Bagi sebagian orang mungkin bermain ayunan hanya untuk melepas penat, bersenang-senang semata, tapi bagi masyarakat Desa Tenganan, Karangasem, Bali, bermain ayunan adalah sebuah tradisi yang dititipkan oleh para pendahulu mereka disana. Nama tradisinya apa? Tradisi Ayunan.

For your information, Desa Tenganan ini adalah salah satu desa Bali Aga yang sampai saat ini masih mempertahankan pola hidup dan tata masyarakatnya mengacu pada aturan tradisional adat desa yang diwariskan sama nenek moyang mereka.

Tradisi Ayunan menjadi proses tradisi yang dilakukan setahun sekali oleh warga Desa Tenganan setelah gelaran adat Mekare-kare.

Mekare-kare atau perang panda dalam setahun cuma sekali diadainnya. Biasanya sih di bulan Juni atau Juli, soalnya perhitungannya itu menurut kalender di Desa Tenganan Pegrisingan. Mz, kok bahas perang pandan sih? Iya, emang harus dibahas ini, soalnya tradisi ayunan ini dilakukan setelah gelaran perang pandan, jadi kamu harus tau juga, Cuy!
Ayunan yang tingginya kurang lebih 5 meter disiapkan untuk dinaiki sama gadis-gadis belia yang disebut “Teruni Daha”. Nah, diantara gadis-gadis belia tersebut, dipilih nih satu gadis yang belum pernah mengalami menstruasi yang biasanya disebut “Teruni Daha Miik” yang nantinya akan menggunakan mahkota bunga sebagai penanda.

Secara sederhana, permainan ini dilakukan untuk mempererat persahabatan gitu. Tapi makna yang lebih mendalamnya belum banyak diketahui. Wah, keren nih Desa Tenganan bisa menjaga tradisi yang ada.