Minggu kemarin, tepatnya tanggal 5 Agustus 2018 Lombok kembali berduka akibat sebuah bencana gempa bumi yang berkekuatan 7 SR. Dilansir dari Bali Post, sebanyak 82 orang tewas saat kejadian tersebut. Ga cuma Lombok aja nih ngerasain gempanya, Bali pun ikut merasakan gempa ini dan banyak warga saat itu kelihatan berlari keluar sambil berteriak “hidup, hidup”.
Ngapain ya teriak “Hidup-hidup”?
Nah, masyarakat bali sih masih percaya sama sebuah mitos jaman dahulu, di mana saat gempa terjadi di Bali, semua orang berteriak “Hidup-hidup” nih. Konon, teriakan itu bertujuan agar seekor naga yang katanya sebagai pemicu gempa agar menjadi tenang kembali.
Begini mitosnya, jaman dahulu, ketika di Bali masih ada kerajaan, ada seorang janda beranak dua, laki-laki dan perempuan. kemudian ibu ini memiliki hubungan dengan siluman ular besar, atau ular Naga yang berdiam di dalam lubung padi di dekat rumahnya. Lalu anaknya pun curiga terhadap ibunya, mengapa setiap pulang dari hutan, pasti selalu mampir ke lumbung padi tersebut.
Suatu ketika, saat sang ibu pergi ke hutan, si kakak langsung aja nih memeriksa lumbung padi tersebut dan ternyata si kakak menemukan sebuah telur yang ukurannya lebih besar dari telur ayam. Tanpa basa-basi si kakak langsung mengambil dan memasaknya.
Buset makan telur dadar jumbo nih si kakak. Nah, saat selesai masak, si kakak langsung memakan telur itu dan seketika doi berubah menjadi seekor naga.
Akibat hal ini, si kakak dan adiknya langsung mencari ibunya ke dalam hutan. Saat di hutan, eh si ibu malahan sedang asik memadu kasih dengan sang naga. Lalu si kakak langsung marah dan menantang naga tersebut untuk bertarung. Si kakak menang sih dalam pertarungan tersebut, cuma sayang sekali ibu mereka juga ikut tewas.
Pada akhirnya si kakak memutuskan untuk masuk ke perut bumi agar tidak menimbulkan keresahan. Lalu si kakak menyuruh adiknya untuk mengambil air dengan sebuah keranjang. Setelah adiknya selesai mengambil air, si kakak ternyata sudah masuk duluan ke perut bumi. Si Kakak ingin agar si adik tidak bersedih atas kepergiannya.
Konon ketika si kakak sedang gelisah, karena tidak tahu bagaimana kabar adiknya di atas, kadang-kadang dia bergerak dari perut bumi untuk mengetahui kabar adiknya. Hal inilah yang bikin bumi bergoyang dan karena itulah banyak orang-orang berteriak “Hidup, hidup” sambil membunyikan kentongan untuk ngasih tahu si kakak, kalau adiknya masih hidup.
Teriak “Hidup, Hidup” yang masih menyimpan misteri
Sebenarnya, kalau dilihat sisi logikanya sih teriakan “Hidup, Hidup” ini, cuma sebagai sebuah seruan atau pertanda akan adanya sebuah marabahaya, yaitu gempa. Coba deh pikirin kamu teriak sambil membunyikan pentungan, sudah pasti akan menarik perhatian warga sekitar untuk keluar rumah.
Ini memang seperti salah satu bentuk penyampaian peringatan terkait gempa di Bali dan inilah uniknya Bali, masih percaya adanya seekor naga didalam perut bumi. Apakah saat Gempa Lombok, masyarakat Lombok ada yang kayak begini? Mungkin aja ada ya, kan siapa tahu ada orang Bali yang tinggal disana.
Pastinya, masyarakat Bali pun juga sangat prihatin dan ikut berduka atas musibah yang terjadi di Lombok. Mungkin setelah ini akan ada sebuah upacara di Bali, berupa Caru yang bertujuan agar selalu diberikan keselamatan dan terhindar dari marabahaya gempa bumi.