Bersiap_Untuk_Menampilkan_Tarian_Topeng_Sidakarya

Alasan Kenapa Tari Topeng Sidakarya Jadi Tari Tersakral di Bali

Ngomong-ngomong tentang tarian Bali yang diakui UNESCO, Mz mau membahas sejarah dan tujuan dari adanya Tari Topeng Sidakarya. Jadi salah satu tari tersakral di Bali, tari ini punya sejarah yang cukup unik lho. Mari kita simak bersama saja, check it out!

Siap-siap dulu |Source: https://commons.wikimedia.org

Sejarahnya yang Harus Kalian Tahu!

Oke, kita awali dengan sejarahnya dulu. Ini semua bermula di abad ke-16 dimana raja yang memimpin saat itu di Kerajaan Gelgel ialah Raja Dalem Waturenggong. Raja Gelgel Klungkung ini dikenal sangat mengayomi masyarakatnya.

Kala itu, raja sedang berada di Pura Besakih guna mempersiapkan upacara Eka Dasa Rudra (dilaksanakan setiap 100 tahun sekali). Ketika dirinya tengah berada di pura terbesar ini, datanglah seorang brahmana/pendeta dari Keling, Jawa Timur ke Istana Gelgel. Karena berasal dari daerah tersebut, maka brahmana ini dipanggil Brahmana Keling.

Karena yang lain lagi sibuk di Pura Besakih termasuk raja, alhasil kedatangannya hanya disambut oleh pemuka masyarakat yang ada di istana. Setelah berbincang-bincang sebentar, Brahmana Keling pun disarankan untuk langsung menemui raja di Pura Besakih. Ketika dirinya sudah sampai, bertemulah ia dengan para masyarakat yang ada disana. Dengan sopan, ia meminta dipertemukan dengan Raja Dalem Waturenggong serta penasihatnya yakni Dang Hyang Nirartha. Tapi ia mengatakan raja adalah saudaranya, sedangkan yang bikin masyarakat ragu adalah pakaiannya yang lusuh dan compang-camping. Yakali saudara raja kayak gitu ‘kan? Seenggaknya pakaian rapi terus wajahnya juga bersih. Nah ini nggak mencerminkan saudara raja sama sekali. Tapi namanya juga telah melewati perjalanan yang sangat jauh, nggak heran keadaannya begitu saat itu.

Di tengah keraguan masyarakat, raja serta penasihatnya pun tetap dipanggil. Karena ia datang dari tempat yang sangat jauh, dirinya pun menyempatkan diri untuk beristirahat di tempat suci yang bernama Pelinggih Surya Candra. Ya, benar saja. Raja tidak mengenalinya bahkan sampai marah karena dikatakan bersaudara dengan orang yang lebih mirip pengemis. Dengan gaduh, para prajurit serta masyarakat mengusirnya dari sana dan tak mengakui perkataannya.

Tersinggung diperlakukan seperti itu, Brahmana Keling pun mengatakan upacara yang akan berlangsung itu tidak akan sukses. Yang ada hanya kekeringan, serangan hama hingga wabah penyakit yang mematikan. Ia pun berlalu, meninggalkan masyarakat Kerajaan Gelgel dengan perasaan kecewa. Nggak berselang lama, ucapannya yang mengutuk itu benar-benar terjadi. Kekeringan dimana-dimana, pertanian gagal, bunga-bunga layu hingga wabah penyakit yang membuat masyarakat satu per satu jatuh sakit. Melihat kejadian ini, raja berpikir upacara yang tengah dilaksanakannya ini tak akan berhasil menghilangkan kutukan tersebut.

Dengan perasaan yang kalut, raja berniat mencari pencerahan dengan bersemedi di Pura Besakih. Dari sana ia tahu kalau tindakannya mengusir Brahmana Keling tak elok dilakukan dan hanya dia satu-satunya jawaban akan kemalangan yang tengah menimpa masyarakatnya. Setelah berdiskusi dengan bawahannya, raja mengutus rombongannya untuk pergi ke Badanda Negara (Desa Sidakarya). Singkat cerita, mereka berhasil bertemu dengan Brahmana Keling, menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya serta memohon dihilangkan kutukan yang sudah diucapkannya. Brahmana Keling pun mempersilahkan rombongan tersebut untuk pergi lebih dulu. Sesuai perintah raja, ia sampai di Istana Gelgel dilanjutkan ke Pura Besakih dengan cepat. Sampai sekarang, nggak ada yang tahu bagaimana caranya ia bisa sampai secepat itu di hadapan raja bersama rombongan yang lain.

Pura Dasar Buana Gelgel |Source: https://www.kompas.com/

Di saat inilah dirinya baru disambut dengan meriah. Kegaduhan yang sangat baik gitu. Ketika kembali bertemu dengan raja, Brahmana Keling menyampaikan dirinya sanggup mengembalikan keadaan Pulau Bali yang baik seperti sedia kala. Dang Hyang Nirartha hingga masyarakat pun menjadi saksi. Dengan tangan kosong, Brahmana Keling mengembalikan keadaan Bali dengan kekuatan batinnya. Seperti sihir, Pulau Bali pun kembali bercahaya dengan senyuman dari masyarakatnya dan alamnya yang indah. Bunga-bunga bermekaran menyambut momen bahagia ini.

Raja Dalem Waturenggong pun mengakui Brahmana Keling sebagai saudaranya. Sang brahmana diberi gelar Dalem Sidakarya. Kemudian, agenda dilanjutkan dengan pembuatan pediksan dengan sebagaimana halnya. Sang raja yang kegirangan pun berujar seluruh umat Hindu wajib nunas (minta) tirta Penyida Karya yang ada di Pesraman Dalem Sidakarya. Terus wajib juga mempertunjukkan Tari Topeng Sidakarya. 

Tujuan Dilaksanakannya Tari Topeng Sidakarya

Sudah pasti tari ini dilaksanakan guna menghormati ujaran sang raja serta saudaranya, Brahmana Keling. Tak hanya itu, ia juga berjasa akan kesanggupannya mengembalikan kesejahteraan masyarakat Bali saat itu. Tarian ini pun menjadi tari wali upacara yadnya yang besar di Bali. Maksudnya sebagai pelancar jalannya yadnya gitu. Salah satunya pada Eka Dasa Rudra di Pura Besakih, Karangasem maupun ngaben.

Sekarang sudah paham ‘kan kenapa tarian ini dianggap sangat sakral? Apalagi sekarang tarian ini diakui UNESCO dan masuk ke Warisan Budaya Tak Benda. Sebagai warga Bali dan Indonesia, kita patut bangga akan budaya kita yang sudah diakui dunia.

