4 Pahlawan Asal Bali yang Berjasa Bagi Kemerdekaan Indonesia

pahlwan asal

Dirgahayu Republik Indonesia yang ke-76. Masih dalam suasana kemerdekaan, pastinya ini nggak lepas dari perjuangan para leluhur kita. Dimana mereka berjuang mati-matian agar kita sebagai anak cucunya terbebas dari penjajah dan perbuatan yang nggak pantas. Empat pahlawan asal Bali ini juga turut serta dalam memberantas kejinya para penjajah, dan udah seharusnya kita tau perjuangan beliau dan terus melanjutkannya. Kuy, kita kepoin!

Perang Kusamba dalam bentuk diorama (miniatur 3D) |Source: https://www.balisaja.com/

Dewa Agung Istri Kanya, Pahlawan asal Klungkung yang Memiliki Banyak Julukan

Perjuangan beliau yang sudah dijadikan buku |Source: https://daerah.sindonews.com/

Kalau Jepara punya Ibu Kartini, di Klungkung ada Dewa Agung Istri Kanya nih. Beliau merupakan seorang putri dari pasangan Raja I Dewa Agung Putra (sebutan lain : I Dewa Agung Putra Kusamba, karena beristana di Kusamba) dan I Gusti Ayu Karang (I Gusti Ayu Pelung) yang berasal dari Karangasem. Punya saudara laki-laki yang bernama Dewa Agung Putra (sebutan lain : Dewa Agung Putra Balemas, karena memerintah di Balemas). Karena sama-sama tinggal di Balemas, beliau juga punya sebutan lain yakni Dewa Agung Istri Balemas. Nama ‘Kanya’ sendiri didapatkan karena beliau memilih melajang, jadi nggak nikah gitu lho, itulah kenapa ada tambahan nama tadi.

Memiliki banyak julukan seperti Ratu Perawan Klungkung, Wanita Besi hingga Raja Kawi atau Rakawi karena kecintaannya dengan dunia sastra, Dewa Agung Istri Kanya juga gencar dalam melawan para penjajah. Ini terbukti saat beliau menyusun strategi perlawanan saat daerah Kusamba berhasil ditaklukkan Belanda. Pada tanggal 25 Mei 1849 dini hari, beliau bersama rakyatnya menyerang tentara Belanda yang sedang beristirahat abis naklukin Kusamba. Namanya juga lagi beristirahat ‘kan, tentara Belanda nggak ada persiapan apa-apa, ini jadi kesempatan bagi Dewa Agung Istri Kanya dan rakyatnya untuk menyerang. Nggak sia-sia, mereka pulang dengan membawa kabar baik setelah berhasil membunuh seorang perwira berpangkat Major Jenderal Andreas Victor Michiels. Udah pasti Belanda kalang kabut karena udah kehilangan panglima perangnya. Peristiwa ini disebut Perang Kusamba yang dimana julukan Wanita Besi tadi lahir untuk beliau.

Untuk tahu lebih banyak, kalian bisa baca bukunya yang berjudul “Perang Kusamba” karya Djoko Dwinanto. Baru-baru ini nama beliau diusulkan untuk bergelar pahlawan nasional, cuman sayangnya sampai sekarang belum ada kejelasan. Pemerintah Kabupaten Klungkung lagi ngusahain, bahkan udah dibikinin patung sama balai budaya dengan nama beliau. Karena belum ada kepastian, leluhurnya beliau yang bernama Ida Dewa Agung Jambe juga diusulkan bergelar pahlawan nasional sama Pemerintah Kabupaten Klungkung. Semoga aja usulan ini diterima sehingga Dewa Agung Istri Kanya dan Ida Dewa Agung Jambe bergelar pahlawan nasional ya. Soalnya mereka udah berjuang untuk memerangi penjajah ‘kan, dan itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan.

