Percaya atau tidak, emang gitu adanya…
Kesenian Bali emang ga pernah terlepas dari nuansa mistis dari warisan para leluhur penciptanya. Salah satunya adalah seni tari. Banyak seni tari yang dikomersilkan, namun ada seni tari yang memang khusus sebagai pelengkap rangkaian upacara agama.
Salah satu tari yang mistis di Bali yang mungkin udah ga asing lagi terdengar di telinga kamu adalah tarian Wayang Wong. Berdasarkan Koranbuleleng.com kesenian tarian ini ditetapkan sebagai warisan dunia dalam kategori Sendratari yang digolongkan sebagai tarian semi-sakral.
Penetapannya melalui sidang ke-10 Komite Warisan Budaya Tak Benda UNESCO di Windhoek, Namibia dan traian ini masuk dalam Three Genre of Traditional Dance in Bali. Usia kesinian tari ini dipastikan lebih tua dari kakekmu sekarang, yaitu umurnya udah lebih dari tiga abad namun tetap lestari sampai kini.
Cuman orang terpilih aja yang bisa menarikan Wayang Wong
Dari sisi kesakralan, Wayang Wong ini hanya bisa ditarikan oleh orang-orang tertentu warga Desa Tejakula, Buleleng. Jangan heran, sekalipun seseorang tidak mempunyai latar belakang sebagai penari, namun jika sudah “ditunjuk” secara niskala, maka doi dengan sendirinya bisa menarikan tarian Wayang Wong.
Namanya juga mitos dan kebanyakan masyarakat mempercayai tentang mistisnya tarian ini. Jadi, jangan coba-coba ya, kalo kamu bukan garis keturunannya nyobain tarian ini. Sampai sekarang kesenian ini juga dijadikan sebuah daya tarik wisatawan mancanegara.
Akibat daya tarik tersebut, maka sekitar tahun 1980-an, beberapa topeng asli Wayang Wong dibuatkan duplikatnya. Duplikat inilah yang ditarikan untuk kepentingan umum dan bisa ditarikan di banyak tempat. Kalo duplikat aja masih amanlah.
Seniman terdahulu yang membuatkan topeng Wayang Wong
Kemunculan tarian sakral ini juga ada sosok seniman yang berperan dibalikya. I Gusti Ngurah Jelantik (abad ke-16) dan I Dewa Batan yang datang ke Tejakula (abad ke-15), diperkirakan mereka yang membuat topeng-topeng dari kayu dengan mengambil karakter cerita Ramayana.
Makanya sampai sekarang tiap pementasan, cuman cerita Ramayana aja yang ditarikan oleh para penari dari Wayang Wong ini. Topeng-topeng tersebut umurnya udah berumur 3,5 abad dan sampai sekarang tetap disakralkan.
Topeng-topeng tersebut hanya akan dipentaskan saat piodalan ageng di Pura Kahyangan Tiga, ngenteg linggih, serta piodalan di Pura Danka. Sebelum dimainkan, topeng-topeng juga harus melalui proses upacara bakti pamungkah yang dilangsungkan di Pura Maksan.
Tertarik dengan tarian sakral ini? Silahkan datang ke Tejakula, Buleleng. Disana tersimpan topeng-topeng sakral tersebut dan ingat jangan pernah coba-coba dipermainkan, demi keamanan dan pelestarian.