90199396_885493388545291_440749866038067200_n

Gregek Tunggek, Kuntilanak Seram Versi Bali yang Senang Menggoda Laki-laki

Siapa disini kalau nongkrong paling suka cerita horor? Nggak cuma nongkrong, tapi semua hal dalam hidup ini harus horor biar greget katanya. Mentang-mentang kita punya beragam jenis makhluk halus, jadi cerita horornya nggak habis-habis. Setelah ini Mz mau bahas salah satu hantu yang horornya juga nggak ketulungan. Siapa dia? Siapa lagi kalau bukan Grenggek Tunggek si kuntilanak seram versi Bali.

Bikin kaget sih |Source: https://mapaybandung.pikiran-rakyat.com/

Paling Nggak Kamu Tahu ‘Kuntilanak Seram’ Versi Bali-nya

Kok sekilas kayak golum |Source: https://www.facebook.com/denpasarviral

Mz tahu, sebagian dari kalian pasti masih asing dengan sosok yang satu ini. Grenggek Tunggek adalah mahkluk halus yang berambut panjang, berwajah mengerikan, mengenakan baju terusan berwarna putih bahkan punggungnya pun bolong. Persis seperti kuntilanak dan sundel bolong, cuma yang ini versi Bali-nya saja.

Makhluk halus ini dikenal senang menggoda laki-laki yang lewat dekat tempat tinggalnya. Diceritakan semasa hidupnya ia memiliki pengalaman kurang menyenangkan alias korban laki-laki lalu berakhir menjadi mayat. Maka dari itu, ia memiliki ajian pudak sategal alias ilmu yang bisa merubah dirinya menjadi wanita paling cantik yang ada di muka bumi ini. “Mz, semua laki-laki kah yang akan digoda?” Oh tentu saja tidak. Cuma laki-laki yang punya niat buruk saja.

Lihat beginian, pilih lari atau pingsan? |Source: https://www.facebook.com/denpasarviral/

Katanya ia senang sekali ikut boncengan sama pengendara yang sendirian. Nanti yang awalnya wajahnya cantik, lama-lama berubah mengerikan. Apesnya kalian bisa dilihati punggungnya yang bolong. Duh!

Grenggek Tunggek paling suka tinggal di rumah kosong, pohon-pohon besar bahkan tempat yang ramai tapi sepi. “Hah apa tuh, Mz?” Ya, kuburan. Buat yang suka sama tipe cewek rambutnya panjang, pakai dress terus mukanya cantik, jadian saja sama Grenggek Tunggek. Dijamin greget!

Harus gini biar nggak bonceng Grenggek Tunggek |Source: https://www.brilio.net/

Kalau dalam versi Calon Arang, ia merupakan wujud kemarahan Dewi Durga ketika dibuang suaminya ke bumi. Saking marahnya, Dewi Durga menyentakkan kakinya berkali-kali hingga mayat-mayat yang ada di bawah tanah berubah menjadi makhluk halus dengan rupa yang mengerikan.

Paling nggak kalian tahulah ya. Mau kenalan juga boleh, Mz sih silahkan-silahkan saja. Buat yang pulang sendirian, hati-hati ya! Selalu cek belakang kalian, siapa tahu nggak sengaja ngebawa pulang penumpang tak diundang.

lembuswana

Lembuswana, Hewan Mitologi yang Jadi Lambang Kerajaan Kutai

Apapun yang berbau legenda selalu saja bikin penasaran. Entah melibatkan tokoh, tempat maupun hewan mitologi. Kalian tahu Lembuswana nggak? Hewan yang punya perawakan nggak biasa dan bikin bingung pas pertama kali dilihat. Kira-kira kisahnya seperti apa ya?

Kostum dengan tema Lembuswana yang dipakai sama Karina Nadila |Source: http://nickverrreos.blogspot.com/

Kendaraan Raja Mulawarman dan Jadi Lambang Kerajaan Kutai

Salah satu patungnya |Source: https://indonesiakaya.com/

Lembuswana atau Paksi Liman Jonggo Yokso adalah hewan dalam mitologi rakyat Kutai yang disucikan. Kenapa dianggap suci? Karena dipercaya pernah menjadi tunggangan atau kendaraan Raja Mulawarman dari Kerajaan Kutai (kerajaan ini adalah kerajaan Hindu tertua yang ada di Indonesia. Ya, kira-kira 1500 tahun yang lalu lah). Waktu zaman itu ya kendaraannya bisa terbang bahkan kecepatannya dua kali lipat dari kendaraan kita yang sekarang.

Berwarna keemasan, Lembuswana identik dengan kawasan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Karena kesuciannya yang Mz sebut tadi, ini menjadikannya sebagai lambang dari Kerajaan Kutai hingga Kesultanan Kutai Kartanegara. Jadi kalau sudah dengar kata Lembuswana, sudah paham lah ya bakal selalu ada sangkut pautnya dengan Kutai Kartanegara. Oh ya, kemunculan hewan mitologi ini juga ada sangkut pautnya dengan Aji Putri Karang Melenu. Ada sebuah legenda yang menceritakan sang putri muncul dari dasar Sungai Mahakam bersamaan dengan Lembuswana (dipercaya sebagai penguasa Sungai Mahakam). Seiring waktu berjalan, sang putri yang tumbuh dewasa kelak akan menikah dengan Maharaja Kutai Aji Batara Agung Dewa Sakti dan melahirkan Aji Batara Agung Paduka Nira yang nantinya menjabat sebagai raja Kerajaan Kutai Kartanegara yang kedua. Nah jadi gini, Kerajaan Martadipura itu ‘kan didirikan oleh Raja Kudungga, terus dilanjutkan sama Aswawarman dan Mulawarman. Setelah berakhirnya masa kepemimpinan Mulawarman (raja yang paling terkenal), berdiri Kerajaan Kutai Kartanegara menggantikan kerajaan sebelumnya.

Punya Ciri Khas dari Beberapa Satwa

Kayak beberapa satwa dalam satu badan |Source: https://id.pinterest.com/Zumazumta/_saved/

Nggak hanya namanya saja yang unik, perawakannya pun juga unik. Mz coba jelasin dah, Lembuswana ini berkepala dan berekor panjang layaknya singa; bertelinga layaknya rusa; punya tanduk layaknya sapi; gading, belalai dan taring layaknya gajah; berjenggot layaknya kambing; sayap layaknya burung garuda; berkuku dan bertaji layaknya ayam jantan; bersisik seperti naga tapi badannya lembu alias sapi gitu. Jangan lupakan mahkotanya yang bertengger di atas kepala layaknya seorang raja. Lembuswana bisa hidup dimanapun, entah di darat, air maupun udara. Oh ya, masih ingat ‘kan kalau ada gading dan belalainya? Ini menjadi gambaran dari Dewa Ganesha, sang dewa kecerdasan.

