Museum Bali hingga kini masih gagah berdiri dengan bangunan gaya Bali asli yang dibuat oleh para arsitektur Bali pada jaman penjajahan Belanda. Anak jaman sekarang mana tahu riwayat keberadaan museum yang bersejarah ini. Banyak banget yang perlu kamu tahu gimana awal berdirinya sebuah museum yang bertujuan untuk menjaga beberapa peninggalan kuno di Bali.
Museum ini tepat berdiri di sebelah selatan Pura Jagatnatha, Bali dan ini menajdi saksi, bahwa banyak banget cerita perkembangan rakyat Bali dari masa penjajahan. Dari info yang Mz dapetin di Denpasarkota, Museum Bali termasuk dalam salah satu museum umum provinsi yang memiliki dan memamerkan benda-benda budaya dari zaman prasejarah sampai kini yang mencerminkan seluruh unsur kebudayaan Bali antara lain koleksi arkeologi, koleksi historika, koleksi seni rupa, koleksi ethnogafika, koleksi biologika, koleksi numismatika, koleksi filologika, koleksi keramalogika dan koleksi tehnologika.
Banyak banget yang harus kamu ketahui soal sejarah Bali di sini, bahkan sekarang banyak yang belum tahu gimana sejarah berdirinya museum ini. Kamu ga bakalan nyangka setelah mengetahui siapa orang-orang yang terlibat dalam pembuatan museum ini.
Sejarah Museum bali dan para tokoh yang terlibat

28 April 1908 menjadi saksi kekalahan Kerajaan Klungkung atas Belanda dan otomatis Kerajaan ini sekarang dikuasai oleh Pemerintahan Kolonial Belanda. Saat itu mulailah Bali yang dulunya tertutup menjadi terbuka untuk orang umum. Bukan terbuka gimana ya, melainkan dari sini pariwisata Bali mulai diperkenalkan.
Turis-turis Eropa mulai berdatangan ke Bali untuk menyaksikan berbagai keindahan tradisi budaya Bali yang bikin semua orang berdecak kagum. Namun akibat keterbukaan tersebut banyak benda-benda kuno Bali mulai dibawa pulang oleh orang asing, seperti pedagang, pegawai pemerintahan, hingga wisatawan.
Akibat hal itu warisan budaya Bali bakalan habis dan tidak ada lagi yang bisa kamu ketahui soal Bali yang tercinta ini. Tapi tenang dulu, karena beberapa ilmuwan, budayawan maupun seniman Belanda mencoba untuk mencegahnya dan sekaligus melestarikan kebudayaan Bali.
Tahun 1910, W.F.J.Kroon, seorang Asisten Residen untuk Bali Selatan berusaha menjaga warisan budaya Bali dengan mendirikan sebuah musem. Hal ini juga berdasarkan masukan dari Th.A. Resink (ini temannya W.F.J.Kroon) tentang menjaga beberapa peninggalan-peninggalan Bali Kuno.
Akhirnya usulan tersebut mendapatkan banyak dukungan baik dari kalangan ilmuwan, seniman, budayawan, maupun raja-raja seluruh Bali. Baru deh setelah itu Grundler seorang arsitek berkebangsaan Jerman membuat perencanaan bersama-sama dengan para undagi (ahli bangunan tradisional Bali), antara lain I Gusti Ketut Rai dan I Gusti Ketut Gede Kandel dari Denpasar.
Membuat Museum Bali berdasarkan tata letak Bali yang sakral

Kamu tahu kan istilah kosala-kosali dalam arsitektur Bali? Ini dah yang bikin gaya arsitek Bali menjdi unik dari yang lain. Mungkin ini namanya warisan dari Patih Kebo Iwa, soalnya Kebo Iwa juga dikenal dengan kehebatannya dalam dunia arsitektur Bali.
Bikin museum ini pun juga berdasarkan konsep Asta Kosala-Kosali Bali dan beberapa aspek keagamaan yang dijadikan pegangan utama. Kurt Grundler mungkin tidak terlalu paham sama yang beginian, tetapi Beliau lebih menekankan pada kekuatan dan fungsinya sebagai museum.
Gaya arsitektur Museum Bali memadukan dua kombinasi, di mana kombinasi gaya Pura dipadukan dengan gaya arsitek Puri kerajaan Bali. Bikinnya di atas tanah seluas 2.600 m2 dan halamannya terbagi menjadi tiga, yaitu halaman luar (Jaba), halaman tengah (Jaba Tengah) dan halaman dalam (Jeroan). Masing-masing halaman dibatasi dengan tembok dan gapura (Candi Bentar dan Candi Kurung) sebagai pintu masuk, serta sebuah Balai Kulkul di sebelah selatan Jaba Tengah.
Museum ini diresmikan pada tanggal 8 desember 1932 dengan nama Bali Museum, dan dikelola oleh Yayasan Bali Museum. Setelah Indonesia merdeka, Pemerintah Pusat mengambil alih museum ini dan mengubahnya menjadi Museum Negeri Provinsi Bali. Museum ini terus dikembangkan dan dijaga kelestariannya hingga tahun 2000 akibat peraturan otonomi daerah, museum ini kembali diserahkan kepada Provinsi Bali sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas Kebudayaan Propinsi Bali dengan nama UPTD MUSEUM BALI.
Kedepannya akan terus dikembangkan dan kali aja ada peninggalan-peninggalan baru di museum ini, seperti Rerajahan tersakti di Bali atau mungkin salah satu Cetik tersakti di bali yang berhasil dimuseumkan. Gimana jadinya ya kalau hal itu sampai terjadi? Udah pasti museum ini semakin seram aja dan pastinya tetamp menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan.