Kalau biasanya suatu desa punya keunikan dengan destinasi wisatanya, berbeda halnya dengan Desa Bengkala. Desa yang satu ini merupakan desa yang dimana banyak warganya tuli dan bisu (kolok). Mari kita intip seperti apa kehidupan di desa yang ada di Buleleng tersebut. Let’s go!
Banyak Warganya yang Tuli dan Bisu
Desa Bengkala terletak di Kecamatan Kubutambahan, Buleleng. Seperti pada umumnya, sebuah desa pasti memiliki warga yang hidup bersama dan bertetangga. Tapi yang membedakan Desa Bengkala dengan yang lainnya adalah warganya yang tuli bisu atau biasa disebut dengan istilah kolok.
Warganya yang kolok ini jumlahnya ada puluhan, kurang lebih tiga hingga empat puluhan. Jadi bahasa yang digunakan adalah Bahasa Isyarat. Nah, Bahasa Isyaratnya pun berbeda dengan SIBI (Sistem Indonesia Bahasa Isyarat) dan BISINDO (Bahasa Isyarat sehari-hari). Jadi, desa ini memiliki bahasanya sendiri dalam berkomunikasi sesama warganya. Iya! Bahasa Isyarat yang dibuat khusus untuk warga yang ada di desa ini.
Menurut iNews.id, dipercaya desa ini sudah aja sejak zaman dahulu. Hal ini diketahui dari sebuah prasasti dari zaman pemerintahan Paduka Sri Maharaja Haji Jayapangus Arkaja China (1133-1173 Masehi) yang dimana terdapat catatan mengenai Desa Bengkala. Tertulis tahun saka 1103 atau yang berarti 22 Juli 1181 Masehi di prasasti tersebut yang kemudian ditemukan pada tahun 1971. Jadi bisa diartikan desa ini sudah ada dari lama sekali.
Kegiatan Positif yang Dilakukan Warga Kolok di Desa Bengkala, Buleleng
Walaupun memiliki keterbatasan fisik, bukan berarti mimpi yang dimiliki juga ada keterbatasannya. Warga kolok Desa Bengkala pun membuktikan mereka berdaya dan bisa melakukan banyak hal seperti orang lainnya. Ragam aktivitas yang dilakukan warga kolok ini seperti Tari Janger Kolok, bercocok tanam hingga menghasilkan produk Jamu Sakuntala (olahan sari kunyit), dan lainnya. Sering kali diadakan pertunjukkan Tari Janger, yang anggotanya adalah warga kolok. Bisa juga ikut bergabung dan berlatih bersama tanpa memandang gender dan usia. Selain Tari Janger, ada juga tarian lain yang dipertunjukkan seperti Tari Bebek Bingar Bengkala (Bebila) dan Tari Jalak Anguci.
Warga Desa Bengkala membuktikan bahwa kekurangan fisik tidak akan pernah mengurangkan sedikitpun harapan dan impian yang dimiliki. Apapun impiannya, pasti bisa terwujud.
Yang penting bukanlah dengan apa aku dilahirkan, tapi bagaimana aku memanfaatkan hal-hal tersebut.
-Alfred Adler