Untuk menghargai legendanya, dibuatlah patung Lembuswana yang bisa kamu jumpai di halaman depan Museum Mulawarman, Tenggarong dan Pulau Kumala yang merupakan tempat wisata di tengah Sungai Mahakam.

kemangmang

Mengenal Kemangmang, Hantu dari Bali yang Bentuknya Anti Mainstream

Kalau sudah bahas yang horor-horor, selalu saja bikin penasaran. Selain memedi, hantu di Bali masih banyak, salah satunya Kemangmang. Punya bentuk yang anti mainstream, kita cari tahu apakah Kemangmang itu berbahaya atau nggak. Chek it out!

Kemangmang, Hantu yang Kayak Gimana Sih?

Ya, kayak muka sih kalau dilihat-lihat |Source: https://jogja.tribunnews.com/

Berbeda dengan memedi yang punya tubuh tinggi, besar dan berbulu, Kemangmang nggak punya anggota tubuh dan ukurannya kecil. Kayak kelapa tapi abis digigitin tupai, jadi ada bolongnya gitu lho. Tangan nggak punya, kaki nggak punya, cuman wajah yang ada bolongnya jadi terlihat seperti mata dan mulut.

Kalau memedi ‘kan suka banget membawa orang atau anak-anak untuk diajak ke alamnya, Kemangmang lebih suka mengeluarkan suara dan mendatangi orang yang punya hasil panen. “Emang suaranya kayak gimana, Mz?” Hmm… Dari kesaksian orang yang pernah ketemu sama sosok ini, ia mengeluarkan suara layaknya jangkrik. Jadi, nggak bakal ngeh antara suara jangkrik atau Kemangmang.

Dianggap Tak Mengganggu dan Baik

Nah, jadi latah ‘kan |Source: https://www.idntimes.com/

Untungnya dia ngeluarin suara kayak jangkrik, bukan “dor!”. Yang suka kagetan, apa nggak auto latah “ayam, ayam, ayam” jadinya. Karena kebiasaannya yang suka mendatangi orang yang punya hasil panen, ada yang menganggap Kemangmang ini baik dan tak baik. Maksudnya, tak baik itu kayak ganggu gitu lho. Datang tiba-tiba ngegelinding, pas dingehin eh dia kabur menggelinding lagi. ‘Kan seram ya. Mana kadang suka jahil lagi dengan ketawa ngejek tapi suaranya kayak jangkrik.

Cuman ada juga yang beranggapan kalau Kemangmang itu nggak jahat sama sekali. Istilahnya, kalau kamu punya hasil panen, bagi dikitlah rezekinya sama si doi. Kalau lagi di ladang atau di sawah, terus ngejagainnya dengan bakar ubi atau jagung dan si doi datang, ya bagilah sedikit. Toh kita sama-sama bergantung dengan hasil alam, apa susahnya sih berbagi? Tapi ada juga yang beranggapan kalau Kemangmang ini semacam hama tanaman, dan ada juga yang beranggapan kalau si doi adalah penjaga ladang yang baik.

Nah, mulai sekarang kalau ngelihat yang menggelinding di ladang langsung cek in ya. Ngeluarin suara jangkrik atau nggak, terus kalau misalnya kalian pegang dia menjauh dengan mengerik, ya sudah terima nasib saja. Lari atau pingsan:)

pura pancasila

Pura Pancasila, Pura Multikultural di Kubutambahan, Buleleng

Memang ya, apapun tentang Bali memang indah dan unik. Ada nih pura yang dimana semua agama bisa datang untuk sembahyang. “Oh kayak Pusat Peribadatan Puja Mandala ya, Mz?” Yup, benar sangat! Kalau yang ini namanya Pura Pancasila yang terletak di Kubutambahan, Buleleng. Kita kepoin cerita dibaliknya yuk!

Di Buleleng nih |Source: http://pendidikansosiologiundiksha.blogspot.com/

Cerita Dibalik Dibangunnya Pura Pancasila

Pura Pancasila ini juga punya nama lain yaitu Pura Negara Gambur Anglayang, terus disebut Pura Multikultural juga.

“Kenapa, Mz?”

Ini karena dalam puranya ada sederet pelinggih yang memiliki simbol dan etnik dari agama yang berbeda, di Indonesia ‘kan ada enam agama yang sah, nah disini ada delapan pelinggih yang mewakilkan keenam agama tadi serta suku dan ras tertentu makanya disebut Pura Multikultural.

pura pancasila
Ceritanya itu para pedagang |Source: https://www.balipuspanews.com/

Jadi, kedelapan pelinggihnya itu ada Pelinggih Ratu Sundawan yang mewakili unsur Kristen, Pelinggih Ratu Bagus Melayu yang mewakili ras Melayu, Pelinggih Ratu Ayu Syahbandar dan Ratu Manik Mas yang mewakili unsur Cina atau Buddha, Pelinggih Ratu Pasek, Dewi Sri dan Ratu Gede Siwa yang mewakili unsur Hindu. Oh ya, yang lagi satu namanya Pelinggih ratu Gede Dalem Mekah yang mewakili unsur Islam.

Terdiri dari tiga halaman yakni Nista Mandala atau jaba sisi, Madya Mandala atau jaba tengah dan terakhir, Utama Mandala atau jeroan, Pura ini diperkirakan berdiri pada abad ke-13 atau tahun 1260. Waktu itu kawasannya terkenal dengan nama Kuta Banding dan menjadi pelabuhan dagang yang sangat strategis serta menjadi pusat perdagangan. Makanya kawasannya itu dikelilingi benteng yang berdiri kokoh.

Seperti biasa, para pedagang yang berasal dari beragam etnis ini datang untuk membeli rempah-rempah. Ketika sudah waktunya untuk melanjutkan perjalanan, eh tiba-tiba awal kapal berteriak karena kapal yang mereka tumpangi bocor. Para warga pasti nolongin dong, cuma ternyata usahanya sia-sia. Melihat kemalangan ini, salah satu awak kapal berinisiatif mengajak yang lain untuk bersembahyang di pelinggih yang ada disana. Tentu saja saat sembahyang, mereka berharap diberi kekuatan dan keselamatan agar usahanya lancar. Saking pasrahnya, mereka juga berjanji kalau seandainya bisa kembali dalam keadaan baik akan mengakui keberadaan pelinggih itu bahkan membangun pura untuk menyembah Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan manifestasi sebagai Dewa Siwa.

pura pancasila
Ada bendera merah putihnya |Source: https://www.balipuspanews.com/

Ya, sudah pasti mereka selamat soalnya puranya sudah dibangun dan berdiri kokoh hingga hari ini. Acara pujawalinya jatuh pada Buda Wage Wuku Kelawu dan akan nyejer selama tiga hari. Ada cerita menarik lainnya nih mengenai Pura Pancasila. Katanya sudah beberapa kali wastra gringsing yang digunakan itu hilang tapi habis itu balik lagi. Bahkan bisa keganti sendiri, kayak sudah waktunya diganti gitu lho. Belum lagi kemunculan bendera Merah Putih secara mendadak dan pas dicek ternyata nggak ada jaritannya dan benar-benar kayak habis disablon. Cuma buat bendera yang sekarang nggak tahu deh Mz, tetap yang sama atau beda.

