinsi. Dan dengan kebijakan baru itu, dana sekolah pun menjadi minim, karena ngga diperkenankan lagi narik SPP. Kalopun ada yang diperbolehkan, jumlahnya kecil. “Di sekolah kita bayar SPP sekarang 45 ribu Rupiah per bulan”, kata seorang guru di Denpasar. Selain itu, bisa dianggap pungli.

Ada plus-minus dari peraturan ini. Plus-nya, biaya sekolah jadi murah. Pendidikan yang lebih merata. Minus-nya, biaya SPP-lah yang dulu mampu membantu pembinaan kegiatan kreativitas siswa SMA/SMK, entah itu event kreatif, lomba, ataupun kegiatan kreatif lainnya. Yang paling kena dampaknya, tentunya adalah siswa-siswa SMA/SMK di daerah perkotaan, contohnya di Denpasar. Dulu, hampir setiap waktu ada aja lomba yang diikuti oleh siswa-siswa SMA/SMK di Denpasar. Tapi sekarang, mereka hampir jarang mengasah kemampuan non-akademis-nya karena jarangnya ikut lomba, bahkan penyelenggara lomba pun mulai males ngadain lomba, karena kesulitannya mendapatkan peserta lomba.

Dan yang cukup disayangkan, adalah tag-post di Instagram @mas.brooo:

Dengan penuh kerendahan hati, saya mohon agar caption ini dibaca sampai selesai.. . Perkenalkan, Vira dan Surya adalah siswa dari Denpasar, Bali. Mereka merupakan bagian dari tujuh siswa dari SMAN 3 Denpasar yg berkesempatan mewakili Bali & Indonesia untuk berlomba di luar negeri melalui bidang penelitian. . Vira dan Surya akan bertanding di I-RYSCE (International Royal Military Collage Young Scientist Conference and Exhibition) Kuala Lumpur, Malaysia. Mereka meneliti tentang pemetaan tingkat polusi cahaya di Kota Denpasar dengan menggunakan Kamera DSLR. Selama ini masyarakat hanya mengenal pencemaran dengan medium air, udara, suara, dan tanah saja. Padahal ada pula pencemaran yang disebabkan oleh cahaya yang “terlalu banyak” di langit malam. Polusi cahaya juga dapat menyebabkan efek negatif bagi kehidupan. Untuk itu, mereka menemukan “metode baru” dlm mengukur tingkat polusi cahaya dengan memanfaatkan kemampuan Kamera DSLR. . Namun, sangat disayangkan, mimpi mereka terancam pupus sebab terkendala masalah biaya. Perlu diketahui bahwa, Pemberangkatan Vira dan Surya menuju Kuala Lumpur, Malaysia memerlukan biaya sebesar Rp. 50.121.500 untuk pembinaan mendalam dengan pakar terkait, pemberangkatan, dan biaya hidup. . Belum lagi biaya untuk memberangkatkan 3 tim lainnya yg jika dijumlahkan, memerlukan total biaya sebesar Rp. 209.021.500 dan tentu itu bukan dana yang sedikit. . Pihak sekolah tak mampu berbuat banyak, sebab perubahan status pengelolaan SMA/SMK dari kabupaten/kota ke provinsi menjadikan sekolah memiliki dana yang minim (mengingat tidak diperkenankan untuk memungut SPP. Padahal selama ini dari dana SPP tersebut digunakan untuk pembinaan dan biaya pemberangkatan siswa untuk meraih prestasi). . Untuk itu, mereka sangat mengharapkan bantuan dari semua pihak untuk banggakan Indonesia tercinta. . Bagi teman-teman yang ingin membantu mewujudkan harapan adik-adik tersebut, dapat menyumbangkan donasi sukarela serta membagikan postingan ini. Untuk keterangan & no rekening donasi, ini link informasi lengkapnya : . https://ktbs.in/bnz2m . Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih Contact person Ananta Wijaya : 081999555704 Vira Duarsa : 082247027646

A post shared by Bagus Kresna Pradnyadhika (@bagus_kresna) on

Dari post-ingan ini bisa diliat, 2 orang siswa SMAN 3 Denpasar nama bangsa ini sangat membutuhkan dana sebesar 50 juta Rupiah untuk berangkat ke Malaysia. Sekolah udah ngga bisa berbuat banyak, yang otomatis membuat 2 siswa ini berjuang sendiri mengumpulkan dana sebanyak itu. Kalo ngga kekumpul? Kemungkinan besar 2 orang siswa ini akan batal untuk mengharumkan nama sekolahnya, Bali, bahkan Indonesia. Hal yang sangat disayangkan.

Baca juga:  Citra Darmika: Jangan Ragu, Pasti Bisa
Kreativitas di Denpasar Highschool Project 2
Cewe bisa maen musik… <3

Ini baru 1 hal, dan pada kenyataannya, masih banyak masalah serupa yang terjadi, seperti yang dicurhatin siang ini. Pemerintah Provinsi diem aja? “Bisa kok Mz kita ngajuin ke dinas. Cuma ya gitu, kayanya agak milih-milih. Sekolah kita pernah ngajuin untuk event kecil, proposalnya ditolak. Tapi ada sekolah (top di Denpasar) yang ngajuin untuk event besar yang party-party gitu malah disetujuin”, curhat salah seorang siswa yang curhat sama Mz.

Yakin ngga ada pungli dengan sistem ini?

Comments

comments

masbrooo
Punya banyak cerita, jadi suka bercerita. Berharap kamu menjadi salah satu cerita yang akan diceritakan ke anak kita nanti.