Lukisan Dewa Agung Istri Kanya yang dibuat oleh @seruni_bodjawati |Source: https://kitapastibisa.id/

I Gusti Ketut Jelantik dan I Gusti Ngurah Made Agung, Gugur Setelah Berjuang Mati-matian Demi Kerajaan dan Rakyatnya

Patung I Gusti Jelantik dan Jero Jempiring |Source: https://tatkala.co/

I Gusti Ketut Jelantik adalah seorang patih Kerajaan Buleleng yang saat itu raja yang menjabat adalah I Gusti Ngurah Made Karangasem. Pada awalnya semua terlihat baik-baik aja, sampai ada sebuah kapal yang karam di sekitar wilayah kerajaan. Ditawanlah kapal itu sama Kerajaan Buleleng, keadaan ini dinamakan Hak Tawan Karang (hak yang dimiliki raja-raja di Bali saat menemukan sebuah kapal dan bisa menawannya berserta seluruh muatannya). Terus datanglah Belanda dan bilang kalau kapal itu adalah milik mereka, tapi Raja I Gusti Ngurah Made Karangasem nggak mau ngebalikin kapalnya, soalnya kan ada Hak Tawan Karang tadi.

Baca juga:  PPKM Level 4 di Bali Diperpanjang, Pekerjaan Apa Aja yang Bisa Dilakukan dari Rumah?
Potret beliau sebagai Pahlawan Nasional |Source: https://direktoratk2krs.kemsos.go.id/

Karena kesel dan nggak terima, Belanda buat perjanjian dan minta persetujuan seluruh raja di Bali untuk ngehapus Hak Tawan Karang. Salah satu raja yang nggak terima ya dari Kerajaan Buleleng tadi. Sampai diseranglah mereka sama pasukan Belanda pada tahun 1846 dan 1848 (Perang ini dinamakan Perang Jagaraga). Kalah dua kali ngebuat Belanda makin geram, sampai akhirnya pada tahun 1949 menjadi puncak peperangan dan membuat I Gusti Ngurah Made Karangasem beserta patihnya gugur. Dari awal sampai akhir, I Gusti Ketut Jelantik emang terus ngobarin semangat perang untuk rakyat Buleleng. Karena semangat dan aksi heroiknya saat berperang, membuat I Gusti Ketut Jelantik diberi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1993.

Patung I Gusti Ngurah Made Agung |Source: https://balinesia.id/

Sekarang kita beranjak ke cerita I Gusti Ngurah Made Agung ya. Sang pahlawan asal Kerajaan Badung ini menjabat sebagai Raja Badung VII dan diangkat pada tahun 1902. Masih karena perjanjian Belanda yang mau hapus Hak Tawan Karang, beliau ngerasa marah dan curiga sama Belanda. Soalnya di perjanjian itu Belanda kayak mau ikut campur sama urusan internal kerajaan, masalah ini juga kian memanas setelah ada masalah antara Belanda dan Kerajaan Badung gara-gara kapal milik Kwee Tek Tjiang yang berbendera Belanda karam di daerahnya. Disana beliau disuruh ganti rugi padahal nggak ada ngerugiin apapun dan siapapun.

Karena kekeh nggak mau ganti rugi, ini pun membuat Belanda marah dan memblokade perairan Badung. Hal inilah menjadi pemicu awal pecahnya peperangan, kalian pasti tahu Perang Puputan Badung ‘kan? Yang ini nih perangnya, perang antara Belanda dan Kerajaan Badung. Berjuang mati-matian, rakyat Badung beserta rajanya tewas di medan perang. Untuk mengenang dan menghomarti perjuangannya, diresmiinlah Lapangan Puputan Badung, patungnya I Gusti Ngurah Made Agung dan ditetapkannya beliau sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2015 oleh Presiden Joko Widodo.

Potret berwarnanya beliau |Source: https://ban.m.wikipedia.org/

Brigadir Jenderal TNI I Gusti Ngurah Rai, Bertempur Bersama Pasukan Ciung Wanara dalam Puputan Margarana

Patungnya yang bertempat di sekitar Bandara Ngurah Rai |Source: https://id.wikipedia.org/

Semua rakyat Bali pasti tahu beliau. Selain sosoknya dijadiin patung, namanya pun juga udah dijadikan nama jalan, kapal perang, bandara sampai wajahnya yang menghiasi mata uang Indonesia. Lahir pada tahun 1917, I Gusti Ngurah Rai dari kecil emang tertarik sama dunia militer. Inilah kenapa beliau memutuskan untuk menjadi seorang tentara.