Sudah tahu ya, selain Puja Mandala ada juga pura yang dimana semua umat beragama bisa datang untuk sembahyang. Berarti nggak boleh membeda-bedakan agama ya, kita semua tetap bersaudara dan satu tanah air Indonesia. Salam damai!

tradisi unik

Tradisi Unik di Bali

Setiap daerah yang ada di Indonesia pasti memiliki tradisinya masing-masing, sama nih kayak Bali, Hari Minggu lalu baru saja dilaksanakan Tradisi Ngerebong di Desa Kesiman, Denpasar. Karena Bali pun juga punya tradisi unik, kita kepoin empat diantaranya ya. Check it out!

tradisi unik
Auto ngefreeze lihat beginian |Source: https://triponnews.com/

Perang Ketupat di Desa Adat Kapal, Badung

Kita mulai dengan Perang Ketupat atau Aci Tabuh Rah Pengangon di Desa Adat Kapal, Mengwi, Badung. Sesuai namanya, tradisi ini melibatkan ribuan ketupat dan jaje bantal. Seluruh warga desa akan dibagi menjadi dua kelompok, biar bisa saling berhadap-hadapan gitu lho. Sebelum dimulai, warga akan bersembahyang dulu dan pemangku akan memercikkan air suci. Kalau sudah, baru deh siap-siap ngelempar senjata masing-masing. Tradisi ini hanya berlangsung 15 menit, tapi keseruan dan rasa suka citanya itu lho bikin seluruh warga senang bukan main.

tradisi unik
Saya suka keributan |Source: https://www.balipost.com/

Tradisi ini diperkirakan dilaksanakan pada tahun 1339, saat itu lagi musim paceklik. Situasi ini membuat Ki Kebo Waruga atau yang lebih dikenal dengan Kebo Iwa terenyuh. Sedih gitu melihat kemalangan yang tengah dihadapai warga Kapal. Saat itu ia ditugaskan untuk merenovasi Pura Purusada oleh Raja Sri Astasura Ratna Bumi Banten. Di tengah tugasnya, Kebo Iwa menyempatkan diri untuk memohon kepada Ida Bhatara yang berstana di Candi Rara Pura Purusada. Dari sini, dimintalah warga desa untuk melakukan Aci Tabuh Rah Pengangon yang dipersembahkan kepada Dewa Siwa.

Tradisi Mepantigan di Batubulan, Gianyar

Kalau yang ini lebih seru lagi, Mepantigan yang berarti saling membanting. Tradisi ini diciptakan oleh I Putu Witsen Widjaya yang merupakan seorang atlet taekwondo. Mengandalkan kuncian dan bantingan, Mepantigan ini tidak semata-mata untuk kekerasan tapi menumbuhkan rasa hormat antar sesama dan sarat akan makna nilai tradisi masyarakat Bali seperti rasa syukur dan solidaritas.

Hayyaaah |Source: https://natih.net/

Mepantigan ini juga terinspirasi oleh pencak silat Bali. Saking kuatnya, Mepantigan ini pernah ada ajang kompetisi Internasional yang diikuti oleh lima negara yaitu Jepang, Denmark, Belanda, Swedia dan Korea Selatan pada tahun 2010. Arena pertandingannya memang di sawah, jadi banting-bantingan di lumpur. Sebelum dan sesudah pertandingan, melakukan persembahyangan ke hadapan Dewi Sri atau dewi kesuburan. Untuk pakaiannya, para pemain akan menggunakan kain hitam putih atau manca warna. Udeng jangan dilupakan untuk laki-laki. Walaupun dominan diikuti laki-laki, perempuan juga bisa ikut andil kok. Oh ya, ini ‘kan berlangsung selama tiga menit satu rondenya, dan setiap pertandingan ada dua ronde, untuk timernya sendiri menggunakan bambu yang berisi air, kalau airnya sudah habis baru deh selesai pertandingannya.

Tradisi Unik di Karangasem, Megibung dengan Seluruh Masyarakat Desa

Makan memang paling asyik beramai-ramai ‘kan, ada nih tradisi bernama Megibung yang berasal dari Karangasem. Biasanya diadakan kalau lagi ada acara kayak otonan, tiga bulanan dan lainnya. Maksimal 8 orang, nanti akan duduk melingkar dengan kelompok masing-masing atau duduk bersila saling berhadap-hadapan. Yang disajikan di atas daun pisang pun tak lain dan tak bukan yakni nasi, jukut urab, sate, balung dan makanan tradisional lainnya. Oh ya, btw nasi putih yang ada dalam wadah itu dinamakan gibungan, sedangkan lauk pauk yang mau dimakan dinamakan karangan.

tradisi unik
Nah, kalau kayak gini ‘kan enak dilihatnya |Source: https://www.kulkulbali.co/

Megibung pertama kali dikenalkan oleh Raja Karangasem, I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem sekitar tahun 1692. Waktu itu raja dan prajuritnya sedang ekspedisi menaklukan raja-raja yang ada di tanah Lombok. Sudah pasti ‘kan capek ya, jadi raja berinisiatif untuk istirahat dan ngajak makan bersama. Cuman ya makannya duduk melingkar gitu, bahkan raja disebut-sebut ikut juga makan sama prajuritnya. Sepanjang megibung, kalian nggak boleh naruh remahan atau sisa nasi di tangan ke gibungannya, jadi harus habis sekali suap gitu. Terus, kalau makanannya sudah habis, nggak boleh pergi duluan, tunggu semuanya selesai makan baru meninggalkan tempat. “Bisa nambah ‘kan, Mz?” Bisa, tinggal minta saja sama orang yang ditunjuk untuk mengambil dan naruh makanannya.

