Struktur budaya dan seni di Pulau Dewata ini terkenal sangat kompleks dan rumit, namun berkarakter. Kelebihan ini yang menjadikan Bali memiliki ciri khas tersendiri dalam keragaman bunyi. Terutama jika menyangkut hal yang relijius dan keyakinan, khususnya ketika kegiatan keagamaan umat Hindu yang pada saat bunyi-bunyian tersebut ditampilkan, memiliki aura yang magis.
Berbicara tentang alat musik Bali tidak lepas dari keunikan budaya Bali itu sendiri.
Sebut saja Gamelan Bali, alat musik yang tidak berdiri sendiri ini terdiri dari berbagai macam jenis yaitu gong, genta gong, simbal, kendang, seruling bambu, dawai yang dipetik, dan gambang. Gamelan biasanya digunakan dalam upacara keagamaan atau tarian pengiring di pulau ini.
Setiap instrumen dalam Gamelan Bali dipasangkan dengan sedikit diturunkan nadanya, sehingga menghasilkan ketukan alami di antara instrumen tersebut. Sebagai bentuk seni asli Bali, Gamelan mendahului budaya Hindu-Budha di pulau Bali.
Tidak seperti di Jawa, Gamelan Bali mengalami interaksi dengan instrumen musik tambahan agar terdengar lebih kaya dengan kombinasi ritme, melodi, dan timbre sehingga tercipta bunyi yang khas dan bernuansa magis, Salah satu instrumen musik tambahan Gamelan Bali tersebut bernama Ceng-ceng.
Ceng-ceng merupakan instrument musik pendukung Gamelan Bali yang unik dan bisa menghasilkan khas getaran karakteristik Bali. Terbuat dari perunggu atau besi, Ceng-ceng memiliki delapan keping simbal, seperti drum set dalam sebuah alat musik kekinian. Yang membedakan Ceng-ceng dengan simbal drum set pada umumnya adalah cara memasangnya, cara memainkannya dan bunyi yang dihasilkannya. Ceng-ceng dipasang terbalik, dan bisa dimainkan di kedua tangan, dengan menyentuhkan bagian atas dan bawah dalam satu waktu.
Menggunakan Ceng-ceng ini seperti memainkan perkusi dalam musik jazz atau orkestra, yang berfungsi untuk membuat angsel, biasanya ceng-ceng ricik mengikuti angsel dari riog dan kendang. Bunyi-bunyian yang dihasilkan Ceng-ceng ini juga punya khas tersendiri pada setiap keping simbalnya, karena bentuknya yang berbeda satu sama lainnya.
Ceng-ceng yang lebih kecil berfungsi sebagai penghasil bunyi bernada tinggi, cocok untuk gambuh, pelegongan dan semara pagulingan. Sedangkan untuk Ceng-ceng yang bentuknya lebih besar, akan menghasilkan suara rendah, cocok untuk perangkat gamelan seperti gong kebyar, gong gede, semarandana dan baleganjur.
Keunikan Ceng-ceng terletak pada bentuknya yang menyerupai kura-kura, Hal ini berkaitan dengan budaya Bali yang percaya bahwa penyu memiliki roh magis. Di bagian atas ceng-ceng ada tali untuk menahan ceng-ceng dan terbuat dari benang merah yang disebut bunga Ceng-ceng.
Nah, bagaimana menurut semeton? Menarik ya, bisa mengenal lebih dalam instrument musik khas Bali bernama Ceng-ceng ini.