Sebelum namanya berubah jadi TNI (Tentara Nasional Indonesia), TKR (Tentara Keamanan Rakyat) menjadi nama awalnya. Saat itu I Gusti Ngurah Rai menjadi Kepala Divisi Sunda Kecil dan berpangkat Letnan Kolonel. Sebelumnya beliau membentuk pasukan Sunda Kecil dan diberi nama Ciung Wanara. Singkat cerita, beliau bersama 69 pasukannya ini berjuang habis-habisan menyerang Belanda di Desa Marga, Tabanan. Latar belakang pertempuran ini akibat dari Perjanjian Linggarjati yang nggak mengikutsertakan Sunda Kecil ke dalam wilayah Republik Indonesia, malahan masuk ke Negara Indonesia Timur. Hal ini tentunya nggak disetujui sama Letkol I Gusti Ngurah Rai. Pada tanggal 20 November 1946, terjadilah pertempuran dengan Belanda. Awalnya beliau dan pasukannya masih bisa melawan, cuman ternyata Belanda ngirim bala bantuan dari Lombok dan jumlahnya makin banyak. Sadar keadaannya semakin terdesak dan udah dikepung musuh, beliau menyerukan ‘puputan’ dan menyebabkan dirinya serta pasukannya tewas. Dari sinilah nama Perang Puputan Margarana disematkan yang saat itu berhasil menghabisi ratusan pasukan Belanda. Berkat keberaniannya ini, beliau diberikan anumerta Brigadir Jenderal TNI dan gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1975.

Baca juga:  Galau Nggak Bisa Milih, Pria Ini Langsung Nikahin Kedua Pacarnya
Wajahnya beliau yang pernah menghiasi uang lima puluh ribu emisi 2005 |Source: https://www.medcom.id/

Pahlawan Asal Bali, I Gusti Ketut Pudja Turut Hadir dalam Perumusan Negara Indonesia dan Naskah Teks Proklamasi

Potretnya di pecahan uang seribu rupiah |Source: https://www.wikidata.org/

Sebelum terbentuknya MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat), PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) terbentuk lebih dulu. Ini ada setelah bubarnya BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Diketuai oleh Bapak Soekarno, I Gusti Ketut Pudja adalah salah satu anggota di PPKI mewakili Sunda Kecil, yang mana secara nggak langsung melibatkan beliau dalam perumusan Negara Indonesia. Nggak cuman itu, beliau juga hadir dalam perumusan naskah teks proklamasi di kediamannya Laksamana Tadashi Maeda di Jakarta Pusat. Karena keterlibatannya ini, Bapak Soekarno menunjuk beliau sebagai Gubernur Sunda Kecil pada tanggal 22 Agustus 1945.

Setelah menjadi seorang gubernur, beliau punya tugas untuk menyebarluaskan kemerdekaan Indonesia. Sampak ke pelosok tuh beliau datengin dan ngejelasin konsep serta struktur pemerintahan kepada masyarakat. Karena ini kejadiannya pada tahun 1945, yang dimana Jepang masih berusaha menjajah Indonesia, usahanya beliau ini ketahuan dan membuatnya ditangkap. Berkat jasanya ini, beliau diberikan penghargaan Bintang Mahaputera oleh Bapak Soeharto dan ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2011. Perjuangannya pun sudah dibukukan oleh Rika Umar dan wajahnya juga menghiasi mata uang Indonesia.

Riwayat hidup dan pengabdiannya yang sudah dibukukan oeh Rika Umar |Source: https://shopee.co.id/

Pahlawan asal Bali sebenarnya ada banyak, bahkan rakyat Bali yang udah berjuang melawan penjajah pun juga termasuk pahlawan. Dari zaman kerajaan sampai Indonesia belum terbentuk pun para penjajah udah gencar ngerebut wilayah kita. Berkat para pahlawan di atas, kita bisa hidup damai, tenang dan mengakui Indonesia sebagai negara kita tercinta dengan mudahnya. Semoga perjuangan ini bisa kita teruskan hingga ke anak cucu kita kelak ya. Salam merdeka!

Comments

comments

Hinda Nova
Thanks for being here. Keep doing awesome and see you again!