Tradisi Ngusaba Bukakak di Buleleng

Terakhir, ada tradisi Ngusaba Bukakak di Desa Sangsit Dangin Yeh, Sawan, Buleleng. Dilaksanakan saat Hari Purnama Sasih Kadasa, pelaksanaannya ditujukan kepada Dewa Siwa, Dewa Wisnu dan Dewa Sambu. Ini juga menjadi bentuk ucapan terima kasih kepada Dewi Sri atas kesuburan tanah dan hasil pertanian yang melimpah. Karena menghabiskan biaya yang nggak sedikit, tradisi ini dilakukan setiap dua tahun sekali.

Yuk bisa yuk |Source: https://koranbuleleng.com/

Tradisi ini diperkirakan sudah ada sejak pemerintahan Raja Jaya Pangus. Sang raja adalah penganut sekte Dewa Wisnu, sedangkan masyarakatnya adalah penganut Siwa Sambu. Raja berinisiatif untuk menyatukan kemanunggalan sekte Dewa Wisnu dan Dewa Siwa menggunakan konsep Dwi Tunggal. Jadi, simbol pemujaannya dengan Nandi Garuda (dalam Bahasa Bali Kuno bernama Lembu Gagak atau Bukakak). Lembu itu melambangkan Dewa Siwa sedangkan burung garuda melambangkan Dewa Wisnu. Nah, nanti ‘kan ada babi yang dipanggang setengah matang, ini yang melambangkan Dewa Sambu.

Panjang banget sejarahnya ya, dari tahun masehi nggak tuh. Tentunya miliki tujuan yang baik, sudah seharusnya kita melestarikan dan menjalankan tradisi turun temurun dengan tulus ikhlas. Ini pastinya dilakukan sebagai bentuk terima kasih atas rezeki yang sudah diberikan. Semoga gumi Bali tetap rahayu, rahayu, dan rahayu.

cerita rakyat

Cerita Rakyat tentang Galungan dan Hubungannya dengan Daerah Tampak Siring

Sering melakukan persembahyangan pada Hari Raya Galungan, sudah tahu belum tentang makna hari suci tersebut? Ada cerita rakyat dibaliknya, ini berhubungan dengan daerah Tampaksiring yang ada di Gianyar lho! Mau tahu ceritanya seperti apa? Let’s check it out!

cerita rakyat
Nggak kerasa sudah mau Galungan saja ya |Source: https://moreschick.pikiran-rakyat.com/

Cerita Rakyat Tentang Hari Raya Galungan

Untuk masyarakat Bali pasti sudah nggak asing sih, buat kalian yang nggak tahu disimak baik-baik ya, kalau sudah tahu ya saudah anggap saja mengingat kembali. Cerita ini berawal dari sosok Mayadenawa yang dikenal sebagai raja yang sombong dan kejam terhadap rakyatnya di Kerajaan Bedahulu. Karena dirasa kelakuannya makin parah, sampai-sampai nggak ngebolehin rakyatnya menyembah Hyang Widhi Wasa melainkan dirinya seorang, para Bhatara, Dewata serta Dewa Indra berniat untuk membunuh Mayadenawa. Pastinya aksinya ini sudah direstui oleh Hyang Pramesti Guru atau Dewa Siwa.

cerita rakyat
Ogoh-ogohnya Mayadenawa yang lagi ngelawan Dewa Indra |Source: http://jayupedia.blogspot.com/

Tahu dirinya jadi target pembunuhan, Maya Denawa lari ke hutan dengan memiringkan kakinya. Tujuannya untuk mengelabui yang mengejarnya, biar dikira bukan tapak kakinya gitu lho. Sesekali juga bakal berubah wujud dan bikin air mata beracun biar pengejarnya yang kehausan dan minum itu langsung tewas. Nggak heran sih Mayadenawa ‘kan sakti mantraguna. Untungnya air mata beracun ini dibuat penangkalnya yang dinamakan Tirta Empul atau air mata suci oleh Dewa Indra, alhasil semua bisa diselamatkan.

Walaupun sudah melakukan berbagai hal, tetap saja diketahui kedoknya sama Dewa Indra. Terjadilah pertempuran sengit antara keduanya, karena sama-sama sakti, sudah pasti duelnya nggak main-main. Adu kekuatan gitu lho. Hingga akhirnya, Mayadenawa yang sekarat ngeluarin banyak darah. Patihnya, Kala Wong juga dibunuh. Di detik-detik terakhirnya, Mayadenawa mengutuk aliran darahnya ini berdampak buruk seribu tahun lamanya. Oh ya, btw aliran darahnya ini dinamakan Tukad Petanu. Dari sinilah, Hari Raya Galungan hadir sebagai perayaan kemenangan Dharma (kekuatan baik) melawan Adharma (kekuatan buruk).

Hubungannya dengan Daerah Tampaksiring

Ingat ‘kan kalau Mayadenawa miringin kakinya biar tapak kakinya nggak ditahuin sama Bhatara, Dewata dan Dewa Indra? Daerah dimana tapak kakinya yang miring ini pun berubah menjadi Tampaksiring (Tampakmiring). Tirta Empul pun juga berada di daerah ini, kalau ada waktu senggang, jangan lewati kesempatan untuk sembahyang dan melukad disana ya.

cerita rakyat
Candi Gunung Kawi yang bisa kamu kunjungi di Tampaksiring |Source: https://ringtimesbali.pikiran-rakyat.com/

Ada banyak tempat wisata yang bisa kalian kunjungi di Tampaksiring seperti Istana Kepresidenan, Candi Tebing Gunung Kawi, dan Subak Pulagan. Tinggal pastiin saja mau pergi kemana dan dengan siapa. Sekian deh guys, bye!

tumpek wayang

Tumpek Wayang dan Mitologi Dibaliknya

Wih udah mau hari raya aja nih.”Eh? Emangnya hari raya apa, Mz? Kapan?” Lah? Besok tuh Tumpek Wayang guys, harusnya kalian udah persiapan dari sekarang. “Persiapan apaan, Mz?” Hmm, yaudah Mz bakal kasik tau sekalian bahas mitologi dibaliknya yak. Check it out!

Tumpek Wayang, Hari Raya Apa Sih?

Kalau dilihat dari depan panggung |Source: https://www.radarcirebon.com/

Ini kita awali dengan pengertiannya yak. Tumpek Wayang adalah hari raya yang jatuh pada Saniscara (Sabtu) Kliwon Wuku Wayang, dan terus dirayakan setiap 210 hari sekali atau 6 bulan sekali. Hari raya ini dipercaya hari paling gelap gitu, soalnya menyiratkan keangkuhan, kebodohan manusia dan kemarahan yang amat besar. Makanya, di rahina ini bakti kita ditujukan kepada Dewa Iswara yang dipercaya memberikan penerangan atau pencerahan atas kegelapan tadi, ini juga ditambah dengan kemampuannya dalam membangkitkan daya seni dan keindahan.

