Kepunahan nama Nyoman dan Ketut menjadi salah satu ketakutan bagi Pak Koster dan mungkin juga beberapa warga Bali. Wajar lah takut, soalnya Pak Koster pengen biar nama Bali tersebut tetep ada dan digunakan oleh masyarakat Bali. Kalau ngikutin kebijakan pemerintahan pusat yang menyarankan 2 anak cukup, otomatis Nyoman dan Ketut akan tenggelam dalam jaman.
Kebijakan program Keluarga Berencana (KB) dengan 2 anak ini ditolak oleh Pak Koster. Penolakannya ini ada dasarnya. Pak Koster, selaku Gubernur Bali yang masih fresh from the open mengatakan bahwa kelahiran dan kematian di Bali saat ini hampir berimbang selama kurun waktu lima tahun terakhir.
Menurut beliau, hal ini terjadi karena program KB tersebut. Kalau program ini terus berlangsung, Bali katanya akan kekurangan penduduk. Ini bukan sekedar wacana aja loh. Dalam waktu dekat, Pak Koster berencana memanggil kepala BKKBN Perwakilan Provinsi Bali untuk menyikapi program KB dua anak tersebut.
Ada lagi nih statement menarik yang dikeluarkan Pak Koster terkait KB ini. KB itu adalah Keluarga Berkualitas, bukan dengan dua anak. Boljugs~
Balik lagi ke pembahasan sebelumnya, jika orang Bali menjalankan program KB, di mana dalam program tersebut menyatakan dua anak lebih baik, secara otomatis nama Nyoman dan Ketut akan sirna. Btw, Nyoman dan Ketut itu apa sih?
Sebelum masuk ke penjelasan, Mz mau ngasi tau sesuatu. Orang Bali pada umumnya memiliki nama depan seperti Putu, Wayan, Gede, Made, Kadek, Nyoman, Ketut, dan masih banyak lagi. Ada juga yang nama depannya Ida Bagus, Cokorda, I Gusti, Anak Agung, dan seterusnya. Trus semua nama depan itu artinya apa sih?
Menurut Sastra Kanda Pat Sari, nama-nama depan khas Bali tersebut sejatinya nggak lebih sebagai semacam penanda urutan kelahiran sang anak, dari pertama sampai ke empat.
Trus Nyoman dan Ketut artinya apa Mz?
Wayan berasal dari kata “wayahan” yang artinya paling matang. Ada beberapa sinonim dari nama wayan ini, yaitu Putu, Gede, atau Kompiang. Ini untuk anak yang pertama lahir.
Anak kedua lebih dikenal dengan sebutan Made, Kadek, atau Nengah. Made berasal dari kata “Madia” yang artinya tengah. Kenapa tengah? Soalnya pada saat itu pandangan orang Bali cukup punya anak tiga aja, makanya Made menjadi anak yang di tengah- tengah.
Anak ketiga biasanya diberikan nama depan Nyoman atau Komang yang konon diambil dari kata nyeman (tawar) yang mengambil perbandingan dengan lapisan kulit pohon pisang, di mana ada bagian yang selapis sebelum kulit terluar yang rasanya cukup tawar. Nyoman berasal dari serapan anom + an yang artinya muda, kemudian dalam perkembangannya menjadi Komang yang berasal dari kata uman yang bermakna sisa atau akhir.
Menurut pandangan orang Bali saat itu, sebaiknya dalam keluarga cukup ada 3 orang anak saja. Tapi karena kebobolan akhirnya lahirlah Ketut sebagai anak ke empat. Ketut merupakan serapan dari ke + tuut ngetut yang bermakna mengikuti atau mengekor. Ketut adalah anak bonus yang tershayangssss.
Karena program KB yang dianjurkan pemerintah, semakin sedikit orang Bali yang bertitel Nyoman dan Ketut. Itu sebabnya ada kekhawatiran dari beberapa orang Bali akan punahnya nama depan ini.
Menurut kamu, hal yang dilakukan sama Pak Koster terkait program KB ini gimana?