Kali ini Mz bakal ngebahas salah satu keunikan Desa Dalung, tepatnya di Banjar Tuka. Kalo kita berkunjung ke Banjar Tuka, sekilas ngga ada yang beda dari desa-desa adat Bali lain pada umumnya. Namun, kenyataannya mayoritas penduduk desa menganut kepercayaan Kristen-Katolik.
Berawal dari pertemuan I Made Bronong Panta Regi dan I Wayan Geblog Pahroza, dua pemuda asli Banjar Tuka dengan Pastor Curseon S.V.B di sebuah rumah di Jalan Kepundung, Denpasar pada Bulan November 1935. Warga budaya Bali dalam sanubari mereka, membuat tradisi Bali melekat dalam kehidupan umat masih tetap terjaga dengan bijaksana sampai sekarang. Mereka masih menjadi orang Bali yang utuh namun beriman Kristen-Katolik secara penuh. Wih! mantapp jiwa genks!
Banjar Tuka ini punya arti yang sangat khusus sebagai kehadiran Gereja Katolik di Bali, karena dari kampung inilah cikal-bakal umat Katolik hadir di Bali. Gereja yang menjadi saksi perkembangan agama Kristen-Katolik di Bali adalah Gereja Katolik Tritunggal Maha Kudus Paroki, Tuka Dalung-Badung. Gereja ini berbentuk salib dengan konsep berbentuk wantilan, yaitu bangunan khas Bali yang berfungsi sebagai tempat berkumpul.
Gereja ini diberkati pada tanggal 14 Febuari 1987 (pas Valentine nih). Gereja ini merupakan Gereja Katolik pertama yang dibangun di Bali. Sehubungan dengan peristiwa dan sejarah, Gereja ini dijuluki The Betlehem of Bali, yang diberikan oleh sastrawan Bali I Gusti Panji Pisna. Karena umatnya semakin banyak, maka didirikannya bangunan yang lebih besar seperti sekarang ini. Berbeda dengan bangunan Gereja pada umumnya, arsitektur tradisional Bali sangat melekat pada Gereja ini, menariknya lagi pintu utama di depan Gereja hanya akan dibuka pada hari-hari tertentu. Unik kan, unik kan? Ngga berhenti sampai di situ nih, Gamelan yang biasanya dipakai untuk upacara keagamaan umat Hindu, juga digunakan oleh masyarakat tuka untuk mengiringi lagu – lagu rohani di Gereja lho! Wow, mantapp!
Ini nih yang perlu diambil pelajarannya, karena kita hidup di Indonesia yang terkenal karena keberagaman budayanya, apapun agamanya, yang penting budayanya tetap dilestarikan. Setuju ngga?