Karena mengandung seni tadi, di rahina ini semua alat kesenian bakal dibantenin kayak wayang, gender, topeng dan lainnya. Orang-orang yang lahir di Wuku Wayang harus ngejalanin upacara khusus nih, namanya Sapuh Leger. Upacara ini dilakukan buat ngebersihin kotoran dari keduniawian gitu. Sebenernya bebas mau dilakuin pas hari apa aja, cuman emang alangkah lebih baik pas Tumpek Wayang, pas puncaknya gitu lho. “Terus kenapa ada gambar wayang? Emangnya ini ada hubungannya?” Iya, ada guys. Abis ini Mz ceritain dah.

Yang ini di belakang panggungnya |Source: https://www.balisaja.com/

Mitologi yang Ada Dibaliknya

Bhatara Kala dalam bentuk wayang |Source: https://masjiwopogog.wordpress.com/

Mitologi ini berdasarkan lontar Kala Tattwa. Cerita awalnya, Dewa Siwa atau Bhatara Guru lagi mengudara alias ngabisin waktu di udara sama Dewi Uma, istrinya. Ceritanya kan lagi senja nih, jadi pengen nikmatin pemandangan sore hari di atas Nusa Kambangan. Nah, karena ini di atas langit, udah pasti dong anginnya kencang banget. Berkibar-kibarlah pakaian sang dewi sampek nggak sengaja betisnya keliatan. Sang dewa yang awalnya adem ayem jadi auto noleh dong ke betis istrinya, entah gimana ceritanya, tiba-tiba aja sang dewa pengen bersenggama sama istrinya diatas kendaraan yang sedang mereka tunggangi, Lembu Andini. Karena ini kan bukan private place, ya udah pastilah ditolak sama sang istri, nggak pantes gitu lho buat ngelakuin itu disana dan saat itu juga.

Sang dewa yang emang dari tadi udah pengen banget ngeluarin hasratnya jadinya tetep ngerayu istrinya. Pokoknya udah dibutakan hawa nafsu dan pengen ‘ngelakuin’ saat itu juga. Karena keinginannya yang menggebu-gebu ini nggak tersalurkan dengan semestinya, keluarlah kama (air mani) sang dewa dan jatuh di samudera. Ombaknya yang emang lagi gede banget terus kejatuhan kama, berubahlah jadi raksasa yang gede, makin gede dari ombaknya tadi. Ia terlihat bengis dan penuh emosi yang meletup-letup, kayak keinginan bercampur kemarahan akan sesuatu.

Balik-balik dari sana, Dewi Uma dan Dewa Siwa berantem. Maksudnya, kok bisa gitu lho di situasi kayak gitu malah pengen bersenggama. Dewi Uma yang lagi marah banget, ngatain perbuatan sang dewa itu buas dan nggak beradab kayak hewan bertaring, karena notabenenya si dewi emang sakti, semua ucapannya akan terwujud. Beneran deh tuh Dewa Siwa punya taring dan makin memanjang. Ngeliat hal ini, dibales nih sama Dewa Siwa dengan ngutuk si Dewi Uma jadi raksasa. Emang ngeri berantemnya pasutri ini ya. Udah bukan lempar piring sama gelas, tapi kutuk-kutukan nggak tuh.

Bhatara Kala, Hyang Kumara dan dalang dalam bentuk ogoh-ogoh yang dibuat oleh Sekaa Teruna Dharma Yowana Br. Anggarkasih, Sanur, Denpasar Selatan |Source: https://pandejuliana.wordpress.com/

Raksasa yang lahir dari situasi tidak tepat kedua orang tuanya ini dipeliharalah sama Dewa Brahma dan Dewa Wisnu. Disitu doi kepo kan, bertanya-tanya orang tuanya siapa gitu, dikasik taulah kalau orang tuanya itu Dewa Siwa dan Dewi Uma. Tau hal ini, raksasa tadi datang ke kahyangan, ngamuk-ngamuk minta keadilan. Dan akhirnya ketemulah antara ayah dan anak ini, sang anak nuntut tiga permintaan. Sebelum diiyain sama Dewa Siwa, disuruh dulu tuh anaknya motong taringnya biar bisa ngeliat orang tuanya seutuhnya, dan ya doi lakuin. Tiga permintaannya ini : diakui sebagai anak, dikasik nama dan dikasik istri. Disanggupin tuh sama sang dewa, setelah diakuin anak, akhirnya dikasik nama juga yaitu Bhatara Kala. Istrinya, Dewi Uma yang udah berubah jadi raksasa ini dikasik ke Bhatara Kala untuk dijadiin istri dan namanya berubah menjadi Bhatari Dhurga. Sampek sini agak membagongkan ya.

Nggak cuman nama dan istri, Bhatara Kala juga dianugerahkan bisa makan siapapun yang lahir di Tumpek Wayang dan lagi di luar rumah saat rahina itu. Entah mereka lagi jalan pas siang hari atau ngapain gitu, kalau emang ada si Kala, yaudah ‘di-hap’ aja gitu. Nah, anaknya Dewa Siwa dan Dewi Uma ini ada lagi yaitu Hyang Kumara, jadi jatuhnya dia adiknya si Bhatara Kala ya. Lahirnya sama nih pas Tumpek Wayang. Mengingat anugerahnya tadi, jadi bebas-bebas aja dong kalau si Kala mau makan adiknya. Cuman bapaknya melerai dan bilang kalau adiknya ini bisa dimakan pas dia udah besar. Di lain kesempatan, Hyang Kumara dijadiin anak-anak terus sama bapaknya biar nggak dimakan sama kakaknya sendiri. Bhatara Kala yang tahu hal ini jadi marahlah dan ngotot mau makan adiknya, yaudah deh tuh kejar-kejaran mereka sampek ke rumah warga. Ini kakak adik rusuh banget dah, apa nggak terganggu itu warga-warga disana.

Hyang Kumara yang lagi dikejar-kejar kakaknya nggak sengaja ketemu sama Amangku Dalang. Dia minta tolong, terus sembunyi di bawah gender wayang. Bhatara Kala yang datang langsung nanyain kan, liat adiknya nggak, si Amangku Dalang jawab nggak. Karena kelelahan sama haus, terus dilihat ada makanan didepannya, Bhatara Kala langsung makan semuanya sampai nggak tersisa. Amangku Dalang auto nyuruh dia buat muntahin makanan tadi kan, karena itu persembahan yang ditujukan kepada dewa. Karena nggak bisa menyanggupi, Bhatara Kala akhirnya ngebiarin siapapun yang lahir di Tumpek Wayang buat ngasik persembahan dan upacara dengan tirta wayang Sapuh Leger biar nggak kemakan dan selamat, so that’s why dia nggak ngejar-ngejar adiknya lagi.

