Jero Mangku Apel Hendrawan! Sang pelukis yang sudah berkarya sejak kecil. Kecintaannya terhadap dunia seni membawanya ke berbagai hal dari suka maupun duka. Sebelum menjadi yang sekarang, banyak lho story beliau yang bisa dijadikan pelajaran. Penasaran? Tetap dikepoin ya!
Seorang Pecinta Seni Sejati
Lahir pada tanggal 29 Mei 1974 di Sanur, I Wayan Apel Hendrawan tumbuh dan besar di lingkungan yang sederhana. Walaupun di keluarganya nggak ada yang masuk ke dunia seni, sedari SD beliau sudah hobi melukis. Saking hobinya, perlahan tapi pasti ini membawanya untuk lebih explore di dunia luar ketimbang sekolah. Semua buku yang ada penuh dengan gambaran-gambarannya, pokoknya kayak sudah nggak niat untuk belajar. Bahkan, beliau cuman SMP sampai kelas 1 saja, abis itu nggak lama memutuskan untuk berhenti sekolah.
Dengan apresiasi yang didapat oleh teman-teman sekolahnya, beliau merasa melukis adalah passionnya. Namun, semua itu berubah ketika mengenal dunia diskotik dan drugs. Dari yang awalnya coba-coba sampai jadi keterusan. Dampak buruk yang didapat setelah mengonsumsi obat-obatan terlarang pun mulai dirasakannya seperti kecanduan dan halusinasi yang berlebihan. Terus tahu ‘kan siapa yang terkena dampak selanjutnya? Sudah pasti keluarganya. Nggak cuman makek saja, tapi ngedarin juga nih biar dapat pundi-pundi rejeki tapi abis itu buat dibeliin drugs lagi. Memang dark moments banget deh saat itu.
Berbagi Kisah di Soyl Show
Di zaman itu ‘kan nggak tahu ya harus gimana. Halusinasi ini pun berlanjut hingga membuat keluarganya was-was, ya gimana nggak was-was kalau bawa anak kesana sini dan teriak-teriak nggak jelas. Benar-benar sensitif gitu. Akhirnya, keluarga pun sepakat untuk memasukkannya ke Rumah Sakit Jiwa Bangli.
Karena dasarnya memang pengaruh obat-obatan, beliau merasa nggak cocoklah hidup di rumah sakit tersebut. Tahu dirinya harus melakukan sesuatu sebagai masa peralihan, melukis pun kembali dilakoninya. Ini menjadi salah satu bentuk dari melawan halusinasi yang berlebihan. Apapun yang dilihat dan dipikirkannya, dituangkannya dalam kertas dan kanvas. Tahun lalu pameran tunggal kelimanya digelar di Galeri Zen1, Tuban, Badung. Jangan salah, lukisannya sudah sampai dipamerkan ke luar negeri seperti Jerman lho!
Sepak terjangnya sebagai pelukis, aktivis, seniman tato hingga spiritualnya pun dibahas lengkap di SOYL Show.
Dari sini kita belajar, masa lalu yang kelam bukan berarti menjadi penghalang dalam mencapai masa depan yang cerah. ‘Kan langit nggak selalu cerah, pasti ada saja awan gelapnya. Apapun yang terjadi dalam hidup, kamu berhak punya masa depan yang damai dan bahagia.