Sang kakak beradik jika dilihat dari dekat |Source: https://cahyaadi92.wordpress.com/

Yang Seharusnya Dilakukan Sebelum dan Saat Tumpek Wayang

Udah disiapin belum nih? |Source: https://disbud.bulelengkab.go.id/

Makanya, sehari sebelum tumpek wayang anak-anak bakal disuruh buat stay at home aja. Terus pagar rumahnya bakal ditaruhin seikat daun pandan berduri yang udah diikat sama benang tridatu. Ini bermaksud untuk menangkal kekuatan negatif. Terus, buat orang-orang yang lahir pas Wuku Wayang (sering disebut Tumpek Wayang) harus Mebayuh Sapuh Leger dan memohon keselamatan alias kerahayuan sepanjang hidupnya. Untuk kita yang bukan kelahiran Wuku Wayang juga udah pasti harus sembahyang juga, nggak ada salahnya minta perlindungan buat dijauhin dari kekuatan negatif tadi, kan.

Jangan lupa mebayuh Sapuh Leger buat yang lahir di tumpek ini ya |Source: https://www.balipuspanews.com/

Panjang banget ya guys, seenggaknya kalian tau sedikitlah tentang Tumpek Wayang. Ini cerita yang gedenya cuman se-kuku guys, jadi alangkah lebih baik kalian cari tahu dan baca lebih banyak referensi lain biar makin nambah pengetahuannya. Selalu inget berdoa dan minta perlindungannya ya, Rahajeng Rahina Tumpek Wayang, semeton!

rare angon

Antara Melayangan dan Rare Angon yang Dianggap Sebagai Manifestasi Dewa Siwa

Siapa sih yang nggak tau layang-layang? Dari bocil sampek sekarang pasti bawaannya pengen melayangan terus kan, bahkan ini udah dilakuin turun temurun dari jaman kakek nenek kita. Nggak hanya sekedar hiburan, layang-layang ini erat kaitannya sama Rare Angon yang jadi pelopor pertama kali. Rare Angon juga dianggap manifestasi Dewa Siwa yang sungguh berjasa. Dahlah, langsung bahas aja kita!

Apa nggak lemes ini kaki kalau ngeliat mereka terbang pas malem? |Source: https://www.okeguys.com/i

Melayangan yang Dilakukan Secara Turun Temurun

rare angon
Mau debu, mau panas, jeg gass |Source: https://www.pesonablahbatuh.com/

Coba deh tanyak kakek nenek kalian, pasti dari jaman mereka udah excited sama yang namanya melayangan. “Melayangan apaan ya, Mz? Main layang-layang?” Ho’oh, dalam Bahasa Bali artinya main layang-layang. Jadi kalau kalian diajakin ‘melayangan kuy’, iyain aja yak, seru banget soalnya. “Wih siap, Mz!”

Kerja sama adalah kunci utama |Source: https://id.pinterest.com/

Karena excited melayangan ini masih besar banget buat Semeton Bali, diadainlah lomba layang-layang dimana kalian bisa nemuin layang-layang yang super besar dan punya ekor yang panjang banget. Kalau biasanya layang-layang dimainin sendirian, ini nggak bisa sendirian guys jadi harus rame-rame. Ya bayangin aja nerbangin layang-layang 10x lipat dari badan kita sendiri, yang ada ikutan terbang juga kita.

Rare Angon yang Dianggap Sebagai Manifestasi Dewa Siwa

Jadi awalnya nih, anak-anak penggembala itu seperti biasa jagain ternak kan, pas hewan-hewan ternaknya lagi makan udah pasti mereka nggak ngapain-ngapain, jadi ada waktu senggang gitu. Disinilah muncul ide main layang-layang di tengah kebingungan mau ngabisin waktu saat senggang, jadi anak-anak penggembala ini bakal main layang-layang di sawah sedangkan hewan-hewan ternaknya sibuk nyari makan. Yang satu happy dapet makan, yang satu lagi happy nggak bosen karena cuman nungguin, jadi happy-nya sama-sama gitu lho.

Patung Rare Angon di Museum Subak, Tabanan |Source: https://twitter.com/jjrizal/

Biasanya kan emang main layang-layang di ladang atau sawah, ini tuh biasanya pas lagi masa panen jadi bisa bebas main di sawah tanpa ngerusakin tanaman padi dan lainnya. Pada masa panen ini orang-orang percaya Dewa Siwa atau Dewa layang-layang turun ke bumi dan menjelma sebagai Rare Angon tadi. Sambil niup serulingnya, datanglah angin yang dimana bisa nerbangin layang-layangnya anak-anak penggembala buat senang-senang. Terus dipercaya juga kedatangan Rare Angon ini bisa ngusir hama pas masa tanam berikutnya di sawah dan ladang. Makanya sang pemilik ladang atau sawah bakal ngijinin anak-anak tadi buat main layang-layang di lahannya. Kepercayaannya ini emang nggak ada referensinya guys, jadi emang diterusin dari mulut ke mulut.

Btw, Rare Angon ini ada patungnya lho guys di Museum Subak, Tabanan. Kalau kalian kepo pengen tau Rare Angon seperti apa, cuss aja mampir ke museumnya yak, sekalian keliling-keliling liat patung dan benda-benda seni lainnya sabi juga kok.

Jenis-jenis Layangan yang Sudah Ada Sejak Dulu

rare angon
Layangan be-bean yang bentuknya kayak ikan |Source: https://www.tribunnews.com/

Kalau kalian mampir ke Bali dan pengen main layang-layang, kalian harus tau jenis-jenis layang-layang yang udah legend sejak dulu. Ada tiga jenis yang bakal Mz bahas, yang pertama itu ada layangan Be-bean. Diambil dari kata Be yang artinya ikan, karena bentuknya kayak ikan yang punya sirip dan ekor khasnya. Punya beragam warna dan bentuk, biasanya di atas alias kepala layang-layangnya bakal dipasangan bambu sama senar gitu biar nanti nerbanginnya gampang dan stabil.

rare angon
Layangan janggan yang berekor panjang |Source: https://www.kintamani.id/

Yang kedua ada layangan Janggan. Dibandingin sama be-bean, janggan ini ekornya lebih panjang. Bentuknya juga agak beda di bagian bawah yang nyambung sama ekornya. Pas layangannya nih diterbangin di langit, ekornya ini lah yang makin bikin cantik dan mempesona. Untuk nerbanginnya pun perlu tenaga yang esktra soalnya kadang agak susah juga karena ekornya panjang banget kan. Untuk panjangnya ini juga mengikuti seberapa besar layangannya, jadi nggak sembarangan ditambahin ekor panjang gitu.

Layangan pecuk yang bentuknya tertekuk kayak daun |Source: https://travelingyuk.com/

Yang ketiga ini paling sering Mz liat, bentuknya yang lebih kecil dari yang pertama dan kedua. Layangan Pecuk ini diambil dari kata pecuk yang artinya tekuk. Makanya bentuknya kecil kayak tertekuk gitu, kalau bingung ngebayanginnya coba liat daun deh, daun kan bentuknya ada tekukan gitu kan, nah pecuk itu mirip kayak daun. Nerbangin layangan yang satu ini juga perlu tenaga ekstra karena bentuknya yang kecil dan bertekuk tadi, dan ketiga layangan yang Mz bahas tadi udah pasti ditambahin bambu tipis sama senar di atas kepalanya biar terbangnya stabil nanti pas di langit.

Yang ini ceritanya bonus part guys, jadi lagi nge-hits di Bali. Karena jamannya udah mulai modern dan pastinya setiap jaman punya model serta desain layang-layang yang berbeda, dari sini kita bisa ngeliat layangan Celepuk lagi populer banget. Istilahnya tengah digandrungi masyarakat Bali gitu. Celepuk yang artinya burung hantu, layang-layangnya pun ngikutin bentuk dan gambar burung hantu. Ada banyak banget warna-warnanya sampek bikin mupeng (muka pengen) deh pokoknya. Ini kalau kalian ke Bali pasti bakal selalu nemuin layangannya ini yang dijual di toko maupun pinggir jalan. Untuk harganya lumayan lah ya, soalnya pewarnaannya itu makan waktu lama terus belum juga ngedesain layangannya kan.

rare angon
Layangan Celepuk yang lagi populer-populernya |Source: https://kumparan.com/

Dari keempat jenis layangan yang Mz bahas tadi, mana nih yang bener-bener bikin mupeng? Kalau Mz sih udah pasti yang layangan Celepuk, dari warna sampek desainnya bagus banget soalnya. Jangan lupakan juga jasa Rare Angon yang udah mainin layang-layang sampek kita bisa mainin juga sekarang. Bahkan sampek ada lombanya juga kan, nggak cuman seru tapi bikin kita sehat dan mikir. Sehatnya karena kita bergerak aktif terus mikir gimana caranya layang-layang terbang di langitnya nggak bermasalah. Beuuh seru banget yak, yaudah dah segitu aja, bye!

kalender bali 2

Hindari Menikah Pada Hari Berikut Jika Tidak Ingin Pernikahanmu Gagal

Emang siapa sih yang nggak mau langgeng sama pasangan? Dari pacaran sampek nikah terus punya anak, beuuh pengennya happily ever after pastinya. Kalau menurut orang Bali nih, ada hari dimana nggak boleh ada pernikahan alias hindari menikah pada hari kurang baik itu, kalau tetep ngotot yaudah bakal tau deh ending-nya kayak gimana. Lumayan nih buat infoin orang-orang terdekat, nyok langsung aja!

hindari menikah
Momen paling bahagia nih |Source: https://tekno-web.com/

Perhitungan Berbagai Unsur

Nggak hanya menentukan tempat pernikahan, pakaian dan biaya. Saat kalian mau menikah harus menentukan hari baik juga nih biar aman sentosa pernikahan kalian nanti. Terus kalau nanti dikasik momongan, biar gedenya nanti berbakti sama orang tua dan berguna bagi negara gitu lho.

hindari menikah
Di Kalender Bali biasanya lengkap banget |Source: https://www.tokopedia.com/

Istilah buat nyari hari yang cocok untuk sebuah upacara itu bisanya disebut padewasaan, kalau untuk nyari hari baik buruknya disebut ala ayuning dewasa. Yang dijadiin patokan itu biasanya berdasarkan penanggalan atau kalender Bali. Pokoknya harus bener-bener teliti nih, yang bisa baca beginian biasanya pemangku atau orang yang ngerti dunia per-kalender-an Bali.

Hindari Menikah Pada Saat Hari Berikut

Dikutip dari Bali Express, menurut penyusun Kalender Bali, Bapak Gede Marayana, penentuan dewasa Pawiwahan didasari oleh perhitungan berbagai unsur kayak wewaran (saptawara atau hari-hari dalam seminggu), pawukon, tanggal, sasih (yang baik untuk pawiwahan alias menikah itu pas Sasih Katiga, Kapat, Kalima, Kapitu, dan Kadasa), dan dauh. Wewaran yang baik menurut beliau nih ada hari Senin, Rabu, Kamis sama Jumat. Katanya mengandung unsur kebaikan gitu lho dari keempat hari tadi.

hindari menikah
Moga panahnya nggak berubah ke kiri yak, duh jangan sampek deh |Source: https://lifestyle.kompas.com/v

Terus buat pawukon yang wajib hukumnya kalian hindari ini ada Ingkel Wong, Was Panganten (hari-hari yang harus dihindari ada Minggu Kliwon dan Jumat Pon wuku Tolu, Minggu Wage dan Sabtu Kliwon wuku Dungulan, Minggu Umanis dan Sabtu Pahing wuku Menail, serta Minggu Pon dan Sabtu Wage wuku Dukut), Rangda Tiga (wuku yang harus dihindari yakni Wariga, Warigadean, Pujut, Pahang, Menail, dan terakhir, Prangbakat), Nguncal Balung (hari sepanjang 35 hari dari Buda Pon Sungsang atau sehari sebelum Sugihan Jawa atau seminggu sebelum Galungan, sampek Buda Kliwon Wuku Pahang yang biasanya disebut sebagai Buda Kliwon Pegat Wakan), sama Wuku Wayang. Nah, yang wuku ini nih harus banget kalian hindari soalnya Wuku Wayang dianggap kotor, jadi emang nggak boleh ngadain pernikahan.

Kalau kalian tetep ngeyel nih nikah pas hari-hari buruk yang Mz sebutin tadi, udah pasti bakal pernikahan kalian akan berakhir pertengkaran dan perceraian. Dahlah, ikutan aja biar nggak kenapa-kenapa kedepannya. Ngomong-ngomong tentang pernikahan, Mz punya rekomendasi nih buat kalian yang lagi bingung bikin undangan di tengah situasi kayak gini. Weddingku.id adalah sebuah website yang emang pembahasannya seputar pernikahan. Bikin undangan online disini sabi banget guys, dijamin aman pokoknya. Jangan lupa mampir yak, bye bye~